Kisah-Kisah Lucu di Balik Seragam Batik Bebas MIAS Bungah; Liputan Wahyu Setya, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Siswa dan guru MI Assa’adah (MIAS) Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur memakai pakaian batik bebas, Sabtu (1/10/2022).
Waka Kesiswaan MIAS Bungah M. Ulul Azmi Kurniawan SPd menjelaskan, kegiatan ini untuk memperingati Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober.
“Anak- anak MIAS selama dua hari ini berpakaian batik bebas dengan tujuan agar anak-anak lebih mengenal bahwa batik adalah hasil karya budaya bangsa Indonesia yang wajib dilestarikan,” katanya pada PWMU.CO.
Pak Ulul, sapaan akrabnya, menambahkan dengan mengenal batik ini maka diharapkan anak-anak dapat mencintai produk atau karya dalam negeri.
Kepala MIAS Bungah Nurul Khaniyah dalam amanatnya saat apel pagi mengatakan, “Subhanallah, pangling rasanya. Sampek saya tidak mengenali satu per satu anak, yang laki-laki tambah ganteng dan perempuan tambah cantik.”
“Batik adalah warisan bangsa Indonesia, kitalah sebagai generasi penerus yang harus melestarikannya. Ayo kita lebih mencintai produk asli Indonesia,” pesan Bu Uluk, sapaan akrabnya.
Kisah Lucu
Banyak cerita lucu yang tak akan terlupakan dalam kegiatan ini. Seperti yang diceritakan oleh Nur Faaza Salsabila. Siswi kelas VI itu dengan terang-terangan bercerita baju yang ia pakai adalah milik ayahnya.
“Baju saya sudah tidak muat lagi, jadi pakai punya ayah saja. Tapi biar tidak terlihat longgar, saya pakai peniti cantik di belakang baju,” ceritanya sembari tertawa memperlihatkan belakang bajunya.
Cerita lainnya juga dijelaskan oleh Istikomah, Wali murid Galih Setya Habiburrahman, siswa Kelas IV Makkah. “Efek dari pandemi, bajunya tidak ada yang muat, sudah kekecilan. Saya cobakan pakai baju batik milik ayahnya kok muat. Jadinya sekolah pakai baju batik ayahnya.”
Lain lagi trik yang diterapkan oleh Khumaiyah, wali murid dari Muhammad Aqila Zalzabil, siswa kelas VI. “Setelah mendapat informasi dari madrasah, beberapa baju sudah dicobakan. Lha kok ternyata tidak ada yang muat untuk dipakai. Berbekal gunting dan mesin jahit yang ada di rumah akhirnya baju ayahnya saya permak sesuai ukuran ananda.”
Muhammad Arfio Fayyad, siswa kelas II Ibrahim) merasa senang dengan kegiatan ini. Setelah mendapat info pemakaian batik ini, ia langsung mencari baju batik lengan panjang yang bagus untuk sekolah. “Kok aku tambah keren ya kalau pakai baju batik. Sudah kayak pak guru. Tinggal pakai kacamata bunda biar mirip sama Pak Ulul,” katanya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni