![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/11/WhatsApp-Image-2022-11-11-at-14.56.36.jpeg?resize=1200%2C676&ssl=1)
Layanan Istimewa RSML pada Pasien TB Kebal Obat; Penulis dr M Fahmi Nuur Fauzan, GP RO Mentari TB MPKU PP Muhammadiyah
PWMU.CO – Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan dan penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Menurut WHO tahun 2021, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara penyumbang kasus TB terbanyak di dunia. Ada 8,5 persen dengan pekiraan angka kejadian sebesar 969.000 kasus atau per 354 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 150.500 atau 53 per 100.000 penduduk (WHO, Global Tuberculosis Report, 2021).
Pada tahun 2020, angka penemuan kasus TB di Jawa Timur menempati urutan kedelapan di Indonesia. Ada sebanyak 42.922 kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, 2021) dan Kabupaten Lamongan sepanjang tahun 2020 terdapat 1.492 kasus (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, 2021).
Penyakit Tuberkulosis diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu TBC Sensitif Obat (SO) dengan masa pengobatan 6-9 bulan dan TBC Resisten Obat (RO) atau Kebal Obat dengan masa pengobatan 9-24 bulan.
Dalam masa pengobatan TB RO, banyak faktor yang mempengaruhi angka keberhasilan pengobatanya dicantaranya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB RO, faktor ekonomi, dukungan keluarga, motivasi untuk sembuh, stigma dan diskriminasi, serta efek samping obat.
Sejak diresmikan tanggal 12 Januari 2022 sampai awal November 2022, Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML) memiliki 39 pasien TB RO yang mana setiap bulan semakin bertambah pasiennya.
Guna meningkatkan keberhasilan pengobatan pasien, RSML dengan didukung oleh USAID-Mentari TB dan stakeholder di Kabupayen Lamongan selain memberikan layanan secara klinis juga memberikan dukungan pendampingan pasien seperti dukungan psiko-sosial-spiritual dan ekonomi agar pasien tetap melanjutkan pengobatan sampai sembuh.
Dukungan psikososial tersebut berupa kegiatan: pertama, pendampingan minum obat oleh patient supporter. Kedua FGD (focus discussion group). Ketiga, family gathering. Keempat memberikan informasi akses layanan spesialisasi ataupun pengurusan BPJS Kesehatan dan sebagainya. Adapun dukungan ekonomi pasien berupa bantuan transport, nutrisi.
Kegiatan FGD, merupakan kegiatan diskusi kelompok terarah yang diharapkan pasien TBC bisa saling sharing pengalaman suka-duka, dan keberhasilan mengatasi situasi yang sulit dalam menjalani pengobatan.
Kegiatan yang dilakukan secara rutin ini diberi muatan materi oleh para ahli dengan tema sesuai tema FGD-nya, seperti tema efek samping obat (ESO), gizi penunjang pengobatan TBC RO, pentinganyakepatuhan minum obat, dan motivasi dari tokoh agama sebagai bentuk dukungan spriritual bagi pasien TBC RO. Layanan ini diberikan pada pasien yang sangat rawan berputus asa—bahkan jika kurang mendapatkan dukungan keluarga ataupun lingkungannya bisa putus obat bahkan bunuh diri.
Baca sambungan di halaan 2: Masalah Ekonomi Keluarga
Discussion about this post