Ketum PP Aisyiyah: Segera Move On dan Bersama Wujudkan Amanat Muktamar. Liputan Nely Izzatul, Kontributor PWMU.CO Yogyakarta
PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Dr apt Salmah Orbayinah MKes, mengajak seluruh kader Muhammadiyah dan Aisyiyah agar tidak terlena dengan hirup pikuk Muktamar, namun segera move on dan bersama-sama mewujudkan amanat muktamar.
Hal itu dia sampaikan pada Pengajian Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan tema Energi Baru Pasca Muktamar yang berlangsung secara virtual melalui Zoom dan kanal YouTube TVmu, Jumat (9/12/2022).
“Alhamdulillah kita telah selesai melangsungkan muktamar yang mencerahkan, berkeadaban, dan lancar. Namun kita tidak boleh terlena dengan hiruk pikuknya. Sekarang harus segera move on dan harus bersama-sama melaksanakan amanat muktamar. Melaksanakan keputusan yang tentunya sudah ditunggu-tunggu oleh warga Aisyiyah, kaum perempuan, maupun masyarakat, baik di Indonesia maupun dunia,” katanya mengawali.
Menurut Salmah, Muktamar yang dihadiri oleh jutaan warga Muhammadiyah menyisakan berbagai pesan dan kesan. Mulai dari pesan kesan yang lucu, serius, maupun yang kritis membangun.
Keputusan dan Rapat Pleno Pasca Muktamar
Dia menjelaskan, pasca muktamar ini, Aisyiyah sudah menghasilkan beberapa keputusan. Antara lain rancangan program 2022-2027, yang meliputi 2 hal, yakni program umum dan program bidang.
“Selain itu, kami juga merumuskan isu-isu strategis yang sudah banyak beredar di media sosial. Ada 10 isu strategis yang telah dirumuskan. Harapannya, isu ini akan sampai kepada pemangku keputusan,” ucapnya.
Dia mengatakan, setelah Muktamar, PP Aisyiyah telah melakukan rapat pleno dua kali. Pleno pertama, 13 anggota PP Aisyiyah membahas tentang arah dan pandangan Aisyiyah 5 tahun ke depan.
“Positioning Aisyiyah 5 tahun ke depan bagaimana? Kemudian kami juga membahas visi Aisyiyah, mengingatkan kembali visi Aisyiyah ke depan seperti apa?” ujarnya.
Perempuan kelahiran Yogyakarta, 29 Februari 1968 ini mengatakan, keputusan muktamar telah menghasilkan 10 isu strategis dan Risalah Perempuan Berkemajuan (RPB), tetapi visi Aisyiyah itu tetap dan tidak berubah.
“Kita punya visi gerakan yang tidak berubah, yakni Islam berkemajuan, perempuan berkemajuan dan gerakan pencerahan. Hal ini dimaknai ada pembebasan, pemberdayaan dan memajukan. Visi ini menjadi pandangan Aisyiyah untuk terus melakukan aksi dan program di masyarakat,” tuturnya.
Salmah mengatakan, karakter gerakan Aisyiyah ada 5 karakter, yakni Islam berkemajuan, perempuan berkemajuan, gerakan berbasis komunitas, gerakan berbasis amal usaha, dan wawasan kebangsaan.
Risalah Perempuan Berkemajuan Jadi Rujukan Bersama
Dia mengatakan, Risalah Perempuan Berkemajuan (RPB) yang dicetuskan oleh Aisyiyah harapannya bisa jadi rujukan bagi kaum perempuan di Indonesia. “Bagaimana agama Islam itu memandang tentang perempuan. Bagaimana mulianya perempuan, dan bahwa agama tidak jadi penghambat untuk maju,” ucapnya.
Menurut Salmah, kaum perempuan dengan berbagai latar belakang agama, suku, budaya, niscaya semua tetap maju bersama laki-laki yang sama sama ciptaan Allah, untuk bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik.
