Inilah 14 Rekomendasi Perempuan Muda Islam Berkemajuan; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Ariati Dina Puspitasari MPd mengungkap 14 rekomendasi dari Muktamar Ke-14 Nasyiatul Aisyiyah atau disebut ’14 Rekomendasi Perempuan Muda Islam Berkemajuan’.
“Mengapa 14?” tanya Ari–sapaannya–retorik. Dia lantas menjelaskan, “Karena menunjukkan ini Muktamar ke-14, agar mudah mengingat.” Hal ini dia ungkap pada Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertajuk ‘Energi Baru Pascamuktamar’ yang digelar via Zoom maupun live streaming Tvmu, Jumat (9/12/2022) malam.
Sebelum menguraikannya, dalam kesempatan itu Ari juga mengorelasikan energi organisasi Muhammadiyah dengan konsep energi dalam Fisika sebagaimana yang telah dia pahami sebagai Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Ahmad Dahlan. Dia juga mengingatkan Muqodimah AD ART, tujuan, arah gerak, maupun indikator capaian Nasyiatul Aisyiyah periode 2022-2026.
14 Rekomendasi
Pertama, pencegahan stunting oleh semua pihak, termasuk dukungan dari sektor ketenagakerjaan dan pendidikan.
Kedua, meningkatkan ruang inklusif dan fasilitas publik yang sensitif pada kebutuhan perempuan, anak, lansia, dan penyandang disabilitas. “NA bisa memberi advokasi bagi internal AUM maupun buruh perempuan yang membutuhkan ruang ASI,” tuturnya.
“Cukup satu ruangan tanpa jendela, nanti dilengkapi dengan beberapa kursi, kemudian ada kulkas untuk menyimpan ASI. Kami berharap di internal Muhammadiyah sudah menyadari pentingnya keberadaan ruang ini,” ujarnya.
Ketiga, perlindungan dan pemenuhan Hak Pekerja Rumah Tangga.
Keempat, mendorong terbentuknya sistem pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak di berbagai sektor, termasuk layanan pemulihan, baik dalam lingkup organisasi masyarakat sipil, lembaga pemerintah, lembaga pendidikan, maupun sektor swasta.
Kelima, memperkuat kepemimpinan perempuan dalam perubahan kebijakan, terutama perempuan lokal dan akar rumput untuk mewujudkan kebijakan desa yang responsif gender dan inklusif.
Keenam, membangun resiliensi keluarga dan masyarakat yang dapat berkontribusi pada penanggulangan bencana, terutama pengurangan risiko bencana alam dan perubahan iklim.
Ketujuh, memperteguh dan mempromosikan nilai-nilai Islam wasathiyah serta memperkuat kohesi sosial dan perdamaian antar umat beragama sebagai wujud kemanusiaan universal Islam untuk menjaga keutuhan bangsa serta masyarakat dunia yang Bhinneka.
Kedelapan, memperluas wadah aktualisasi potensi diri untuk demografi yang knowledgable dan capable.
Kesembilan, mendorong perempuan Indonesia untuk lebih kritis dan responsif terhadap demokrasi dan konstelasi politik nasional, di antaranya pemilu.
Kesepuluh, memperkuat kebijakan yang memberikan daya dukung untuk meningkatkan kemandirian ekonomi perempuan.
Kesebelas, meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental dna kesehatan reproduksi bagi perempuan dan anak.
Kedua belas, meningkatkan kapasitas dan sistem perlindungan digital.
Ketiga belas, bergotong-royong untuk pulih dari pandemi Covid-19 dengan memperhatikan aspek gender dan kerentanan.
Keempat belas, sinergi berbagai pihak baik nasional maupun internasional.
Menutup pembayarannya malam itu, Ari menegaskan, semboyan ‘Albirru manittaqa’ tidak hanya semboyan yang bisa diucapkan begitu saja sebagai akhir dari kalam. “Di dalamnya ada makna yang dalam, yaitu kebaikan bagi siapa saja yang bertakwa dan berbakti kepada Allah,” ungkapnya.
Maka, dia mengingatkan kepada siapa pun dan dirinya sendiri juga untuk senantiasa menjaga keimanan dan ketauhidan. “Semoga kita semua orang-orang yang ditunjukkan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah,” doanya. (*)