SMA Muhi Nobar Jejak Langkah 2 Ulama. Liputan Yusron Ardi Darmawan, Kontributor PWMU.CO Yogyakarta
PWMU.CO – SMA Muhammadiyah 1 (Muhi) Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan nonton bareng film Jejak Langkah 2 Ulama di Grha As Sakinah SMA Muhi, (Kamis, 10/11/2022).
Kegiatan dilaksanakan pukul 08.00 WIB, usai upacara Hari Pahlawan. Acara nobar ini diikuti seluruh siswa Kelas X dan XI yang berjumlah sekitar 750 siswa. Setiap siswa diwajibkan untuk membuat rangkuman materi sesuai isi dari film tersebut.
Kepala SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Drs H Herynugroho MPd, saat membuka kegiatan ini mengingatkan kepada para siswa untuk meneladani kisah yang ada di dalam Film Jejak Langkah 2 Ulama.
“Pesan utama dalam film ini adalah memahami perbedaan dan menjunjung persamaan. Sehingga, ini yang kemudian dijadikan gambaran keseluruhan dari film tersebut. Film yang mengisahkan KH Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asyari,” ujar Herynugroho.
Eka Wuryanta, dari Lembaga Seni Budaya dan Olahraga PWM DIY mengatakan, salah satu orang yang berkontribusi dalam pembuatan film ini adalah alumni SMA Muhi, yakni Drs H Sukriyanto AR MHum, yang saat ini menjabat Ketua LSBO PP Muhammadiyah.
“Darwis dan Hasyim, dua pemuda yang cerdas dalam mencari ilmu. Mereka bertemu dan belajar bersama Kyai Sholeh Darat. Kemudian keduanya ‘terbang’ dan mengamalkan ilmunya. Darwis memutuskan untuk berdakwah di Yogyakarta, sedangkan Hasyim di Jombang,” jelas Eka.
Eka menambahkan, dalam berdakwah, Dahlan dan Hasyim menghadapi tantangan masing-masing, namun mereka terus berjuang untuk agama dan masyarakat.
“Film ini perlu disampaikan kepada generasi muda Indonesia, supaya bisa meneladani sikap dan perilaku kedua tokoh tersebut. Pada zaman milenial ini, edukasi melalui film lebih mudah dari pada harus bertutur dengan berbusa-busa,” paparnya.
Lokasi Syuting di 4 Kota
Dia mengatakan, film Jejak Langkah 2 Ulama ini diambil dari 4 lokasi syuting yang berbeda yaitu di Yogyakarta, Jombang, Kediri, dan Bangkalan.
“Film ini, mengisahkan perjalanan dakwah Muhammad Darwis dan Hasyim Asy’ari. Puncak konflik terjadi, saat pondok pesantren milik Darwis di Yogyakarta dirobohkan, dan pondok pesantren Hasyim di Jombang dibakar,” paparnya.
Dia mengatakan, kedua peristiwa tersebut sebagai fase perjuangan terberat mereka. Berbagai cobaan yang mereka alami, kemudian menjelma menjadi Kyai Haji Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah dan Hadratu Syekh KH Hasyim Asy’ari yang mendirikan Nahdatul Ulama.
“Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama saat ini menjadi pilar kekuatan NKRI. Pada masa perjuangan kemerdekaan, Pasukan Perang Sabil dan Pasukan Hizbullah bersatu untuk mengusir Belanda dan Inggris pada 20 November 1945,” tuturnya.
Menurutnya, film kolaborasi LSBO PP Muhammadiyah dengan Pondok Pesantren Tebiireng, yang diproduksi tahun 2019 ini, menjadi film yang wajib ditonton seluruh masyarakat Indonesia, khususnya siswa Muhammadiyah.
“Perjuangan dan persahabatan 2 Ulama ini, menjadi pengingat bagi kita di hari pahlawan 10 November. Bahwa kekuatan dan persatuan itu penting, sebagai kontribusi kita dalam menjaga NKRI,” ucapnya.
Para siswa SMA Muhi pun terlihat sangat antusias menyaksikan film yang berdurasi 2 jam 45 menit ini. Situasi semakin mendukung saat lampu Grha As Sakinah SMA Muhi dimatikan. Kegiatan ditutup pukul 11.30 WIB dan dilanjutkan shalat dhuhur berjamaah. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni