PWMU.CO– Anugerah Kebudayaan diberikan Muhammadiyah kepada tiga maestro keroncong dari Kota Solo. Yaitu Hj Waldjinah, Gesang Martohartono, dan Didi Kempot.
Pemberian Anugerah Kebudayaan di acara Malam Mangayubagyo di Gedung Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jumat (18/11/2022) malam.
Waldjinah yang kini berumur 77 tahun naik ke atas panggung dengan kursi roda. Di atas kursi roda, dia sambil menyanyikan lagu Jawa berjudul Lelo Ledung dari tempat duduknya hingga menuju panggung.
Ketika giliran nama almarhum Gesang disebut mengalun lagu Bengawan Solo. Layar backdrop menampilkan foto-foto pencipta lagu dan penyanyi keroncong itu. Penghargaan untuk Gesang diwakili oleh Yani Effendi, keponakan Gesang.
Giliran almarhum Didi Kempot namanya dipanggil terdengar lagu hits-nya Sewu Kutha mengalun dinyanyikan penyanyi keroncong di panggung. Penghargaan untuk Didi Kempot diterima oleh istrinya, Saputri.
Rektor UMS Sofyan Anif juga menyerahkan dana pendidikan kepada tiga keluarga tokoh maestro masing-masing sebesar Rp 20 juta.
Muhammadiyah dan Seni
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam sambutannya menyampaikan, Malam Mangayubagyo merupakan tasyakuran. Ucapan selamat datang bagi seluruh warga Muhammadiyah yang hadir di Kota Surakarta untuk Muktamar ke 48 Muhammadiyah dan Aisyiyah.
”Kami PP Muhammadiyah sungguh tasyakur bin nikmah atas kehadiran peserta, peninjau, anggota muktamar, penggembira serta anggota masyarakat yang jadi anggota muktamar,” kata Haedar Nashir.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini juga menyampaikan, pada malam Mangayubagyo ini dijadikan penghargaan untuk tiga tokoh budaya terkenal yang mendunia.
”Seniwati Ibu Waldjinah yang lagunya sepanjang masa baik zaman kolonial maupun milenial selalu jadi kenangan,” kata Haedar Nashir.
Kedua, Didi Kempot yang tidak asing lagi bagi keluarga Muhammadiyah. Berikutnya Gesang yang masa remajanya aktif dalam gerakan kepanduan Hizbul Wathan.
”Penghargaan ini tidak seberapa di banding karya-karya dan pengkhidmatan dari tiga tokoh ini,” kata Haedar Nashir.
Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah juga menikmati berbagai jenis pertunjukan. ”Kita menikmati seni pertunjukan dalam berbagai jenis. Muhammadiyah sudah akrab dengan budaya dan seni,” ujarnya.
Menurut dia, seni itu boleh sepanjang tidak membuat kita jauh dari Allah. Bahkan makin kita larut dengan Allah. Karena Allah itu maha indah dan mencintai keindahan. Dengan seni tumbuh kehalusan rasa dan budi. Seni bagian dari irfani Muhammadiyah. Maka mari kita isi malam ini dengan tasyakur dan taaruf.
Malam Mangubagyo dibuka dengan pertunjukan musik keroncong dari kelompok Swara Bhaskara. Menghadirkan lagu Derap Berkemajuan dan Solo di Waktu Malam ciptaan Mus Mulyadi.
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Sugeng Purwanto
.