PWMU.CO – Ketua Pimpinan Daerah Muhamamdiyah kota Surabaya Dr H Mahsun Jayadi MAg mengungkapkan 3 strategi Nabi Muhammad SAW dalam membangun Kota Madinan. Hal itu dia sampaikan dalam Workshop Manajemen Pengelolaah Masjid Muhammadiyah Berkemajuan Se-Kota Surabaya di MIM 5 Jojoran Surabaya, Ahad (12/3) pagi.
Strategi pertama, Nabi SAW mengubah nama Kota Yatsrib menjadi Madinah al-Munawwaroh. “Filosofinya, Kalau ingin maju, maka harus ada perubahan,” kata Mahsun. Mengubah nama, kata dia, menjadi simbol perubahan.
(Baca: 5 Kata dalam MAJIT sebagai Kaca Mata Keberuntungan Islam)
“Rasulullah SAW kemudian membangun Masjid Nabawi. Ahli sejarah mengatakan ini merupakan langkah strategis. Untuk membangun umat harus diawali denga penguatan aqidah dan itu membutuhkan pusat kegiatan yaitu masjid,” ungkap Wakil Rektor III UMSurabaya ini.
Berkaitan dengan Muhammadiyah, kata Mahsun, maka di setiap Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) harus ada masjid atau mushala sebagi pusat kegiatan. “Lewat masjid inilah segala komando kegiatan dakwah dan kemasyarakatan dimulai,” ucap dia.
(Baca juga: Di Masjid yang Terancam Tergusur Itu, Para Pelajar Tiba untuk Berjamaah sebelum Adzan Shubuh, Takmir pun Terharu)
Jadi, tambahnya, untuk membangun peradaban harus diawali dengan memakmurkan masjid. “Kendala masjid Muhammadiyah di antaranya adala miskin pengurus dan jamaah. Oleh sebab itu perlu dipertajam lagi untuk mengurusi masjid ini,” pesan Mahsun.
Strategi kedua, kata Mahsun, Nabi SAW memersaudarakan kelompok-kelompok di antara umat Islam. “Filosofinya adala memahami visi gerakan Muhammadiyah, supaya gerakan kita menjadi kokoh, seperti kokohnya persaudaraan umat Islam zaman Nabi itu,” katanya.
“Dan strategi ketiga, melakukan komunikasi dan negosiasi dengan tokoh-tokoh non-Muslim,” ujar Mahsun.
Dalam kesempatan ini, Mahsun juga memberi ‘PR’ pada para peserta workshop agar memikirkan taktik bagaimana menguatkan ideologi atau akidah sebagai sasaran utama takmir masjid. Dia juga berpesan bagaimana pengelolaan masjid yang baik sehingga jamaah tertarik untuk berjamaah di masjid. “Kendala masjid kita yang laian adalah soal dana. Tolong dipecahkan,” kata Mahsun.
Sebelumnya Anggota Majelis Tabligh PDM Kota Surabaya Dr Mulyono Najamudin MPdI menjelaskan bahwa masjid adalah basis umat Islam dalam menyatukan kekuatan. “Maka masjid harus dikelola dan dijalankan secara profesional dan proposional sesuai perkembangan zaman nya,” katanya.
(Baca juga: Masjid Harus Sediakan Wifi, Buku, dan Kopi agar Lebih Menarik dari Warkop dan Untuk Apa Saldo Kas Masjid Ratusan Juta jika Jamaahnya Melarat)
Dia juga menyunggung soal filosofi Jawa ‘Mangan ora mangan sing penting kumpul’. “Mangan (makan) adalah simbol materi. Dan kumpul (bertemu) adalah simbol silaturahmi.
“Jadi ngumpul itu punya simbol menjadi pribadi yang lebih baik karena mendapat wawasan dan pengalaman baru. Dalam kontek workshop, tujuan acara ini adalah dalam rangka menggagas masjid Muhammadiyah menjadi lebih baik dan diberkahi,” papar dia. (Ferry Yudi AS)