PWMU.CO – Mulai hari Jumat (10/3) ini, Kota Malang kembali normal setelah beberapa hari terjadi aksi mogok yang dilakukan para sopir angkutan umum.
Banyak cerita yang tersisa di balik aksi mogok itu, di antaranya banyaknya pelajar yang keleleran karena kesulitan angkutan. Seperti yang dialami pelajar di beberapa sekolah Muhammadiyah yaitu di SMP Muhammadiyah 1 dan SMA Muhammadiyah 1 yang berlokasi di Perguruan Muhammadiyah Oro Oro Dowo, Kota Malang, Kamis (9/2).
(Baca: Bukan Hanya Orang Dewasa, Bayi pun Bisa Emosi: Materi Menarik dalam Sekolah Ibu)
Terketuk akan banyaknya pelajar yang keleleran itu, beberapa Pemuda Muhammadiyah yang ada di Ranting Penanggungan berinisiatif mengantarkan mereka. “Saya pernah sekolah, kalau telat masuk pasti gak enak. Karena itu sejak jam 5 tadi saya sudah menyisir tepi jalan untuk mengantarkan mereka. Dan alhamdulillah ternyata banyak juga yang melakukan seperti yang saya kerjakan,” ujar Dian Prasetyo, salah satu aktivis Pemuda Muhammadiyah yang ikut aksi sosial itu.
Brimob pun ikut turun tangan. “Sudah menjadi kewajiban kami untuk membantu sesama. Apalagi anak-anak yang punya tugas mulia menuntut ilmu. Jadi kami sebisa mungkin ingin memudahkan mereka, ” kata Bripda M Cahyo di sela kesibukan mengatur murid-murid SMPN 1 Malang menggunakan kendaraan Brimob.
(Baca juga: Aisyiyah Dirikan Sekolah Ibu, agar Bukan Bayi yang Disekolahkan)
Sementara itu Aldi, salah satu siswa SMP Muhammadiyah 3 merasa sangat senang adanya angkutan Brimob itu. “Kemarin saya diantar Kak Dian. Jadi saya tidak terlambat sekolah,” ujarnya menyebut Dian Prasetyo.
Sebelumnya, Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Klojen Nugraha Hadi Kusuma menyampaikan 3 saran untuk mengatasi aksi yang dipicu konflik berkelanjutan antara moda transportasi konvensional dan yang berbasis online. “Pertama, masing-masing pihak cooling down dulu. Mendinginkan suasana dengan lebih mementingkan kepentingan publik,” katanya.
(Baca juga: Pangdam V Brawijaya tentang Smart Attack, Hedonisme, dan Akar Penyebab Radikalisme)
Kedua, lanjutnya, membangun komunikasi dan sinergitas dalam kerangka gotong-royong serta memperkuat keyakinan bahwa rezeki Allah lah yang menentukan. “Ketiga, perlunya pemerintah Kota Malang mengambil langkah tegas dan sesuai aturan yang berlaku sehingga masyarakat memperoleh kepastian dan keadilan hukum,” ujarnya.
Nugraha menambahkan, bila ini tidak segera disikapi maka perekonomian di Kota Malang akan mengalami gangguan yang signifikan terutama masyarakat ekonomi lemah yang tergantung angkutan massal. (Uzlifah)