Bursa Muyswil, Nur Cholis Huda: Saya Sudah Mengisi Formulir Tak Bersedia Dipilih, liputan kontributor PWMU.CO Sugiran.
PWMU.CO – Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-16 Muhammadiyah Jatim segera digelar di Kota Reog Ponorogo, Sabtu-Ahad (24-25/12/2022).
Nama-nama calon anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim mulai berseliweran di beberapa grup WhatsApp. Meski dua Wakil Ketua PWM Jatim—Prof Achmad Jainuri dan Drs Nur Cholis Huda Msi— menyatakan tidak bersedia dicalonkan lagi, tapi namanya masih ikut disebut-sebut.
Dihubungi PWMU.CO Jumat (25/11/2022), Nur Cholis Huda menyampaikan, masih ada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) yang menelepon agar bersedia dicalonkan lagi.
“Jadi masih banyak yang belum menganggap serius pernyataan saya saat Musypimwil. Masih ada yang merayu saya agar mau mencalonkan lagi. Padahal saya sangat serius menyatakan itu,” ujarnya.
Pak Nur, sapaan akrabnya, mengungkapkan, dirinya sudah mengisi formulir yang diberikan oleh Panitia Pemilihan Musywil Ke-16 Muhammadiyah Jatim.
“Saya sudah mengisi formulir pencalonan itu. Dan saya tegaskan lagi, saya tidak bersedia dicalonkan lagi. Formulir sudah lama saya kembalikan ke panitia,” ungkapnya melalui sambungan telepon.
Pak Nur menjelaskan, alasan utama adalah karena usia. Saat ini usianya sudah 71 tahun. Jadi sudah tidak lincah lagi.
“Tidak bisa dipungkiri, dengan usia 71 tahun maka kekuatan juga berkurang. Tidak bisa sat set seperti anak muda. Bahkan kalau ke PWM, saya tidak diizinkan mengemudi mobil sendirian. Istri saya minta saya naik mobil ojek online saja,” jelasnya.
“Memang disarankan, yang usianya di atas 70 tahun untuk tidak dipilih lagi, baik di PWM maupun PDM. Kita harus memberikan peluang kepada yang muda,” imbuhnya.
Pak Nur mengaku banyak melihat orang muda Muhammadiyah untuk mengisi kursi anggota PWM Jatim periode 2022-2027.
“Saya lihat banyak orang muda yang hebat-hebat untuk calon anggota PWM Jatim. Hampir semua majelis dan lembaga PWM Jatim ada calonnya. Maka ini tergantung kepada peserta Musywil di Ponorogo. Saya sarankan juga agar para calon menguasai IT,” terangnya.
Sudah 30 Tahun di PWM
Pak Nur menambahkan, dirinya sudah 30 tahun di PWM Jatim. Sejak Kantor PWM Jatim di daerah Jalan Kapasan Surabaya.
“Dulu kalau rapat PWM di kantor Jalan Kapasan, untuk makan siangnya beli sendiri. Belum ada yang menyiapkan konsumsi seperti sekarang ini. Jadi kalau mau rapat, kami urunan dulu untuk beli makan siang,” kisahnya sambil tertawa kecil.
Menurutnya, tantangan ke depan jauh lebih berat. Banyak tugas besar di Muhammadiyah Jatim yang perlu orang-orang muda lincah dan kapabel.
“Salah satunya, lembaga pendidikan kita memang banyak, namun yang betul-betul berkualitas dan finansialnya sehat persentasenya masih kecil. Ini perlu dipikirkan dan dicarikan solusinya,” pesannya.
Dia menuturkan, meski tidak lagi sebagai pimpinan di PWM Jatim, Pak Nur akan tetap menulis untuk majalah milik PWM Jatim yaitu Matan.
“Sebagai salah satu pendiri Matan, maka saya akan tetap menulis di majalah Matan. Tentu juga akan tetap menulis untuk media online PWMU.CO,” paparnya.
Tentang kebiasaan meluncurkan buku setiap Ramadhan, Pak Nur mengaku akan terus dan tetap melakukannya.
“Buku-buku saya banyak dipakai oleh warga Persyarikatan Muhammadiyah untuk bahan khotbah Jumat maupun kultum Ramadhan. Bahkan ada yang tanya buku baru karena materi di buku sudah habis,” ungkapnya.
Dia juga punya kesibukan mengasuh ratusan jamaah pengajian rutin setiap Rabu bakda Subuh di Masjid At-Taqwa Pogot Surabaya.
“Alhamdulillah ada 100 lebih jamaah Subuh di masjid ini. Saya memilih subuh karena yang jamaah subuh itu orang-orang yang terpilih. Kalau tidak dengan niatan kuat, maka tidak akan ikut pengajian. Lha wong itu jam sibuk ibu-ibu menyiapkan menu sarapan untuk keluarga,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Bagi Pak Nur, tidak bersedia dicalonkan lagi bukan berarti tidak cinta Muhammadiyah. Perlu regenerasi sekaligus memberikan peluang kepada yang muda.
“Darah saya adalah darah Muhammadiyah. Jadi kapanpun siap untuk Muhammadiyah. Jadi saya masih siap beraktivitas untuk Muhammadiyah,” tuturnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni