Empat Sifat Kepribadian Rasulullah dalam Refleksi Maulid ITB Ahmad Dahlan, liputan kontributor PWMU.CO Lamongan Alfain Jalaluddin Ramadlan
PWMU.CO – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Lamongan mengelar Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW dengan kajian bertema Meneladani Sifat Kepribadian Rasulullah di aula kampus, Ahad (16/10/22).
Dalam kajian ini menghadirkan dosen aI-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) Khubby Mulyono Lc MA. Di awal penyampai kajian, dia menjelaskan beberapa hal dalam mewujudkan sifat dan kepribadian Nabi SAW.
“Di antara sifat-sifat beliau yang sering diajarkan maupun disampaikan di bangku sekolah, kuliah, masjid-masjid dan selainnya adalah, pertama Shiddiq yaitu jujur atau benar. Ini sifat pertama Rasulullah,” ujarnya.
Kedua, amanah artinya dapat dipercaya. Ketiga Tabligh artinya menyampaikan. Keempat Fathonah artinya cerdas. Keempat sifat tersebut tidak bisa dipisahkan dari kepribadian beliau yang selalu teguh memegang tauhid sebagai pondasi utama agama Islam.
Dakwah Nabi
Khubby Mulyono menjelaskan Rasulullah berdakwah di Mekkah berlangsung selama 13 tahun. Tiga tahun pertama adalah dakwah sembunyi-sembunyi dan sepuluh tahun selanjutnya adalah dakwah terang-terangan.
“Dakwah sembunyi-sembunyi dilaksanakan Nabi Muhammad SAW setelah turunnya Surah Al-Mudatstsir ayat satu sampa tujuh,” kata Khubby, sapaan akrabnya.
Sementara itu, lanjutnya, dakwah terang-terangan mulai dilakukan setelah turunnya Surah Al-Hijr ayat 94 – 95. Materi dakwah yang disampaikan selama Beliau di Mekkah, tentang ketauhidan yang merupakan pondasi utama Agama Islam.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Takmir Masjid KI Bagus Hadikusumo Umla ini menambahkan, memupuk keyakinan tentang ketauhidan bisa diwujudkan dengan selalu mengkaji al-Quran dan as-Sunnah yang kemudian diaplikasikan dan direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dengan demikian, seluruh napas perjuangan dimulai dari pikiran dan gerak-gerik merupakan wujud dari ajaran al-Quran yang diyakini sebagai sumber kemuliaan,” terangnya.
Kemudian Khubby mengutip Surat al-Anbiya ayat 31 yang artinya, Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.
Dalam ayat ini, sambungnya, bahwa bumi pun memiliki pancang atau pondasi berupa gunung supaya tidak goncang. Artinya, Allah SWT memberikan kita mukjizat berupa ilmu pengetahuan tentang bumi yang jauh mendahului ilmu-ilmu modern.
Dengan demikian, tegasnya, kita semakin yakin dengan kebenaran al-Quran dan meneguhkan hati untuk menjaga pondasi agama Islam berupa tauhid.
“Ketika tauhid kita kuat, maka sifat-sifat Nabi SAW yang empat di atas akan bisa kita wujudkan sebagai pegangan hidup di dunia dan bekal di akhirat,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.