Perjuangan Lazismu Banjarnegara Gerakkan Sinergi Antarlini Persyarikatan, tulisan Ketua Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Mahli Zainuddin Tago.
PWMU.CO – Jumat (30/9/2022) di Dataran Tinggi Dieng, saya sedang menikmati menjadi tamu pendamping Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir MSi untuk peresmian beberapa amal usaha Muhammadiyah (AUM).
Tetapi pada era sosmed ini ternyata tidak mudah bersembunyi dari komunitas. Kehadiran saya terdeteksi. Baru saja berjalan mendekati panggung kehormatan, Ketua Lazismu Banjarnegara Jawa Tengah Tyas Abu Yayan menempel ketat.
“Pak Mahli, habis acara ini ke Banjarnegara ya. Nanti melihat peresmian Rumah Mocaf dan menengok kantor baru Lazismu Banjarnegara. Nanti Bapak buat pantun di sana,” kata Tyas Abu Yayan. Dia tahu saya suka berpantun. Maka saya tidak bisa menghindar.
Beruntung saya bersama istri hadir dengan agenda yang longgar. Setelah acara inti di Sarwodadi, kami bisa ke mana saja. Semula mau menginap kembali di Dieng. Kini berbelok menjadi ke arah kota Banjarnegara. Ternyata di sana menunggu banyak cerita dahsyat yang menjadi inspirasi tulisan ini.
Kolaborasi Lazismu dan MPM Hasilkan Rumah Mocaf
Sebelum ke kantor Lazismu Banjarnegara, kami singgah dulu di Rumah Mocaf Banjarnegara. Rumah Mocaf lahir dari kolaborasi Lazismu dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banjarnegara.
Riza Azyumarridha Azra, anak muda yang banyak terinspsirasi oleh almarhum Said Tuhulele menjadi foundernya. Konsepnya adalah sociopreneurship. Rumah Mocaf menjadi jalan keluar bagi banyak petani ketela pohon yang sering dipermainkan para tengkulak.
Di Rumah Mocaf, ketela pohon diproduksi menjadi tepung mocaf yang bernilai tinggi. Tepung mocaf kemudian menjadi bahan baku untuk berbagai olahan lanjutan. Nilai jualnya berlipat-lipat dibandingkan harga ketela pohon biasa.
Anak muda alumnus Teknik Elektro Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Riza, menggerakkan banyak pihak setempat. Lalu melalui divisi khusus pemasaran yang ditangani anak-anak muda, Rumah Mocaf berhasil menembus pasar diberbagai kawasan. Termasuk pasar luar negeri.
Rumah Mocaf diresmikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir. Bagi Haedar, Rumah Mocaf ini membuktikan adanya N-Ach (Need for Achievement), yaitu keinginan berkembang yang kuat. Sekian tahun sebelumnya, Haedar datang ke sini. Lokasinya masih sempit. Sekarang sudah lapang dan ada sinergi dengan berbagai pihak: MPM, PDM, dan Indonesia Power.
Angkat Martabat Rakyat
Menurut Haedar, ini sesuai harapan Presiden RI Jokowi saat PP Muhammadiyah sowan meminta Jokowi membuka Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah. Jokowi mengapresiasi Muhammadiyah yang makin bergerak menguatkan ekonomi. Sedangkan bagi Muhammadiyah, mengembangkan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan adalah bagian membangun khaira ummah.
Umat terbaik harus kuat dalam berbagai hal. Termasuk ekonomi. Ujung dari usaha ini adalah rakyat memiliki kedaulatan. Haedar lalu mengutip hadits Nabi. Almukminul qawiyy khairun wa ahbbu ‘indallaah minal mu’minid dhooif. Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin lemah.
Menurut Haedar, hal yang lebih penting adalah mengangkat martabat rakyat. Untuk itu Haedar mengajak warga Persyarikatan bangun kebersamaan. Sejalan dengan sila Persatuan Indonesia. Hanya dengan begitu potensi besar bisa dibangkitkan. Konflik terlalu mahal harganya. Di Telodas yang terpencil, dengan kebersamaan bisa dibangun masjid senilai 4 miliar rupiah.
Pada sisi lain ke depan, usaha seperti ini perlu hadir secara lebih progresif. Pelaku ekonomi besar harus ikut membantu pelaku ekonomi kecil. Bantuan atau dorongan yang diberikan harus lebih substantif. Tidak cukup hanya populisme atau sekedar membangun citra.
“Kalau dorongan kecil-kecil, nggak ngangkat. Kalau besar, sekali dorong bisa mengangkat banyak UMKM,” tegas Haedar Nashir.
Mimpi RS PKU Muhammadiyah Banjarnegara
Usai dari Rumah Mocaf, kami melanjutkan perjalanan ke Kantor Lazismu Banjarnegara. Ternyata memang tidak rugi saya mampir di kantor ini. Tyas ternyata silent reader dari tulisan-tulisanku di medsos. Tyas berniat menceritakan pengalamannya bersama teman-teman Lazismu Banjarnegara yang dahsyat. Maka ketika tahu saya masuk wilayah mereka, saya pun diarahkan untuk meninjau kantor ini.
Kantor ini bersebelahan dengan kantor baru PDM Banjarnegara yang megah. Di balik dua kantor yang megah ini, ada cerita yang tidak kalah megahnya. Maka saya memang menjadi pendengar yang baik. Tyas, bersama Pak Wardi, Mas Anwar, dan Mbak Nikmah seperti sudah lama menunggu saya.
Mereka ingin menumpahkan cerita tentang pengalaman mereka. Pengalaman membangun sinergi yang apik antar lembaga dalam Muhammadiyah Banjarnegara. Dalam hal ini Lazismu menjadi motor penggeraknya.
Cerita bermula dari sebuah mimpi. Mimpi besar warga Muhammadiyah Banjarnegara, memiliki sebuah Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah. Masalahnya PDM tidak memiliki dana yang cukup. Modal yang dimiliki hanya tanah wakaf. Itupun lokasinya tidak di pinggir jalan.
Maka dilakukan proses tukar guling. Dengan begitu diperoleh tanah di tepi jalan seluas 4000 meter persegi. Lalu dari mana dana untuk membangun gedung diperoleh? PDM nekad mengajukan pinjaman permodalan ke Bank Jateng Syariah.
Untuk agunannya, anggota PDM dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-Kabupaten Banjarnegara menyerahkan sertipikat tanah milik pribadi. Sebagian dari sertipikat itu merupakan harta berharga satu-satunya milik mereka. Ternyata mereka memang tipe pejuang.
Singkat cerita terkumpul 40 sertipikat. Setelah dihitung tim apreisal diperoleh dana pinjaman sejumlah 12 miliar rupiah. Ditambah dana internal sejumlah 3,6 miliar rupiah. Maka mimpi memiliki gedung RS PKU Muhammadiyah pun menjadi nyata.
Pemilik Sertipikat Siap dengan Resiko Terburuk
Namun muncul masalah baru. Setelah bangunan megah berdiri, ternyata manajemen RS PKU Muhammadiyah Banjarnegara tidak memiliki dana operasional sama sekali. Untungnya para pengurus banyak anak-anak muda. Mereka pekerja keras dan memiliki banyak ide kreatif.
Hampir setiap malam mereka rapat, memikirkan kelanjutan AUM kebanggaan warga Muhammadiyah ini. Mereka mencari skema-skema pembiayaan baru. Lalu muncul ide penyertaan saham. Lazismu kemudian bergerak melakukan silaturrahim. Melobi orang-orang kaya Muhammadiyah Banjarnegara.
Saham dilelang dengan konsep per kamar 40 juta rupiah. Banyak para aghniya yang mengambil per kamar. Ada juga yang komitmen investasi 10 juta rupiah saja. Dalam waktu singkat terkumpul 600 juta rupiah. RS PKU Muhammadiyah Banjarnegara pun mulai beroperasi.
Setelah itu berbagai kemudahan seperti mengalir datang mendekat. Dengan beroperasinya RS PKU Muhammadiyah, dana pun mulai masuk. Maka dalam satu tahun, sertipikat tanah yang diagunkan sudah bisa dikembalikan. Bahkan tanpa roya. Para peminjam dana di bank dengan jaminan sertipikat tanah tentu paham apa itu roya. Agunan diganti dengan bangunan baru rumah sakit.
Tahun ketiga keuntungan sudah diperoleh. Sehingga saham-saham yang dibeli para aghniya bisa kembalikan. Sekaligus dengan bagi hasilnya. Saham seharga 10 juta rupiah dikembalikan 12,450 juta rupiah. Bahkan ada 3 saham senilai 30 juta yang dikembalikan ke Lazismu.
“Ketika sertipikat agunan dikembalikan, pemiliknya menangis. Meski yakin pengurus bisa menjalankan amanah dengan baik, mereka siap dengan resiko terburuk. Mereka memang tipe pejuang,” ungkap Tyas.
Keadaan sudah berbalik pada tahun ke-4 . Uniknya ketika Covid-19 melanda, perkembangan RS PKU Muhammadiyah Banjarnegara ini malah meningkat. Covid seakan membawa berkah. RS PKU ini yang tadinya harus disokong, kini menjadi penyokong berbagai lini lain Persyarikatan. Lembaga ini menjadi pendukung penting bagi dakwah Muhammadiyah di Banjarnegara.
RS PKU antara lain menyerahkan sebuah mobil operasional untuk PDM Banjarnegara. Sebuah Innova Diesel Matic dengan nilai 480 juta rupiah. Pada sisi lain, semua karyawan RS PKU Muhammadiyah Banjanegara ini sudah menunaikan zakat melalui Lazismu Banjarnegara. Alhamdulillah.
Lunasi Kantor Lazismu dengan Pinjam ke PCM
Cerita belum berakhir. Ketika pembangunan gedung RS PKU berlangsung pada 2019, PDM akan bangun gedung baru. Untuk dana awalnya, Lazismu kembali melakukan fundrising. Lalu ketika gedung baru sedang dibangun, sebuah rumah ditawarkan ke PDM. Lokasinya persis di samping gedung PDM.
Rumah ini sebenarnya sudah disanggupi seorang pengusaha seharga 5 miliar rupiah. Tetapi pemilik lebih ingin dibeli PDM Banjarnegara. Meski saat itu tidak memiliki dana, PDM memutuskan pembangunan gedung PDM jalan terus dan rumah yang ditawarkan dibeli.
Setelah melalui proses yang berdarah-darah, akhirnya pelunasan bisa dilakukan sesuai rencana. “Saat pelunasan, ahli waris keluarga Bapak Ahmad Soladi menangis bahagia. Karena rumah bersejarah keluarga mereka dibeli Muhammadiyah, tidak lepas ke pengusaha,” ungkap Tyas.
Proses fundrising, perjuangan Lazismu Banjarnegara dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya lelang wakaf. Tempatnya terutama di RS PKU Muhammadiyah Banjarnegara. Pada suatu kesempatan lelang wakaf dilakukan sambil Pengajian Ramadhan. Tidak sampai setengah jam terkumpul komitmen dari warga Persyarikatan sejumlah 2,8 miliar rupiah.
Menariknya, ketika penghimpunan dijalankan, dana terkumpul meningkat menjadi 3,6 miliar rupiah. Ketika tahap pertama pelunasan jalan, pandemi masuk. Maka skema penghimpunan melalui AUM buyar. Lazismu Banjarnegara harus memikirkan skema lain. Antara lain meminjam dana ke aghniya. Kemudian dilakukan peminjaman ke PCM-PCM se-Banjarnegara.
Bangunan Zaman Belanda
Awal 2022 gedung Kantor Lazismu Banjarnegara lunas. Kini Lazismu Banjarnegara memiliki kantor baru di atas tanah 900 meter persegi. Di atasnya berdiri bangunan megah buatan zaman Belanda. Direhab sedikit saja akan menjadi bangunan yang besar dan gagah.
Kota Banjarnegara, Sabtu (1/10/2022), saya dan istri memang tidak jadi liburan dan menginap lagi di Dieng. Diganti dengan berkeliling melihat langsung gedung baru PDM Banjarnegara yang sedang dibangun megah. Juga menginjakkan kaki di Kantor Lazismu Banjarnegara dengan bangunan tua yang unik.
Berbagai cerita di belakangnya sepadan dengan libur ke Dieng yang tertunda. Kami akhirnya menginap di tengah kota Banjarnegara. Ketika pagi saya dan istri melanjutkan perjalanan pulang ke Yogjakarta, ada rasa bangga dan bahagia yang tidak terkira.
Cerita dari Muhammadiyah Banjarnegara semoga menginsiprasi Muhammadiyah daerah lain dalam membangun AUM. Perjuangan Lazismu Banjarnegara merupakan bukti Lazismu bisa menjadi motor menggerakkan sinergi antar lini dalam Persyarikatan. Insyaallah.
Kisah Perjuangan Lazismu Banjarnegara ini ditulis di Hotel Lombok Raya-Mataram, Kamis (20/10/2022).
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.