PWMU.CO– Derajat perempuan menjadi tema orasi kebangsaan pertemuan Muhammadiyah dan Aisyiyah se Bali dilaksanakan secara hibrid di Denpasar, Jumat (21/10/2022).
Orasi kebangsaan disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Dr Hj Siti Noordjannah Djohantini MM MSi.
Siti Noordjannah menanyakan,”Apa sih perempuan yang mempunyai derajat?”
Menurut dia, derajat perempuan bisa dilihat dari tiga hal ini. Pertama, akhlak yang tinggi. Kedua, ilmu yang luas dan kritis. Karena tidak semua pengetahuan harus ditelan mentah. Ketiga, keteladanan yang harus dipromosikan terus.
Konsep itu dirumuskan dalam risalah perempuan berkemajuan yang menjadi pegangan seluruh warga Aisyiyah. Risalah ini akan dibahas dalam muktamar di Solo.
Dia menjelaskan, risalah ini menjadi komitmen dalam ber-Aisyiyah. Pertama, perempuan harus mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi.
”Pada zaman Rasulullah ada contohnya. Seperti Aisyiyah yang ahli hadits yang menceritakan kehidupan Rasulullah, contoh dalam al-Quran, contoh para sahabat,” ujarnya.
Kedua, perempuan berkemajuan itu harus mempertahankan keluarga. Ketahanan keluarga menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan bangsa. Menjadi keluarga sakinah.
Noordjannah menyebutkan tokoh-tokoh Aisyiyah yang memajukan perempuan yang berpartisipasi dalam kongres wanita yang bisa menjadi teladan seperti Ibu Munjiah dan Ibu Hayinah. Pergaulannya luas.
”Dua tokoh Aisyiyah ini jarang tersosialisasi di masyarakat. Sedang kami angkat untuk menjadi pahlawan perempuan. Karena berbicara hal yang sangat substantif. Ibu Munjiah dalam ceramah di kongres wanita itu berbicara tentang derajat perempuan,” ujarnya.
Risalah perempuan berkemajuan ini, kata Noordjannah, bisa disajikan kepada kaum perempuan siapa saja setelah diputuskan di muktamar. ”Kita harus cari teman sebanyak-banyaknya ditawari agar konsep ini menjadi gerakan. Bahwa kita perempuan berkemajuan di Indonesia punya dasar, nilai budaya yang sangat kuat,”u ngkapnya.
Dia ingin mendorong melalui Aisyiyah supaya perempuan-perempuan Indonesia menjadi maju dengan nilai-nilai keutamaan, budaya bangsa yang luhur, nilai agama yang dijunjung tinggi.
”Tidak jadi alasan untuk perempuan tidak maju, kecuali ada yang menghambat. Bagi warga persyarikatan Muhammadiyah, insyaallah tidak ada satupun yang menghambat kemajuan perempuan,” tegasnya.
Penulis Syahroni Nur Wachid Editor Sugeng Purwanto