Calon Pupuk Bawang di Musywil Ponorogo oleh Nurbani Yusuf, Komunitas Padhang Makhsyar Kota Batu.
PWMU.CO– Peta calon Musywil Ke-16 Muhammadiyah Jawa Timur yang kabar burung ada 102 orang mungkin bisa mengerucut menjadi tiga. Pertama, calon jadi. Terdiri dari tujuh incumbent yang masih sangat kita butuhkan tenaga, pikiran dan dedikasinya merawat dan menjaga kontinuitas persyarikatan.
Kedua, calon yang punya potensi mengisi enam kursi tersisa yang kemudian oleh Prof Din Syamsuddin disebut darah segar. Dengan dua pengertian sekaligus: darah segar bermakna muda usia. Darah segar bermakna baru meski berusia senja. Keduanya tak masalah bagi persyarikatan.
Ketiga, calon pupuk bawang. Berfungsi meramaikan atau ngguyubi agar calon pimpinan banyak alternatif pilihan. Dengan jargon: kepilih alhamdulilah nggak kepilih masya Allah. Nggak rugi maksudnya.
Tujuh incumbent calon PWM saya pikir tidak terbendung. Bekal sosialisasi yang cukup, komunikasi yang intens dan dukungan SDM yang solid, saya pikir cukup menjadi penopang yang kokoh untuk bertahan dan terpilih pada periode berikutnya.
Yang riuh terletak pada enam kursi tersisa. Ini yang ramai diperlombakan dalam konteks fastabiqul khairat. Namun tetap saja jelas terbaca siapa yang punya potensi kuat masuk menggenapi tujuh incumbent.
Sebab itu calon pupuk bawang jangan terlalu serius dan berharap. Ibarat pungguk merindukan rembulan. Kita niati sebagai ibadah, insyaallah pulang Musywil dapat pahala.
Faktor struktural dan jabatan masih dominan dan efektif sebagai media untuk kampanye dalam konteks taaruf kepada para pemilih di Musywil ke-16 Ponorogo.
Menurut saya, posisi calon pupuk bawang sangat penting dan urgen untuk proses kaderisasi dan regenerasi. Apalagi bila latar belakang mereka juga variatif tidak monoton.
Calon pupuk bawang yang jumlahnya banyak tapi miskin dukungan ini berfungsi sangat urgen. Ibarat hidangan mereka banyak variasi dengan kelebihan dan kekurangan. Agar hidangan tidak monoton soto atau rawon. Tapi banyak alternatif pilihan untuk dicoba.
Para calon pupuk bawang ini tidak populer dan nyaris tak terdengar, bukan berati kiprahnya kecil. Lebih karena faktor media dan publikasi yang terbatas. Realitasnya banyak kader pimpinan berlimpah di bawah yang mumpuni, berkomitmen dan berintegritas teruji.
Para saudagar, petani, peternak dipadu dengan ulama dan cendekiawan bisa menjadi penggerak modernisasi pergerakan di abad kedua setelah sukses besar melakukan pembaharuan di abad pertama (1912-2012)
Terpenting jangan berpolitik praktis di Muhammadiyah. ”Yang berniat buruk, bakal kuwalat,” kata Prof Malik Fadjar ketika itu. Dan saya sangat percaya. Senyumin saja.
Editor Sugeng Purwanto