PWMU.CO – Ada 5 aspek yang harus dilakukan oleh Muhammadiyah agar gerakannya tetap dinamis, jauh dari kelesuhan. Dan bertahan sepanjang sejarah. Hal itu disampaikan Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Sholihin Fanani MSi dalam ‘Seminar Kebangsaan, Pembekalan Mubaligh, dan Sosialisasi Buku Pedoman Pengelolaan Masjid Muhammadiyah’, yang digelar oleh Majelis Tabligh dan LHKP Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan, di Aula STIKES Muhammadiyah Lamongan, Selasa (14/3).
(Berita terkait: Inilah 3 Rahasia Mengapa Muhammadiyah Bisa Bertahan sampai Abad Kedua)
Pertama, reaktualisasi nilai gerakan. “Nilai-nilai gerakan Persyarikatan Muhammadiyah bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah al-Maqbulah yang didukung ijtihad sebagai manhajnya,” jelas Sholihin. Dari nilai-nilai dasar itulah, tuturnya, dibangun ideologi Muhammadiyah sebagai sistem keyakinan, paham, dan strategi perjuangan untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Kedua, optimalisasi peran pimpinan. Menurut mantan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ini, fungsi pimpinan dalam mendorong, mengarahkan, mengatur, mengaktifkan, dan memobilisasi seluruh potensi dan lini organisasi menjadi keniscayaan untuk terus dioptimalisasikan.
(Berita terkait: Paparkan Kiprah Tokoh Islam dalam Mendirikan Indonesia, Busyro Kritik Mereka yang sok Pancasilais)
“Termasuk dalam mengelola dan mengembangkan amal usaha secara lebih berkualitas dan berkeunggulan. Seraya jauhi konflik antarpimpinan kerena menghabiskan energi dan merugikan Persyarikatan,” ujarnya.
“Tantangan yang dihadapi organisasi saat ini semakin modern dan canggih. Oleh karena itu organisasi juga harus dikelola semakin modern dan canggih dengan memiliki ciri yang efektif, efisien, produktif, dinamis, dan progresif,” ungkap Sholihin untuk langkah ketiga, yaitu revitalisasi regulasi organisasi.
(Berita terkait: “Karamah” Muhammadiyah di Tengah Kondisi Indonesia yang Dikuasai Para Pemilik Modal)
Menurutnya, organisasi modern bahkan harus didukung dengan sistem informasi dan tehnologi yang canggih, yang memudahkan fungsi-fungsi sistem regulasi dan jaringan yang efektif. “Relasi organisasi tidak lagi sekedar konvensional, tetapi harus semakin terbarukan sehingga pengelolaannya lebih mudah dan cepat,” ucap dia.
Keempat, lanjut Sholihin, perlunya pengembangan pemikiran. Muhammadiyah, ujarnya, dengan pandangan Islam berkemajuan harus menjadi gerakan pencerahan yang membawa umat manusia selamat hidup dunia dan akhirat dalam kemajuan peradaban yang utama.
“Di tengah hidup yang serba modern dan permasalahan hidup kekinian yang sangat kompleks, pikiran-pikiran tentang dakwah dan tajdid tentu harus semakin berkembang dalam menjawab tantangan zaman,” tegas Sholihin.
(Baca juga: Kader Muhammadiyah Diingatkan agar Tak Mudah Kagum pada Tokoh Lain)
Kelima, perlunya revitalisasi amal usaha. Sholihin menjelaskan, amal usaha merupakan kekuatan strategis. Tanpa amal usaha, Muhammadiyah hanya akan menjadi gerakan wacana. “Sebab Islam justru menjadi nyata karena amaliah. Tidak ada bentuk aktualisasi lain dari Islam kecuali dalam amal. Trilogi Islam ialah iman, ilmu, dan amal,” paparnya.
Karenanya, tambah dia, amal usaha Muhammadiyah di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan yang lainnya bersifat melembaga dan menyebar di seluruh tanah air. “Selain itu, amal usaha baru harus terus dirintis, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan, sehingga gerakan Islam ini benar-benar maju dan unggul dalam amal pembaharuan menuju kemajuan kehidupan umat manusia,” kata Sholihin. (Mohamad Fanani)