Masyaallah! Bukti Kebenaran Al-Quran Ada di Turki, Catatan perjalanan Siti Agustini, Guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo; peseta Rihlah Peradaban Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawat Timur.
PWMU.CO – “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Firman Allah dalam ar-Rahman ini seakan kembali mengetuk relung jiwa saya. Kekaguman terhadap ciptaan Allah di belahan bumi-Nya yang lain, Istanbul, Turki.
Seperti yang sudah banyak dijelaskan dari berbagai referensi, saya, anggota rombongan “Rihlah Peradaban” PWM Jatim, menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana keistimewaan Turki. Kesempatan yang mungkin hanya sekali seumur hidup.
Wanita Cantik dan Pria Tampan
Pertama masuk di Istanbul, Turki—kini resminya bernama Republik Turkiye—kami selalu dapat melihat sosok-sosok manusianya yang rupawan. Para wanitanya cantik, bahkan lebih cantik dari kecantikan wanita yang disimbolkan dengan boneka barby. Begitu pula dengan para prianya yang tampan.
Wajah mereka seperti orang Arab, tapi terlihat juga seperti orang Eropa. Kulit putih bersih, hidung mancung, postur tubuh tinggi, dan cenderung memiliki blue eye.
Saya tidak memiliki kemampuan untuk menggolongkan mereka ke jenis ras manusia yang mana. Namun dari berbagai referensi, mereka bisa jadi merupakan perpaduan antara ras Asia dan Eropa.
Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Seperti firman Allah dalam al-Quran Surat at-Tin ayat 4. Masyaallah, mereka adalah contoh manusia yang secara fisik sempurna.
Saya bisa sekadar menyapa atau berkomunikasi sedikit dengan mereka. Bahasa mereka adalah bahasa Turki. Namun untuk berkomunikasi dengan orang dari negara lain, mereka berbahasa Inggris. Tapi sudah banyak dari mereka yang mampu berbahasa Indonesia.
Saling mengenal dan bersosial dengan mereka, merupakan pengalaman yang berkesan. Inilah bukti dari firman Allah dalam al-Hujurat ayat 14 itu. Saling mengenal manusia yang diciptakan Allah berbangsa-bangsa dan bersuku-suku lain.
Musim Gugur di Turki
Sekarang ini di Turki sedang berlangsung musim gugur. Terjadi sekitar bulan Oktober-November.
Ternyata saya bisa merasakan musim gugur. Suhu di Turki sekitar 21 derajat celcius. Ketika pagi dan malam memang cukup dingin. Namun saat siang, tidak terasa panas. Yang terasa adalah hawa yang sejuk, tidak ada terik sinar matahari. Suasana terlihat agak mendung.
Saat jam menunjukkan pukul 07.30 di Turki, matahari belum terasa terik. Seperti masih pukul 06.00 di Indonesia.
Dari referensi tertentu, selama musim gugur memang waktu per hari semakin menurun. Rata-rata setiap hari berkurang 2 menit 25 detik. Setiap pekan berkurang 16 menit 57 detik.
Matahari terbit paling awal pukul 06.30 dan terbenam pada 19.37 saat 1 September 2022 yang lalu. Bahkan sudah diperkirakan pada 30 November 2022 yang akan datang, matahari terbit pukul 08.08 dan tenggelam pukul 17.36.
Menurut ilmu geografi, memang saat musim gugur, bumi berputar pada porosnya mengalami kemiringan 23,5 derajat dari sumbunya. Akibatnya belahan bumi bagian utara dan selatan mendapatkan pantulan cahaya matahari sesuai dengan posisinya.
Adanya musim gugur di sebagian negara tak lepas dari kehendak-Nya. Tak lain semuanya untuk dijadikan pelajaran oleh manusia. Seperti yang difirmankan-Nya dalam az-Zumar ayat 21.
Bagi saya, Turki menjadi momentum tak ternilai. Menjadikan diri tidak seperti “katak dalam tempurung”. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni