Syarat Membangun Kader Tangguh di Bidang Ekonomi; Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar seminar bertajuk ‘Membangun Kader Tangguh Bidang Ekonomi untuk Memajukan Indonesia Memakmurkan Semesta’, Selasa (18/10/2022).
Ini bagian dari rangkaian Seminar Nasional dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ke-5 yang berlangsung selama tiga hari di Hotel Rayz Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur.
Pada hari pertama, Ketua PP Muhammadiyah Drs Ahmad Dahlan Rais MHum membahas ‘Urgensi Kader Tangguh Bidang Ekonomi’. Awalnya dia menilai, bidang pendidikan Muhammadiyah belum mampu mengangkat prestasi pendidikan negara Indonesia.
“Tidak ada satu pun SD Muhammadiyah yang masuk top sekolah nasional. Di tingkat SMP, hanya ada satu SMP Muhammadiyah yang masuk 50 besar sekolah nasional. Di tingkat SMA, tidak ada satu pun yang masuk tingkat 100 sekolah terbaik nasional,” ungkapnya.
Rumah sakit Muhammadiyah juga menurutnya demikian. “Tumbuh bagaikan jamur di musim hujan, namun secara kualitas banyak yang tertinggal,” imbuhnya.
Padahal, kata Dahlan Rais, pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraan itu ukuran ahsanu taqwim. Kalau bicara human development index, tiga hal itu parameter utamanya.
Dia menerangkan, masyarakat miskin punya potensi kekurangan nutrisi atau gizi. Ini konsekuensinya besar. Misal, bisa menurunkan kecerdasan, menyebabkan gangguan bicara, lemah dalam menerima ilmu, dan pertumbuhannya lebih pendek.
Oleh karena itu, dia menegaskan, ekonomi berperan sangat penting. “Kalau ekonomi terus lemah, maka yang terjadi adalah the lost generation. Kita tidak bisa menikmati bonus demografi,” ujarnya.
Dampak lainnya, pemuda menjadi generasi yang tidak punya harapan karena kemiskinannya. Akhirnya dia mengajak, “Kita harus on the right track kalau menggarap ketiganya! Jangan sampai memiliki anak keturunan yang lemah secara ekonomi.”
Technopreneurship
Selanjutnya, Mantan Walikota Yogyakarta Drs Herry Zudianto SE Akt MM bicara ‘Manajemen Sumber Daya Kader Berbasis Ekonomi dan Melahirkan Kader-Kader Technopreneurship’. Di awal pemaparannya, dia mengingatkan, Muhammadiyah di Muktamar ke-47 telah memutuskan salah satu pilar dakwah Muhammadiyah adalah ekonomi, baik secara individu maupun organisasi.
“Politik adalah hasil produk ekonomi. Tidak ada kebijakan apapun yang terlepas dari aspek ekonomi. Penguasaan politik tidak akan lepas dari penguasaan ekonomi,” terangnya.
Menurut Herry–sapaannya–penguasaan ekonomi sangat penting. Maka mencetak pendekar Muhammadiyah yang mampu bergerak di bidang ekonomi juga penting. Namun dia menyayangkan, banyak pengusaha tergoda masuk ke politik.
Herry menjelaskan, technopreneurship ialah penggabungan teknologi dan entrepreneurship. Artinya, bidang ini tidak hanya membutuhkan kemampuan teknologi, tapi juga kemampuan kewirausahaan.
Dia lantas meluruskan, “Technopreneur tidak sama dengan start up. Technopreneur juga tidak harus memiliki bisnis berbasis teknologi. Technopreneur ialah entrepreneur yang mengadopsi teknologi dalam usahanya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas business process.”
Selain itu, lanjutnya, juga bertujuan melahirkan cara-cara baru, menggantikan cara ortodoks. Dia pun menekankan pentingnya technopreneurship dalam mempertahankan bisnis. “Sustainability in the long run,” ungkapnya.
Baca sambungan di halaman 2: Ekonomi Kreatif Berbasis Inovasi