Beda Aisyiyah Singapura dengan Indonesia, Nasyiah Disebut Beliawanis; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Kiprah Aisyiyah Singapura terkuak saat Habibah—Wakil Ketua Aisyiyah di Singapura yang hadir sebagai penggembira—bercerita menjelang pembukaan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Sektor 22 Stadion Manahan Surakarta, Sabtu (19/11/2022) pagi.
Dia menyatakan, kini ada sekitar 400 aktivis Aisyiyah di Singapura. Menurutnya, jumlah ini masih terbilang kurang jika dibanding anggota Muhammadiyah yang telah mencapai lebih dari seribu aktivis.
Salah satu penyebabnya, menurutnya, hampir sebagian mereka berlatar ibu rumah tangga dan pekerja.
“Aisyiyah di Singapura menjadi bahagian Muhammadiyah,” ujar Habibah dalam bahasa Melayu. Artinya, Aisyiyah di sana tak berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian di bawah Muhammadiyah Association. Aisyiyah di Singapura cuma membantu Muhammadiyah, kalau di sini (Indonesia) Aisyiyah kan punya program sendiri,” terangnya.
Mereka terdiri dari para wanita berusia di atas 35 tahun. Adapun ketika muslimah yang ingin mendaftar menjadi anggota itu masih berusia 12 sampai 35 tahun, maka diarahkan masuk Beliawanis, istilah untuk Nasyiatul Aisyiyah di sana.
Di sana, keanggotaannya juga dibagi berdasarkan zona tempat tinggal yang cukup fleksibel. Total ada lima zona. “Kalau dia tinggal di bagian Barat, kita masukkan ke Zona Barat. Misal dia ada kelompok di Zona Timur dan mau pindah ke Zona Timur ya boleh. Yang penting dia bisa enjoy beraktivitas di sana, tidak ada tekanan harus di zona ini,” jelasnya.
Aktivitas Aisyiyah
Berbagai aktivitas Aisyiyah lakukan seperti memberi kursus yang sesuai sunnah. “Banyak di antara masyarakat Singapura muslim belum paham tentang sunnah. Kami ada syarikat pengurusan jenazah sendiri jadi kami mengadakan sosialisasi praktik cara mengurus jenazah, betul-betul praktik memandikan jenazah,” ungkap Habibah.
Selain itu, dia menceritakan, “Kadang orang-orang belum tahu kalau shalat Idul Adha dan Idul Fitri itu di tanah lapang, jadi Muhammadiyah dan Aisyiyah mengenalkannya.”
Dia mengakui, tak mudah melakukan berbagai aktivitas persyarikatan di sana. “Harus izin dulu,” ujar wanita berdarah Indonesia yang sudah 25 tahun tinggal di Singapura karena mengikuti suaminya.
Di samping itu, mereka juga aktif menggalang dana dan memberi bantuan kemasyarakatan saat Ramadhan maupun Idul Fitri. “Setelah kami kenalkan kepada warga, mereka mengikuti kita. Alhamdulillah beberapa amal usaha telah kami pelopori,” tegasnya.
“Ada Hari Bersama Aisyiyah, kita mengundang muslimah selain Muhammadiyah untuk mengenalkan Muhammadiyah dan Aisyiyah,” imbuhnya.
Sejauh ini mereka juga aktif berdakwah di bidang pendidikan dengan memberi beasiswa kepada pelajar yang ingin melanjutkan sekolah di luar negeri. Habibah mengungkap, “Untuk anak-anak aktivis Muhammadiyah yang ingin lanjut sekolah, misal ke Mesir dan Madinah.”
Kalau Aisyiyah di Indonesia bisa mengelola TK, kata Habibah, Aisyiyah di Singapura tak punya akses melakukannya. “Dari segi kepengurusan berbeda. Di Singapura, di bawah presiden ada sekretaris jenderal, baru di bawah itu ada bidang pendidikan,” jelas dia.
Jalin Silaturahmi
Datang sebagai penggembira, dia dan rombongannya meramaikan pembukaan Muktamar dan Muktamar Fair and Muhammadiyah Innovation Technology Expo (MITE). Dari kunjungannya ke bazar itu, Habibah menilai, “Kita bisa tahu apa saja yang ada di Muhammadiyah, ternyata begitu luas. Kalau dibandingkan dengan Muhammadiyah di Singapura masih jauh.”
Selepas itu, mereka menyempatkan berwisata. Seperti kata Faridah bintie Wanchik dari Anggota Aisyiyah Singapura. Rencananya, untuk mengisi waktu mereka akan berwisata ke kebun stroberi dan air terjun. “Kalau jadi, semoga tidak hujan, Insyaallah,” ujarnya.
Mengingat Habibah punya banyak teman di Indonesia, Habibah memanfaatkan momen menjadi penggembira di Surakarta ini untuk bersilaturahmi dengan mereka. Sebelum berangkat ke Indonesia, Habibah sudah menghubungi teman-temannya saat sekolah yang juga warga Muhammadiyah untuk mengagendakan pertemuan. “Semalam kita pergi ke Kampung IT Solo,” terangnya.
Mereka bertolak meninggalkan Surakarta pada Ahad (20/11/2022) menuju Yogyakarta. Rombongan yang tinggal di Hotel Royal Heritage itu kembali ke Singapura lewat Bandara International Adi Sucipto Yogyakarta pada Senin (21/11/2022). (*)