Selesai dengan Dirinya Sendiri oleh Ikhwanushoffa, Manajer Lazismu Jateng.
PWMU.CO– Dalam buku Kisah Inspiratif Para Pemimpin Muhammadiyah karya Sukriyanto AR banyak memuat kisah nyata tokoh Muhammadiyah yang mau meninggalkan pekerjaan dengan gaji besar demi mengabdi pada Persyarikatan walaupun penghasilannya menjadi kecil.
Apakah karena mereka sudah kaya? Kalau dari buku Sukriyanto kebanyakan malah tidak. Lalu kenapa mereka mau melakukan hal itu?
Itulah maknanya selesai dengan dirinya sendiri. Mendefinisikan selesai dengan dirinya sendiri dengan arti telah banyak uang adalah definisi yang hedonis, tidak Islami dan ngawur. Selain juga ahistoris dalam kisah Persyarikatan.
Mereka yang hidupnya sederhana siap hidup lebih sederhana demi mengabdi di Persyarikatan tanpa harus maling. Bahkan sebaliknya, tidak sedikit yang hidup mapan malah masih ambil yang bukan haknya.
Lalu apakah kemudian mereka menjadi merasa lebih berjasa karena telah memberi banyak pada Muhammadiyah dibandingkan yang lain? Tentu tidak. Merasa berjasa adalah penyakit yang lebih parah dibanding mencuri.
Mencuri adalah perkerjaan setan, tetapi merasa lebih adalah sifat iblis. Apalagi merasa lebih hanya karena faktor pemberian materi.
Jangan pernah bilang telah selesai dengan diri bila masih menghitung-hitung amal. Baru beberapa hari meninggalkan pekerjaan untuk Muhammadiyah saja sudah merasa banyak pengorbanan.
Baru tidak dibayar dalam mengurusi Persyarikatan sudah merasa banyak jasa. Baru memberikan beberapa persen hartanya sudah merasa sangat banyak memberi. Itu sangat jauh dari selesai dengan diri sendiri.
Wallaahu a’lam.
Editor Sugeng Purwanto