Kenali Jati Diri Anak melalui Sidik Jari, liputan Kontributor PWMU.CO Kabupaten Jember Muhammad Fajar Al Amin.
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 1 (Mudisa) Jember, Jawa Timur, menggelar sosialisasi hasil fingerprint di Auditorium Mudisa, Ahad (23/10/2022). Narasumbernya seorang psikolog: Arif Boedi MPsy Clin MD.
Ketua PPDB SD Mudisa Wulidatul Aminah MPd kepada PWMU.CO menjelaskan, kegiatan ini untuk memfasilitasi wali siswa kelas I dan II agar mengetahui jati diri putra dan putrinya melalui sidik jari. Fasilitas fingerprint merupakan salah satu pelayanan SD Mudisa Jember untuk wali siswa yang sudah mendaftarkan putra-putrinya.
“Pengambilan sampel sidik jari sejak menjadi calon siswa. Dan akan mendapatkan fasilitas konsultasi lanjutan bersama Arif Boedi. Mulai jenjang kelas I hingga kelas VI. Bahkan meskipun sudah menjadi alumnus, masih akan diberikan pelayanan bersyarat,” ujarnya.
Sementara itu Arif Boedi menyampaikan, hasil fingerprint telah dibagikan kepada wali siswa. Dari hasil tersebut, ada beberapa jenis anak dalam sisi karakter psikologi dengan istilah limbik, neo, brain, atau komposit.
“Coba dicek dalam buku hasil uji sidik jari dan fokuskan penjelasan. Jika limbik maka fokus pada penjelasan limbik. Jika neo maka berfokus pada penjelasan neo,” ajaknya pada wali siswa kelas I dan II.
Jika di situ tertulis limbik, lanjut Arif, maka anak kita termasuk yang didominasi oleh otak tengah. Tempatnya kasih sayang, tempat tabir emosi, itu ada pada sistem limbik. Itu yang menyebabkan anak limbik sedikit-sedikit bawa perasaan atau baperan.
“Pada anak neo didominasi oleh otak depannya. Otak korteks, otak logika, otak berpikir. Maka pada anak yang memakai logika, kalau kita berbicara pakai perasaan itu percuma dan sia-sia. Kita harus berbicara dengan mereka dengan alasan yang tepat tanpa perasaan,” jelasnya.
Menurutnya, setiap anak mempunyai perbedaan dari gaya belajarnya, kecerdasan intelegensinya, serta karakter kestabilan antara otak kanan dan otak kiri.
“Oleh karena itu Bapak Ibu harus menghadapi anak-anaknya sesuai dengan karakteristik dominasi otak mana yang didominasi oleh mereka,” pesannya.
Jangan sampai, sambung Arif, salah cara mendidik anak. Anak yang baperan harus pakai perasaan saat kita memberikan pengertian.
“Sedangkan anak yang suka berpikir, kita beri penjelasan pakai logika. Hal ini karena anak-anak neo adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,” terangnya. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.