Aisyiyah Angkat 10 Isu Strategis di Muktamar Ke-48, liputan kontributor PWMU.CO Situbondo Sugiran.
PWMU.CO – Panitia Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah menggelar Press Conference di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jumat (4/11/2022).
Hadir dalam Press Conference ini Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd, Sekretaris PP Aisyiyah Dr Tri Hastuti Nur Rochimah MSi dan Ketua Panitia Penerima Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah Prof Dr Sofyan Anif MSi.
Tri Hastuti Nur Rochimah dalam paparannya menyampaikan, Aisyiyah sebagai salah satu organisasi otonom (ortom) khusus Muhammadiyah, maka garis kebijakan Aisyiyah juga mengikuti garis kebijakan Muhammadiyah. Maka Muktamar ke-48 Aisyiyah juga diundur 2 tahun, yang harusnya tahun 2020 menjadi 2022 pada bulan Nopember ini.
“Ahad (6/11/22) akan dilaksanakan Sidang Pleno I Muktamar Aisyiyah. Ini bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan muktamar. Muktamar bukan hanya pada 19-20 Nopember, tetapi untuk Aisyiyah sudah dimulai pada 6 Nopember,” ujarnya.
Sidang Pleno I, lanjutnya, merupakan sesi tanggapan dari materi yang sudah disampaikan kepada seluruh anggota muktamar. Kemudian dirangkaikan dengan tanwir yang akan dilaksanakan pada Jumat (18/11/22).
“Pada Sidang Pleno I itu tanggapan dan pembahasan materi-materi yang sudah disampaikan kepada seluruh anggota muktamar. Sedangkan 18 Nopember adalah tanwir yang nanti akan ada persidangan-persidangan terkait dengan pembahasan materi ini dan juga pemilihan. kemudian 19-20 Nopember agendanya sidang muktamar dan pemilihan pimpinan,” jelasnya.
Agenda Sidang Pleno I
Beberapa agenda yang akan dibahas pada Sidang Pleno I, seperti halnya di Muhammadiyah, pertama yaitu Laporan Pertanggungjawaban PP Aisyiyah periode 2015-2022. Laporan sudah dikirimkan secara softcopy melalui email ke semua anggota muktamar yang jumlahnya 1930 orang. Anggota muktamar itu memiliki hak bicara dan hak pilih.
“Yang juga akan ditanggapi pada Sidang Pleno I adalah Program Umum dan Program Bidang untuk periode kepemimpinan 2022-2027,” ungkapnya.
Ketiga, sambungnya, adalah Risalah Perempuan Berkemajuan. Ini untuk menguatkan posisioning Aisyiyah sekaligus menguatkan Aisyiyah di abad kedua.
“Sebenarnya bagaimana posisi, peran-peran yang akan dikuatkan oleh Aisyiyah, dan nilai-nilai apa yang dibawa Aisyiyah sebagai organisasi perempuan muslim berkemajuan,” tegasnya.
Isu di Sidang Pleno I dan Forum Muktamar
Keempat adalah isu strategis. Aisyiyah merekomendasikan sepuluh isu strategis untuk kemudian dibahas pada Sidang Pleno I dan di forum muktamar.
“Sepuluh isu strategis tersebut, pertama adalah penguatan peran strategis umat Islam dalam mencerahkan bangsa. Ini karena kita meyakini bahwa di tengah konstelasi berbagai paham, maka bagaimana Aisyiyah juga terus menguatkan perannya dalam tugas-tugas keumatan untuk mencerahkan bangsa,” urainya.
Kedua, yaitu menguatkan perdamaian dan persatuan bangsa. Ini isu yang sangat penting sekali, karena perkembangan dunia digital saat ini dan di tengah beragam paham yang sangat luar biasa ini, maka Aisyiyah perlu menguatkan bagaimana kita semua yang plural, majemuk adalah sebuah bangsa yang satu yang harus bersama-sama memikirkan negara Indonesia ini.
“Ketiga, pemilihan umum yang berkeadaban menuju demokrasi yang substantif. Sebentar lagi 2024 kita dihadapkan pemilu. Kita mengharapkan pemilu berjalan dengan damai. Pemilu tidak sekadar prosedural tetapi substantif yang akan menghasilkan pemimpin yang betul-betul berpihak kepada rakyat,” tegasnya.
Keempat, ujarnya, adalah optimalisasi pemanfaatan digital untuk mengatasi kesenjangan dan dakwah berkemajuan. Ini menjadi tantangan ke depan bagi dakwah Aisyiyah.
“Bagaimana kesenjangan digital itu akan diatasi, tetapi pada satu sisi juga dunia-dunia digital akan dipenuhi oleh ide-ide Islam berkemajuan. Bukan narasi-narasi yang bertentangan dengan Islam berkemajuan,” terangnya.
Menurutnya yang kelima adalah menguatkan literasi nasional. Ini PR besar bagi Aisyiyah yang punya visi untuk Indonesia emas. Dan ini juga sesuai dengan visi Indonesia ke depan, tetapi tingkat literasi di Indonesia masih cukup rendah.
“Oleh karena itu kita punya salah satu rekomendasi terbesar yang ingin kita sampaikan adalah terkait bagaimana membangun literasi nasional,” ungkapnya.
Ketahanan Keluarga dan Kedaulatan Pangan
Keenam, lanjutnya, adalah ketahanan keluarga. Kita meyakini ketahanan keluarga ini sebagai basis kemajuan peradaban bangsa. Sebagaimana di Muhammadiyah, isu ketahanan keluarga menjadi isu yang sangat penting sekali.
“Ketujuh, yakni penguatan kedaulatan pangan untuk pemerataan akses ekonomi. Ke depan kita akan dihadapkan pada isu krisis pangan, maka perlu menguatkan kedaulatan pangan bagi keluarga-keluarga, dan masyarakat. Dan perempuan adalah agen yang penting sekali untuk menguatkan kedaulatan pangan,” paparnya.
Kedelapan, penguatan mitigasi bencana dan dampak perubahan iklim. Salah satu isu ke depan adalah perubahan iklim. Perempuan akan menjadi korban yang paling besar dari isu ini. Dan sekaligus perempuan bisa menjadi agen yang sangat potensial untuk mencegah dampak perubahan iklim.
“Kesembilan, yaitu akses perlindungan bagi pekerja informal. Jumlah pekerja informal sekitar 60 persen lebih di Indonesia. Dan ini ke depan bagaimana mendapatkan perlindungan dari negara. Apalagi Indonesia sudah menjadi Presiden G-20. Ini isu pekerja informal menjadi isu yang sangat penting,” tegasnya.
Terakhir kesepuluh adalah stunting. Ini juga menjadi isu nasional. Kita berbicara tentang SDM tetapi saat ini masih dihadapkan pada isu stunting.
“Sepuluh isu strategis ini nanti akan menjadi diskusi dan sekaligus rekomendasi untuk kerja-kerja Aisyiyah ke depan. Dan juga untuk pemerintah di masa mendatang,” tuturnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.