Pentingnya Peta Zonasi Sekolah dan Pengembangan LMS; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Saat visitasi di SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik,Jawa Timur, Azis Badiansyah MPd–asesor Muhammadiyah Future School (MFS, Sekolah/Madrasah unggul) 2022–menyampaikan beberapa rekomendasi untuk pengembangan sekolah, Kamis (29/9/22) siang.
Dengan nuansa diskusi santai dan interaktif, Azis merekomendasikan bagaimana sekolah meninjau pergerakan zona pelanggan. “Peta zonasi sekolah harus benar-benar diperhatikan” tuturnya.
Pada jenjang SD, menurutnya jumlah satu persen pelanggan yang tinggal jauh dari sekolah, misal di Lamongan, itu sudah bagus. “Nah, bagaimana lahan kita? Dari pemetaan itu Njenengan bisa tahu, buat diferensiasi!” tuturnya.
Dia menjelaskan, data itu bisa digunakan untuk analisis daya tarik pelanggan terhadap sekolah. “Apa yang membuat awalnya jauh bisa mendekat? Banyak yang bisa dilakukan,” ungkapnya.
Dia lantas mencontohkan fasilitas layanan antar jemput alias shuttle bus untuk siswa. “Hasil survei, banyak wali siswa yang batal menyekolahkan anak karena tidak ada antar jemput,” ungkapnya. Menurutnya, bagi wali siswa, biaya tak jadi persoalan asalkan mudah cari fasilitas antar jemput anaknya.
Azis menambahkan, untuk pengembangan di era perubahan yang luar biasa ini, sekolah memang perlu memikirkan perubahan pembiayaan seefektif mungkin. Dia menegaskan, “Sekarang meskipun orang itu big boss, tidak alergi naik ojek online. Kalau dulu, tunggangan itu penting. Sekarang yang penting efektivitasnya!”
Untuk mempermudah telaah persebaran peta zonasi, dia menyarankan SD Mugeb menilik Data Pokok Pendidikan (Dapodik). “Dapodik kita sakti! Itu sudah ada titik-titik (lokasi domisili) anak kita. Dari data itu akan terlihat aslinya. Terus pelototi murid itu dari mana!” imbuhnya.
Learning Management System
Selain itu, dia juga merekomendasikan sekolah mengembangkan learning management system (LMS). “LMS itu luar biasa dapat sambutan orangtua di (sekolah) Surabaya,” terangnya.
Sambutan positif itu menurutnya respon wajar wali siswa terhadap sekolah yang mampu menyajikan animasi dalam pembelajaran anaknya. “Bayarnya mahal, investasinya tidak murah,” imbuhnya.
Dia yakin dengan teknologi sepenting itu, peran guru tidak hilang, tapi akan berubah. “Nanti (guru) akan menjadi kreator. Pergerakan membawa dampak. Perannya akan lebih spesifik. Bisa jadi nanti ada guru khusus membuat konten ice breaking. Itu tantangan kita ke depan,” jelasnya.
Menanggapi ini, Ari–sapaan akrab kepala sekolah–mengungkap, dalam pengembangan sistem digital, sekolah penggerak tahap I itu kini fokus mengelola data digital terkait sumber daya manusia, siswa, maupun aset dan layanan kesehatan.
Azis lantas mengenang, “Saat pandemi kemarin semua kebingungan cari LMS. Orangtua juga pengin tahu perkembangan anak setiap saat dalam kondisi apapun. Anakku hari ini mengerjakan apa, tinggal lihat di classroom.”
Kemudian, Ari mengungkap SD Mugeb sudah melakukan transformasi pembelajaran digital. “Di beberapa mata pelajaran sudah transformasi. Komputer jadi coding. Ekstrakurikuler juga sudah menyesuaikan dengan kebutuhan masa depan,” jelasnya.
Tapi seiring kedahsyatan teknologi itu, Azis menyadari dampaknya jadi semakin tipis pula ruang privacy sekolah. Semua serba bisa diakses.
Dalam pertemuan itu, Azis pun mengungkap wajah sekolah yang menurutnya ideal. Selain ada perbedaan mencolok mana area parkir dan area depan sekolah, menurutnya perlu ada prinsip zona publik dan zona terbatas.
“Orangtua kakau tidak ada kepentingan, tidak perlu melewati kelas. (Ruang) perkantoran administrasi di depan,” jelasnya.
“Kalau di sekolah internasional, kalau masuk kelas itu lewat pintu lagi dan ada penjagaan. Tidak sembarang orang bisa akses,” imbuhnya.
Dia yakin, saat orangtua melewati kelas, mereka akan kepo (ingin tahu) kondisi di dalamnya. Jadi, Azis merekomendasikan pembaruan alur pergerakan. “Kalau membongkar bangunan tidak mungkin,” ujarnya.
Sinergi Kunci Perubahan
Di tengah Azis berbagi dan menyampaikan rekomendasi-rekomendasi itu, Ari berpendapat, “Karakter pembelajar harus dimiliki biar lebih efektif mengikuti perubahan.”
Yang tak kalah penting, menurut Azis, ialah sinergi. Ini layaknya tagline Mugeb Schools ‘Berbagi dan Bersinergi’ yang selalu digaungkan Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB Nanang Sutedja SE MM.
Azis mengajak para pimpinan SD Mugeb belajar dari beberapa brand ponsel asal Cina untuk membuktikan dahsyatnya kolaborasi berjamaah. “Sekarang konter-konter dikuasai empat (brand) itu,” tegasnya.
Dia menekankan, “Sekarang tidak ada orang hebat sendiri, kita berorganisasi pun juga begitu. Berjamaah itu penting. Kita dalam satu kompleks ya saling mendukung, satu jenjang mendukung yang lain.”
Bagaimana berserikat, lanjut Azis, ini terkait konsep filantropi di Muhammadiyah. “Untuk rukun, kita saling membantu,” tuturnya.
Bicara soal sinergi, Ari mengungkap ada 29 sekolah mitra. Adapun bentuk dukungannya beragam, mulai dari suntikan sumber daya manusia sampai tunjangan hari raya. “Alhamdulillah dengan program sekolah mitra bisa ikut mendukung pengembangan growth mindset di sana,” ujarnya. (*)