Peserta Semarakkan Pembukaan Muktamar dengan Yel dan Atribut Pakaian Adat; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah dari Bandung. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Menjelang pembukaan Muktamar Ke-14 Nasyiatul Aisyiyah di Gedung Budaya Sabilulungan atau Gedung Budaya Soreang, para peserta muktamar menggaungkan yel-yel khas daerahnya masing-masing sejak pukul 7.00 WIB. Yel-yel ini digaungkan secara bergantian sambil menunggu seluruh Nasyiah dari 34 provinsi di Indonesia hadir lengkap, Sabtu (3/12/2022).
Salah satunya dari kontingen Lampung. Mereka berempat yang duduk di jajaran kursi tengah mengenakan selempang kain khas Lampung yang didesain khusus untuk menyemarakkan Muktamar ini. Mereka lantas diajak meneriakkan yel-yel.
Tabikun
Iya kun
Nasyiatul Aisyiyah
Jaya! Jaya! Jaya!
Tabikun
Iya kun
Nasyiatul Aisyiyah Lampung
Jaya! Jaya! Jaya!
Mau kemana kita?
Bersenang-senang!
Semangat berkarya,
Hidup Lampung.”
Selanjutnya, sang MC Febi dan Andini pun berpindah ke peserta Muktamar dari Kalimantan yang pakai ikat kepala. Di sana mereka juga mengajak peserta meneriakkan yel-yel dengan bahasa khas Kalimantan.
Kemudian, dari rombongan Sumatera Utara pun memasukkan kata ‘Horas’ khasnya sebanyak tiga kali pada yel-yel mereka sebelum mengucap, “Selamat dan sukses untuk Muktamar Nasyiatul Aisyiyah!”
Beda lagi dengan peserta asal Nusa Tenggara Barat. Salah satu perwakilan mereka justru membuat suasana tribun itu semakin ramai dengan nyanyian modifikasi lagu bernuansa Rock berjudul ‘Marilah Kemari’ yang dipopulerkan Titiek Puspa.
Marilah ke mari hey hey hey
Hey kawan
Akulah di sini hey hey hey hey
|Hey kasih
|Mari bergembira bersama-sama
Hilangkan hati duka lara
Marilah ke mari hey hey hey
Nasyiatul Aisyiyah
Mari bergembira
Bersama-sama
Hilangkan hati duka lara.
Riuh tepuk tangan peserta langsung terdengar usai dia menyanyi ala rocker. Setelah itu, duo MC itu mengajak peserta asal Riau memgungkap makna aksesoris di kepalanya. Ternyata, itu bermakna kepemimpinan untuk semua.
Lain lagi dari peserta Sulawesi. Dia mengenakan baju bodo khas daerahnya. Ternyata ada makna khusus di balik atribut yang dia kenakan, yakni menandakan pengikat kebangsawanan. “Ada baju khusus untuk abdi dalem keluarga kebangsawanan,” ujarnya.
Adapun peserta Muktamar asal Sorong Papua memakai hiasan kepala khas Papua. Tak hanya itu, dia juga pakai make up khas. “Kalau asli orang Papua aslinya terbuat dari lumpur, tapi ini sudah pakai yang berbahan modern buatan pabrik,” ungkapnya. (*)