PWMU.CO – Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Nasyiatul Aisyiyah (NA) – dengan kekhasan masing-masing – secara organik didesain sebagai wahana perkaderan, untuk melahirkan kader penerus dakwah amar makruf nahi munkar. Demikian tausiyah Nadjib Hamid MSi dalam Pelantikan PW IPM sekaligus PW NA Jatim, di Aula Mas Mansyur Kantor PWM Jatim Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Ahad (19/3).
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur lantas menegaskan bahwa IPM dengan sasaran pelajar atau remaja memiliki core business atau kegiatan utamanya adalah di bidang keilmuan. Yaitu, memproduksi sebanyak-banyaknya ilmuwan yang memiliki kompetensi di bidang apa pun dengan tetap berkomitmen untuk dakwah. Demikian halnya dengan NA, yang sasarannya adalah para pemudi.
(Baca: Prioritaskan 4 Garapan, Inilah Susunan Lengkap PW Nasyiatul Aisyiyah Jatim 2016-2020)
”Maka, silahkan jadi dokter, insinyur, birokrat, ahli hukum, ahli politik, ahli IT, atau ahli apa pun, tetapi tetap berkontribusi pada dakwah,” pesannya di hadapan ratusan peserta.
Supaya berhasil merealisasikan itu, lanjut Nadjib, maka harus dipenuhi tiga prasyarat yang ada dalam al-Quran Surat Ali Imran ayat 200. Pertama, manajemen kegiatan yang baik (tertib, disiplin, terukur, transparan, sinergis, jejaring luas, efisien dan efektif).
”Karena kalau asal berkegiatan, tanpa manajemen yang baik, maka selain pemborosan waktu, tenaga, fikiran dan finansial, hasilnya juga tidak akan optimal. Itu juga tidak menyelesaikan masalah dan tidak bisa mengantarkan kita menjadi lebih baik dan matang, kecuali hanya pengulangan semata,” paparnya.
(Baca juga: Terpilih Jadi Ketua Umum, Aini Sukriah Siap Sinergikan Potensi PWNA Jatim)
Kedua, soliditas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tidak solid, akan melelahkan. Untuk itu, perlu dikembangkan sikap saling percaya antar pimpinan, rajin silaturrahmi antar pimpinan dan budayakan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan. ”Kuncinya adalah proaktif dan kontributif. Bukan hanya diukur dengan kehadirannya dalam rapat,” ujarnya mengingatkan.
Ketiga adalah perkuat spiritualitas dan akhlak karimah. Supaya tidak sombong kalau berhasil, dan tidak frustasi kalau gagal. Dan ini wajib dimulai dari pribadi masing-masing pimpinan, sebagai uswah bagi anggota atau jenjang kepemimpinan di bawahnya. ”Tanpa keteladanan, kepemimpinan tidak akan berwibawa,” ajaknya.
Nadjib menegaskan kembali bahwa acara pelantikan ini merupakan momentum untuk peneguhan komitmen bahwa menjadi pemimpin harus amanah, dan mampu melahirkan sejarah peradaban bermakna bagi kehidupan umat manusia. Dan itu semua dibuktikan setelah pelantikan, yakni ada kegiatan nyata sebagai implementasi dari program yang telah dicanangkan.
(Baca ini juga: Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap PW IPM Jatim 2016-2018)
”Bagi IPM dan Nasyiah, tidak boleh ada alasan teknis apa pun untuk tidak aktif berkegiatan, termasuk alasan keuangan. Problem keuangan bisa diatasi dengan cara menyelenggarakan banyak kegiatan, selama tiga pra-syarat tersebut dipenuhi. Belakangan ini banyak peluang yang sebenarnya bisa dimanfaatkan IPM dan Nasyiah tapi terbuang sia-sia.
Di dunia pelajar misalnya, di tengah budaya instan dan hedonis saat ini, orangtua menghadapi problem besar dalam mendidik anak-anaknya untuk tetap bisa berprestasi dan berakhlak mulia. ”Peluang bagus ini bisa ditindaklanjuti IPM dengan membentuk lembaga bimbingan belajar (LBB), lembaga kajian, dan lainnya,” terangnya.
Sementara problem wanita muda sekarang, seiring tuntutan berkarir di luar rumah, tidak sedikit keluarga muda yang kesulitan merawat anak balitanya. Mau mengurus sendiri tidak bisa, tapi mengangkat pembantu tidak percaya. Problem ini menjadi peluang emas bagi Nasyiah, misalnya dengan mendirikan Taman Pengasuhan Anak (TPA).”Mari kita belajar berorganisasi dengan baik (ma’ruf), supaya kita bisa menciptakan peradaban yang berguna bagi kehidupan umat manusia,” tandasnya. (*/aan)