PWM Jatim Kunjungi Gereja yang Jadi Masjid Aya Sophia; Catatan Biyanto, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, dari Turki.
PWMU.CO – Jejak sejarah hebat Turki masa silam masih dapat ditemukan hingga kini. Puing-puing kejayaan Kesultanan Turki Usmani masa lalu pun dengan mudah dapat dijumpai.
Semua peninggalan peradaban Turki Usmani itu terjaga dengan baik. Sejumlah bangunan kesultanan, masjid, makam, musium, benteng, dan situs-situs sejarah masa silam menunjukkan kehebatan Turki Usmani yang pernah menguasai dunia nyaris 300 tahun.
Semua peninggalan bersejarah itu kini menjadi destinasi menarik bagi wisatawan, terutama dari mancanegara.
Bisa dibayangkan betapa besar pendapatan negara Turki—sekarang bernama resmi Republik Turkye—dari sektor pariwisata ini. Menurut data resmi pemerintah, tidak kurang dari 50 juta wisatawan berkunjung ke Turki. Biasanya puncak kunjungan terjadi pada Juli dan Agustus.
Pada rentang dua bulan ini memang musim liburan sehingga di beberapa lokasi wisata sangat padat pengunjung. Padahal, saat Juli dan Agustus, Turki memasuki musim ekstrem panas dengan suhu sekitar 45 derajat celisius.
Berbeda dengan waktu padat kunjungan (peak session) yang sangat panas, rombongan Rihlah Peradaban Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim melakukan kunjungan ke Turki dengan diringi cuaca yang sejuk.
Masuk Hagia Sophia
Suhu sekitar 21 derajat celsius dengan sinar matahari yang terang. Meski sedang tidak tergolong peak session, beberapa tempat wisata di Istanbul tergolong penuh sesak. Kondisi penuh sesak itu dialami rombongan PWM Jatim ketika berada di Kompleks Masjid Aya Sophia (Hagia Sophia), Rabu (12/10/2022) Kompleks ini sepertinya menjadi daya tarik utama para wisatawan.
Setelah mengantre cukup panjang, rombongan PWM Jatim akhirnya bisa memasuki Masjid Aya Sophia. Sayang sekali rombongan tidak bisa memasuki Masjid Biru (Blue Mosque), yang masih satu kompleks dengan Aya Sophia. Bangunan Masjid Biru saat ini sedang direnovasi.
Di masjid Aya Sophia yang sebelumnya merupakan gereja ini rombongan berkesempatan untuk menunaikan shalat Dhuhur dan Ashar dengan jamak qashar.
Sebelum memasuki Masjid Aya Sophia, dari pagi hingga siang hari rombongan rihlah terlebih dulu menyusuri Selat Bosporus. Selat inilah yang menghubungkan Laut Marmara dan Laut Hitam.
Selat Bosporus ini juga yang membelah daratan Turki. Sebagian kecil wilayah Turki masuk Eropa dan sebagian besar ada di Asia. Jika dibuat perbandingan, wilayah Turki yang masuk daratan Eropa hanya 3 persen. Sementara sisanya yang 97 persen masuk wilayah Asia. Kondisi ini menjadi menarik bagi Turki. Penduduk Turki berjumlah sekitar 84 juta jiwa. Dari jumlah itu, 95 persen memeluk Islam.
Pertanyaan yang menarik adalah mengapa Turki lebih senang mengasosiasikan diri sebagai bagian dari negara berbudaya Eropa. Padahal daratan Turki sebagian besar Asia. Turki juga tergolong Timur, dengan jumlah pemeluk Muslim sangat besar. Tetapi faktanya, persepakbolaan Turki tetap ikut berkompetisi di Piala Eropa. Klub-klub liga Turki juga mengikuti kompetisi Liga Champions. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni