Shalat di Masjid Granada dengan Imam Berbaju Dua Lapis; Catatan perjalanan Dr Syamsudin MAg, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur dari Spanyol.
PWMU.CO – Yayasan Masjid Jamik Granada atau Fundacion Mezquita de Granada, adalah wadah kegiatan komunitas Muslim Granada, Spanyol. Ini komunitas ketiga yang dikunjungi Rihlah Peradaban PWM Jatim, Selasa (18/10/2022)
Sebelumya mengunjungi komunitas Muslim di Cordoba dan Sevilla. Secara statistik jumlah umat Islam di Granada cukup besar, yaitu sekitar 10 persen dari 280 ribu penduduk kota. Walaupun Granada kota kecil, tapi ramai karena ada heritage terbesar di Spanyol, yaitu Istana al-Hambra. Setiap tahun tidak kurang dari 50 juta orang menunjungi al- Hambra. Tentu saja ada ribuan peluang kerja di dalamnya.
Komunitas Muslim Granada mampu membeli tanah yang sangat strategis dalam konteks pariwisata. Dataran tinggi, bersebelahan dengan Gereja Tua San Cristobar, dan view-nya amat bagus, Bisa melihat Istana al-Hambra dan area sekitarnya tanpa terhalang oleh apapun.
Biaya untuk membeli tanah adalah bantuan dari pemimpin Libya, Kolonel Muammar Khadafi. Menurut prasasti yang terdapat pada dinding, Masjid Granada selesai dibangun pada tahun 2003, dengan biaya dari pemetintah Uni Emirat Arab.
Bangunan Masjid cukup luas dan bersih. Di sisi kiri ada bangunan madrasah untuk kursus agama dan agrikultural. Di sisi kanan masjid ada taman yang rindang, tertata rapi, dan indah. Karena lokasi masjid berada di tanah tinggi, maka semua pemandangan yang ada di arah selatan terlihat jelas, termasuk komplek Istana al-Hambra.
Masjid juga menyediakan teropong canggih untuk mengamati al-Hambra dari jauh. Pemerintah Granada menjadikan halaman masjid sebagai destinasi wisata, sehingga semua turis manca negara dengan ragam budayanya, diizinkan mengunjungi Lokasi tersebut. Menurut Abdul Karim, jamaah sepuh asli Granada, untuk shalat 5 waktu ada 10 sampai 20 orang jamaah. Untuk shalat jumat bisa 300 orang jamaah.
Lokasi masjid di distrik al-Baizin. Untuk sampai ke lokasi harus melewati jalan jalan sempit yang banyak belokannya. Di sepanjang jalan banyak ditemukan gereja tua. Ada gereja San Cristobar, San Bertolome, dan lain sebagainya.
Semua bangunan gereja terlihat sudah tua dan berarsitektur “Arabic”. Pak Yasin pemandu wisata menjelaskan, semua gereja di distrik al-Baizin dulunya adalah masjid. Setelah inquisisi selama 500 tahun, semua yang berbau Islam dilenyapkan. Istana, masjid, madrasah, bahkan kuburan. Adapun bangunan-bangunan yang monumental dialihfungsikan sebagai gereja. Sehingga fasilitas-fasilitas semacam tempat wudhu dan menara azan tetap ada.
Namun sekarang ini hampir semua gereja tutup, tidak ada aktivitas keagamaan. Yang masih aktif pun hanya berfungsi sebagai wahana hiburan kelompok usia renta. Penyebabnya, secara spiritualitas generasi muda baik di Spanyol ataupun Eropa secara umum, pada tigadekade terakhir berada pada titik nadir, titik yang paling rendah.
Mereka pada umumnya agnostic. Tidak peduli, tidak mau tahu, dan cuek dalam urusan agama. Mereka yang haus spiritualitas justru tertarik pada agama Islam. Menurut pak Nuh, ketua Yayasan Masjid Granada, hampir setiap jumat ada penduduk Granada yang bersyahadat masuk Islam.
Baca sambungan di halaman 2: Shalat dengan Muadzin Rektor UMSurabaya