PWMU.CO– HW kurang diminati generasi muda kalau tidak menyiapkan inovasi untuk menghadapi perkembangan zaman. Bahkan bisa kalah hanya dengan gadget.
Hal tersebut disampaikan Muhammad Harun Roesyiedh, Ketua Kwartir Wilayah (Kwarwil) Hizbul Wathan (HW ) Jawa Timur dalam seminar kepanduan di Aula Budi Utomo Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla), Senin (26/9/22).
Seminar inovasi kepanduan ini diselenggarakan oleh Kafilah Joko Tingkir HW Umla diikuti oleh para kader persyarikatan.
Harun mengumpamakan HW itu seperti gel. Jika gel dimasukkan ke dalam botol, ia bisa menyesuaikan dengan bentuk botol. Artinya, HW harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman yang terus berkembangan. Kalau tidak HW kurang diminati.
Dia lantas bercerita fenomena di Jepang yang mempersiapkan diri beranjak ke Society 5.0 bukan hanya revolusi industri 4.0.
Menurut dia, orang sakit di Jepang tinggal mengetik keluhan sakit yang dialami kemudian tekan tombol Enter seketika muncul resep dari dokter.
”Fenomena Society 5.0 ini adalah masyarakat yang berbasis teknologi. Berdasarkan fenomena yang terjadi di Jepang, maka alternatif yang tidak boleh ditawar lagi adalah HW terlibat dalam bidang inovasi dan digitalisasi,” kata Harun.
Menghadapi tatangan revolusi industri 4.0 dan 5.0 ini, dia berharap kader HW memiliki keterampilan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK), trampil hidup dan berkarier, komunikasi efektif dan belajar dan berinovasi.
Dia mengutip Anggaran Dasar (AD) HW Bab IV pasal 10 tentang maksud HW yaitu, menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda yang memiliki akidah, mental, dan fisik yang kuat, berilmu, dan berteknologi serta berakhlak karimah.
”Sudah begitu jelas dibahas dalam Anggaran Dasar HW tentang teknologi. Para pelatih tidak boleh menghindar dari fenomena ini. Kita harus bermain dengan teknologi,” ajaknya.
Action Plan
Dalam diskusi, Harun menawarkan beberapa hal yang bisa dilakukan dalam lingkup digital dalam ber-HW.
Pertama, netizen produktif, dengan cara aktif bermedia sosial mulai Youtube, Twitter, Tiktok dan sebagainya.
Belajar selama pandemi, banyak pengajar di sekolah maupun madrasah memanfaatkan Zoom agar pembelajaran tetap berlangsung, tentunya HW juga bisa memanfaatkan cara demikian.
”Konten yang dibuat harus tentang HW, angkat semua hal tentang HW di semua sosial media, singkat-singkat tidak apa-apa,” ujarnya.
Kedua, sinergi online yang maksud adalah diharapkan banyak bentuk literasi terutama dalam kepenulisan juga perlu dimunculkan. Konten yang dipublikasi juga seputar kabar-kabar kegiatan HW, bisa juga dalam bentuk konten video seperti podcast.
Ketiga, iklan media. Harun menawarkan action plan dalam skala ekonomi. Dia memperkenalkan aplikasi start up baru dengan nama H-Way yang akan diterbitkan oleh Kwarwil HW Jawa Timur. Berisi fitur pembelian produk kedai HW hingga membayar tagihan tagihan listrik dan sebagainya.
Keempat, koordinasi multilintas. Internet dan sosial media merupakan sarana komunikasi. Aplikasi sepertii zoom, google meet menjadi sarana alternatif untuk mengurangi alasan tidak dapat menghadiri sebuah pertemuan.
”Meskipun kita berada di tempat yang jauh, dengan adanya aplikasi tersebut kita tetap bisa memaksimalkan pertemuan atau rapat,” jelas Harun.
Kelima, Jambore Media Maya. Diharapkan bisa dimanfaatkan untuk menampilkan kreasi anak berkenaan keterampilan HW melalui tahap penyuntingan.
”Produk karya pandu akan ditampung di sini dan semua unsur terlibat untuk bergerak sebagai kontributor,” tuturnya.
Penulis Dennis Nugroho Editor Sugeng Purwanto