“Aisyiyah adalah organisasi yang inklusif, tidak eksklusif. Keputusan-keputusan Aisyiyah untuk kemaslahatan bersama, termasuk RPB yang bukan hanya rujukan bagi warga Aisyiyah saja, tetapi juga bisa menjadi rujukan bagi perempuan Indonesia dan dunia,” tandasnya.
Dia mengatakan, latar belakang kenapa Aisyiyah menyusun RPB yang pertama adalah, spirit lahirnya Aisyiyah didasari nilai-nilai Islam tentang kesetaraan dan kemajuan, di tengah-tengah terbatasnya akses untuk para perempuan saat itu.
Kedua, dinamika perjalanan Aisyiyah selama 1 abad lebih, digerakkan oleh para perempuan. Hal ini merepresentasikan bahwa Aisyiyah adalah organisasi dakwah Islam amar makruf nahi munkar dan tajdid.
Ketiga, berbagai dokumen dan pandangan ideologi persyarikatan tentang perempuan yang sudah disusun pada zamannya perlu dikontekstualisasi lagi dan dikembangkan sesuai perkembangan zaman saat ini.
“RPB bukan hal yang baru, tetapi melengkapi dokumen-dokumen ideologi perempuan berkemajuan yang sudah ada sebelumnya seperti adabul mar’ah fil Islam, fiqh perempuan, dan sebagainya. Hal ini untuk melengkapi dan menguatkan tentang perempuan berkemajuan,” paparnya.
Tujuh Karakter Perempuan Berkemajuan
Risalah Perempuan Berkemajuan ini, menurut Salmah, disusun dengan pendekatan bayani, burhani, Irfani. Berdasarkan alasan dan pemikiran lalu dirumuskan bahwa karakter perempuan berkemajuan itu ada tujuh.
“Yang pertama adalah beriman dan bertaqwa. Di dalam HPT, setidaknya ada tiga hal yang menunjukkan keimanan, yakni kita membenarkan dan yakin bahwa Allah itu ada, kita membenarkan dan yakin bahwa Allah itu Esa, lalu kita membenarkan dan yakin Allah itu sempurna,” tuturnya.
Dia mengatakan, bukti keimanan seseorang tidak hanya dari lisan namun harus mengakar dalam hati dan terwujud dalam amal sholih. Teraktualisasi dalam sikap taqwa.
Karakter perempuan berkemajuan yang kedua adalah taat beribadah. “Perempuan berkemajuan yang lurus tauhidnya pasti taat beribadah, kemuliaannya bukan karena perbedaan laki-laki perempuan, tapi karena amal shalih,” tandas Salmah.
Karakter ketiga, akhlaq karimah. Menurutnya, akhlak karimah adalah wujud kesempurnaan iman. Sedangkan karakter keempat yakni berfikir tajdid, yang bermakna pemurnian dalam hal ibadah dan aqidah.
“Sedangkan dalam bidang muamalah, karakter perempuan yang berkarakter tajdid yakni yang mampu mendinamisasi kehidupan,” ucapnya.
Kelima bersikap wasatiyah. Keenam, amaliah sholihah. “Seorang perempuan berkemajuan harus bebas dari unsur kerusakan dan keburukan,” tutur Doktor Ilmu Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.
Ketujuh sikap inklusif. Menurutnya, perempuan berkemajuan harus terbuka dengan siapapun dalam relasi sosial yang majemuk. Perbedaan ras, golongan,agama dan lain lain harus menjadikan perempuan berkemajuan terbuka. Jangan tertutup dan menutup diri.
“Semua itu bisa terwujud, salah satunya perempuan berkemajuan harus punya kebutuhan untuk berprestasi sesuai bidangnya masing-masing. Semua perempuan berkemajuan harus punya kebutuhan untuk berprestasi, agar gerak Aisyah ini dapat terwujud memajukan Indonesia mencerahkan semesta,” pungkasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni