PWMU.CO – Bangun peradaban Islam berkemajuan, ikuti tiga prinsip yang diteladankan Nabi Muhammad saw. Hal ini terungkap saat RS Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo Jatim memperingati Maulid Nabi Muhammad.
Sebanyak 200 karyawan dan karyawati RS Siti Khodijah mengikuti kegiatan yang digelar di Masjid Al Manar Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sepanjang Kabupaten Sidoarjo, Rabu (12/10/2022).
Kegiatan yang mengambil tema Meneladani Perjuangan Rasulullah saw dalam Membangun Peradaban Berkemajuan dan Berakhlakul Karimah menghadirkan pemateri Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Probolinggo Dr Heri Rifhan Halili MPdI
Wakil Direktur Bidang Umum dan Penunjang RS Siti Khodijah dr Kholid Yusuf Sp THT-KL dalam sambutannya mengapresiasi tema yang diambil oleh panitia bidang kerohanian Islam dalam kajian Islam kali ini.
“Ini tema yang penting dan menarik. Ini agar kita yang bekerja di rumah sakit bisa terus memajukan RS Siti Khodijah dan selalu memiliki akhlakul karimah sesuai teladan Rasulullah SAW,” ujarnya.
Dari sisi bangunan dan sarana prasarana, lanjutnya, RS Siti Khodijah saat ini sedang melakukan pembangunan gedung tahap 3.
“Alhamdulillah, saat ini kita kembali memulai pembangunan gedung tahap 3 yang direncanakan 7 lantai dan Insyaallah akan selesai satu tahun kedepan. Mohon doanya agar semua berjalan lancar,” ungkapnya.
Kuatkan Akidah dan Orientasi Masa Depan
Dalam ceramahnya Ustadz Rifhan – sapaan akrabnya menyampaikan, di antara hikmah peringatan maulid Nabi adalah mengingatkan kembali kepada sejarah hidup rasulullah.
“Sekarang ini terkadang ada yang terbalik di tengah keluarga muslim. Kisah hidup Nabi yang nyata dan begitu mulia sudah mulai samar bahkan seolah hanya menjadi dongeng masa lalu. Seakan fiksi karena jarang dikaji. Sebaliknya cerita yang fiksi dan dongeng seakan nyata, seperti film dan sinetron,” jelasnya.
Menurutnya, diantara yang bisa diteladani dari Nabi Muhammad adalah bagaimana membangun peradaban berkemajuan. Setidaknya ada tiga prinsip membangun peradaban Islam berkemajuan yang bisa diteladani dari Nabi.
“Pertama kuatkan akidah. Nabi mencontohkan bagaimana fokus menguatkan akidah umat selama 13 tahun di Makkah. Baru setelahnya mengajarkan kewajiban ibadah puasa, zakat dan haji saat di Madinah. Kecuali kewajiban shalat yang diturunkan di Makkah yaitu 1,5 tahun sebelum hijrah sesuai penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya,” jelasnya.
Dalam konteks rumah sakit, sambungnya, penguatan akidah dimulai dari sisi jangan hanya menyandarkan pada obat dan penangan medis lalu lepas dari nilai-nilai mendekatkan diri kepada Allah.
“Ini karena hanya Allah-lah yang Maha Menyembuhkan. Di sisi lain, jangan sampai pasien yang tidak kuat akidahnya juga melakukan pengobatan dengan kesyirikan. Seperti meminta bantuan dukun, menggunakan mantra dan jimat Di sinilah pentingnya penguatan akidah dilakukan oleh RS kepada para pasien dan keluarganya,” terangnya.
Kedua, ujar Rifhan, berorientasi masa depan dengan ilmu. Nabi mencontohkan bagaimana membuka ruang untuk ajaran Islam bisa dimaknai sesuai konteks zaman dengan tetap berpendoman pada kaidah-kaidah penafsiran yang benar.
“Maka di Muhammadiyah dikajilah fikih pandemi, fikih medsos. Juga seperti penggunaan ilmu falak yang terus dikembangkan Muhammadiyah untuk memudahkan penentuan waktu sholat, penentuan bulan dalam kalender Islam, dan sebagainya,” urainya.
“Sementara dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi, juga bisa terus dimanfaatkan hasil-hasil penelitian di bidang kedokteran. Penggunaan teknologi dalam pengobatan dan yang lainnya,” tambahnya.
Semangat Jalankan Ibadah Ritual dan Sosial
Ketiga, lanjut Rifhan, adalah semangat menjalankan amal ibadah ritual dan sosial. Dari sisi ritual perlu menekankan agar seseorang tetap menjaga shalat meski dalam keadaan sakit, sesuai petunjuk Nabi.
“Juga agar seluruh karyawan RS Siti Khodijah semangat belajar al-Quran. Karena al-Quran adalah obat dan rahmat bagi orang-orang beriman. Adapun di sisi amal ibadah sosial hendaknya terus menguatkan semangat dalam bekerja. Memberikan pelayanan medis terbaik dengan niat ibadah kepada Allah SWT,” pesannya.
Sebagai penutup, dia mengutip hadits Nabi. Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Adapun amalan yang paling dicintai Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan orang lain, membayarkan hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya.
“Sungguh aku, kata Nabi, berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beritikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh. Hadits riwayat Thobroni,” kutipnya.
“Insya Allah dengan pelayanan terbaik kepada pasien, semuanya akan mendapat pahala luar biasa seperti hadits ini,” tuturnya. (*)
Penulis Lina Melati. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.