Kursi Kosong di PWM Jatim; Kolom oleh Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim 2015-2022.
PWMU.CO – Muktamar Ke-48 Muhamamdiyah telah selesai. Kemudian PWM Jatim mengadakan Musywil 24-25 Desember 2022.
Yang menarik dari Musywil kali ini ialah banyak kursi kosong di PWM. Sekurang-kurangnya ada enam anggota PWM lama yang tidak lagi menjadi calon untuk periode ke depan.
Mereka adalah Ir Moh. Nadjih (alm), Nadjib Hamid (alm), Prof Zainuddin Maliki (aktif di DPR), Moh. Saad Ibrahim (menjadi anggota PP), Prof Achmad Jainuri (tidak bersedia), Nur Cholis Huda (tidak bersedia).
Jainuri dan Nur Cholis punya alasan sama. Usia sudah tua, sudah kepala tujuh sekaligus memberi jalan kepada yang muda.
Memang ada yang mengatakan usia hanyalah angka-angka. Semangat hidup tetap bisa menyala meski usia bertambah. Namun orang juga harus sadar bahwa tidak ada yang bisa melawan usia. Itu sudah sunnatullah.
Ada banyak kemampuan yang melemah ketika usia sudah menua. Al-Quran menyatakan: Waman nua’ammir nunakkishu fil khalq, siapa yang Aku panjangkan usianya maka akan Aku kembalikan seperti kejadian semula (Yasin: 68 ).
Ada yang mengatakan artinya lemah dan sifat kekanak-kanakannya muncul.
Ada banyak tantangan di depan. Yang utama ialah kepedulian pada teknologi informasi. Kita tertinggal jauh dakwah lewat medsos.
Inilah kesempatan terbuka lebar munculnya sejumlah pimpinan baru di PWM Jatim. Orang-orang muda yang segar, dinamis dengan tingkat pendidikan yang baik.
Saya dengar hampir dari setiap majelis dan lembaga ada yang masuk menjadi calon. Kini terserah kepada peserta Musywil untuk mengisi kursi kosong itu dengan tenaga baru yang segar dan mampu.
Ada banyak tantangan di depan. Yang utama ialah kepedulian pada teknologi informasi. Kita tertinggal jauh dakwah lewat medsos.
Jika kita klik menanyakan persoalan agama yang muncul dan menonjol adalah jawaban dan penjelasan dari kelompok di luar Muhammadiyah. Maka mereka bisa menjadi rujukan masyarakat bahkan rujukan sebagian warga Muhammadiyah sendiri.
Ini tentu tidak sehat. Pimpinan yang lalu sudah menyadari hal ini. Tapi belum tertangani maksimal. Maka perlu ada yang menekuni khusus soal ini. Tidak bisa sambil lalu.
Hal lain PWM juga sudah menyadari pentingnya big data. Sudah mulai digarap tapi belum selesai. Kita menyadari betapa pentingnya big data untuk organisasi sebesar Muhammadiyah.
Perguruan tinggi kita siap membantu tenaga yang mampu secara teknis. Maka wajah baru harus ada yang mengambil bagian dan fokus menaruh perhatian soal ini.
Juga soal pendidikan yang unggul. Jumlah sekolah kita memang banyak. Tapi yang unggul masih sedikit sekali. Sebagian besar masih mustadafin.
Ringkasnya, tenaga baru yang mengisi kekosongan kursi PWM kita harap dapat menjaring tenaga yang tidak biasa-biasa saja. Kita membutuhkan tenaga segar dengan keahlian khsus. Soal IT, pendidikan, dan ekonomi adalah garapan besar yang menunggu tangan dingin untuk menangani.
Tujuh yang Teruji
Personel tujuh orang yang kini masih duduk di PWM adalah orang-orang yang telah teruji dengan pengalaman yang baik.
Berikut ini tujuh nama yang masih akan tampil. Sekiranya tujuh orang itu terpilih semua, masih ada enam kursi kosong yang harus diisi.
Artinya separo dari PWM nanti adalah wajah baru dan separo wajah lama yang sudah teruji. Mereka tujuh orang yang bertahan ialah:
- Ir Tamhid Masyhudi. Waktu muda aktif di Pemuda Muhammadiyah. Sekarang Sekretaris PWM. Dia menguasai betul peta Muhammadiyah di Jatim. Aktif mengunjungi daerah. Yang lebih penting dia banyak ditugasi menyelesaikan masalah di Muhammadiyah dan bisa.
- Prof Dr Biyanto MAg. Orang muda yang energik. Aktif sekali menulis di banyak media. Gelar profesor di tangannya dalam usia muda. Dia pantas disebut calon pemimpin masa depan Indonesia.
- Dr dr Sukadiono MM, dia dokter senior yang tidak lagi membuka praktik karena waktunya habis untuk mengurus Muhammadiyah. Kini Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Keberhasilannya membesarkan UM Surabaya menjadi bukti kemampuan kepemimpinannya.
- Dr Hidayatulloh MSi. Jejak yang ditinggalkan adalah jejak keberhasilan. Ketika menjadi kepala sekolah dia berhasil menjadikan SMAM 2 Sidoarjo sebagai SMA terbaik. Ketika menjadi Rektor Umsida, kampus itu mengalami kemajuan pesat. Sama dengan Sukadiono, itu menunjukkan kemampuan kepemimpinannya.
- Dr Syamsuddin MAg. Dia ulama. Sejak KH Muammal Hamidi wafat, Syamsuddin mampu tampil sebagi pengganti. Banyak persoalan keagamaan yang ditanyakan kepadanya. Dan dia jawab dengan baik. Dia ulama akademisi. Menguasai dengan baik sejarah banyak pemikir muslim. Mulai Ibnu Rusyd sampai Ibnu Malik, penyusun kitab Alfiah.
- Dr Moh. Sulthon Amien MM. Pengusaha yang mubaligh. Pemilik laboratorium Parahita yang terkenal baik, cabangnya ada di banyak kota sampai luar Jawa. Ini menunjukkan kemampuan kepemimpinan. Dia “kembali ke jalan yang benar”, kembali ke Muhammadiyah setelah pernah menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Jatim salah satu partai. Dia kaya pengalaman sekaligus kaya uang.
- Prof Dr Thohir Luth MA. Guru besar Universitas Brawijaya Malang. Tidak perlu diterangkan lagi karena telah menjadi Ketua PWM periode lalu. Itu bukti lebih dari cukup tentang kemampuannya.
Apakah saya sedang kampanye? Memang saya berharap tujuh orang itu tetap terpilih di PWM menyertai enam orang pemimpin baru yang bakal tampil. Senior dan junior menyatu demi Muhammadiyah. Separo wajah lama dan separo wajah baru.
Jangan pernah ada yang merasa paling berjasa pada Muhammadiyah. Tanpa kita, Muhammadiyah akan tetap berjalan dengan kebesarannya.
Saya sendiri ingin meniru pohon bambu, kalau bisa. Pohon bambu di mana saja bermanfaat. Di tengah, bambu bermanfaat sebagai dinding, tempat tidur dan lainnya. Di atas bambu bermanfaat sebagai atap, usuk dan reng penyangga genteng.
Bambu di posisi bawah tetap bermanfaat, penyangga sungai agar tidak longsor. Hebatnya, meskipun tidak kelihatan dan tidak dikenal, bambu tetap menyangga tanah agar tidak longsor. Simbol ketulusan. Sepi ing pamrih, rame ing gawe.
Darah yang mengalir dalam tubuh saya adalah darah Muhammadiyah. Hampir 30 tahun terlibat di PWM Jatim. Kapan pun Muhammadiyah memanggil saya siap datang. Meskipun tidak lagi menjabat apa-apa. Seperti bambu yang tenggelam tidak dikenal dan tidak tampak. Tetapi tetap menahan tanah tebing sungai agar tidak longsor
Jangan pernah ada yang merasa paling berjasa pada Muhammadiyah. Tanpa kita, Muhammadiyah akan tetap berjalan dengan kebesarannya. Kitalah yang berutang kepada Muhammadiyah, yang telah memberi kesempatan diri kita untuk berkembang.
Nashrun minallah, wa fathun qarib, wa basysiril mukminin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni