PWMU.CO – Cerita Spanyol menjadi selingan acara Sidang Pleno I: Tanggapan atas Materi Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Aula Mas Mansyur Gedung PWM Jawa Timur, Sabtu (5/11/2022).
Cerita Spanyol itu disampaikan Sekretaris PWM Jawa Timur Ir Tamhid Masyhudi saat istirahat. Dia menceritakan oleh-oleh Rihlah Peradaban rombongan PWM Jawa Timur ke Turki dan Spanyol pada 10-21 Oktober 2022 lalu.
Rihlah ini undangan Duta Besar Republik Indonesia di Madrid Spanyol, Dr Muhammad Najib, yang dulu aktivis Pemuda Muhammadiyah Jatim.
Kata Tamhid, ada sepasang suami-istri Spanyol tertarik kuliah di Indonesia. Dia lantas menginfokan kabar itu ke Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Dr dr Sukadiono MM. Sebab UM Surabaya inilah pihak yang akan memberikan sponsor.
”Semalam saya sudah ditelepon Kedutaan, segala hal terkait persyaratan segera dikomunikasikan, akan dikeluarkan visa belajar,” ujarnya disambut gemuruh tepuk tangan 280 peserta muktamar yang hadir di Aula Mas Mansyur.
Keistimewaan PWM Jatim
Tamhid juga menyinggung rombongan PWM Jatim mengukir sejarah baru dalam Rihlah Peradaban tersebut. ”Seluruh PWM di Indonesia belum ada yang bisa masuk nonton El Clasico kecuali PWM Jatim,” ujarnya.
Menurutnya, ini berkat niat dan doa kuat sang Ketua PWM Jatim Dr Saad Ibrahim MA. ”Dari rumah, tahajjud, sudah berdoa supaya nanti bisa melihat El Clasico di Madrid,” tandasnya.
Ternyata ada kisah menarik di balik keberhasilan ini. ”Prof Ahmad Jainuri dan Pak Sukadiono sudah beli tiket kereta api eksekutif dari Madrid ke Cordoba. Harganya 1200 euro, kalau dirupiahkan kira-kira Rp 20 juta, tapi tidak bisa dibeli dari sini. Belinya harus di sana. Tapi kalau beli di sana sudah habis, tidak bisa masuk,” kenangnya sambil tertawa.
”Untung ada Kiai Saad. Nggak tahu doanya seperti apa, beliau tidak gila bola, tapi karena doanya menyertai Prof Jainuri dan Pak Sukadiono, akhirnya bertiga bisa masuk ke Stadion Santiago Bernabéu,” imbuh Tamhid.
Dia masih ingat ketika Saad Ibrahim yang terbiasa pakai kopiah enggan melepas kopiahnya saat masuk stadion. Akhirnya rela melepas kopiah dan menggantinya dengan slayer Real Madrid.
Kejayaan Andalusia
Tamhid kemudian mengulas motif Saad Ibrahim menarik suami istri Spanyol itu belajar di Universitas Muhammadiyah dan hendak membeli Alcala, kompleks dengan gereja di dalamnya.
”Andalusia dulu pernah berjaya, meninggalkan karya besar, tapi kemudian musnah. Tak ada lagi warga Spanyol beragama Islam,” ungkapnya.
Masjid-masjid di Cordoba jumlahnya 800 sudah musnah. ”Hanya tinggal menaranya saja dipakai lonceng. Lainnya dipakai untuk gereja,” katanya.
”Pak Saad ingin mengembalikan itu semua dengan cara membangun peradaban.”
Kejayaan di Andalusia bisa hilang, kata dia, karena umat tidak bisa mempertahankan keharmonisan. ”Kerajaan besar itu diwariskan ke anak-cucunya, ada 80 thaifah yang gelut karepe dewe bahkan minta bantuan orang asing,” terangnya mengakhiri cerita Spanyol. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Sugeng Purwanto