Tiga Landasan Penting Rembuk Pendidikan Muhammadiyah Jatim, liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Anis Shofatun
PWMU.CO – Kegiatan Rembuk Pendidikan Muhammadiyah Jawa Timur yang dielenggarakan Foskam Jawa Timur dibuka langsung Prof Dr H Achmad Jainuri MA di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya, Kamis (15/12/2022).
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu berharap Rembuk Pendidikan ini menjadi wahana menemukan permasalahan pendidikan yang nanti bisa menjadi acuan untuk penyusunan program kepemimpinan berikutnya.
“Rekomendasi yang dihasilkan dari agenda ini juga dapat menjadi bahan pengembangan kemajuan pendidikan di masa mendatang,” ujarnya di hadapan peserta.
Berlokasi di Aula Mas Mansyur lantai 6 Smamda Tower ini Prof Jainuri menyampaikan tiga hal penting yang menjadi landasan dalam Rembuk Pendidikan Muhammadiyah ini.
Pertama, forum diskusi yang dihadiri dari berbagai elemen pendidikan Muhammadiyah se-Jawa Timur ini dilaksanakan atas landasan normatif yang bersumber pada Risalah Islam Berkemajuan (RIB). Rumusan landasan hasil dari Muktamat Ke-48 Muhammadiyah ini diharapkan menjadi acuan seluruh kegiatan penguatan ideologi Muhammadiyah selama lima tahun ke depan.
“Seluruh aktivitas Majelis Dikdasmen harus tetap memegang teguh risalah berkemajuan ini,” arahnya.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ini mengatakan salah satu ciri Muhammadiyah berkemajuan adalah semua kegiatan di Persyarikatan Muhammadiyah dilaksanakan berlandasan tauhid.
“Semua ide dan gagasan yang dihasilkan semua semata-mata hanya karena Allah SWT sehingga di dalamnya mengandung unsur keikhlasan. Saya yakin semua yang hadir dibangun atas semangat keikhlasan,” tuturnya.
Prof Jainuri memahami sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di daerah belum dapat memberikan hak atau gaji guru secara profesional. Namun, kinerja dan prestasi yang luar biasa dari guru Muhammadiyah telah didasarkan pada aspek keikhlasan.
Semangat Moderasi
Prof Jainuri menyampaikan landasan kedua adalah semangat moderasi. Dalam Risalah Islam Berkemajuan, pendidikan Muhammadiyah juga harus memiliki semangat literasi yang tinggi.
“Saat ini definisi literasi sudah sangat meluas tidak hanya terkait melek huruf, tapi juga harus sudah melek IT, sehingga kompetensi siswa di sekolah Muhammadiyah harus memiliki digital skill yang baik.”
Ketiga, adanya keterikatan terhadap pedoman dan aturan yang telah ditetapkan oleh persyarikatan. Prof Jainuri mengarahkan apabila dalam tingkat cabang maupun ranting belum ditemukan pedoman saat mengelola AUM maka dapat dilakukan diskresi (mengambil keputusan sendiri) berbasis kolektif kolegial.
“Konflik internal dan eksternal yang kerap terjadi dalam persyarikatan termasuk dalam pendidikan dasar menengah hingga perguruan tinggi, maka tetap harus mempedomani peraturan Muhammadiyah,” tegasnya.
Pada kegiatan yang berbarengan dengan Rakerwil pemilihan Pengurus Foskam SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA, dan SMK ini, Prof Jainuri juga mengatakan dalan memajukan dan mengembangkan lembaga dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dibutuhkan komitmen.
Selain itu, lanjutnya, salah satu ciri dari gerakan Muhammadiyah adalah adanya perubahan. Perubahan ini yang akan menggiring sebuah proses dalam mencapai tujuan bersama.
“Kita tidak puas dengan hanya glondongan kayu, tapi bagimana menjadikan meja, kursi, almari, dan sebagainya. Sesuatu yang ada harus terus dikembangkan bukan yang hanya ada saja. Maka, kita jangan cepat berpuas diri,” katanya.
Kalau sebelumnya ada kategori penghargaan Inspiring, Excellent, dan Outstanding School, maka berikutnya perlu ditegaskan indikatornya dan tingkatkan mutunya.
Pria asal Lamongan ini juga mengingatkan kembali tentang konsep pendidikan holistik yang ada di Muhammadiyah. Dia menilai Pendidikan holistik akan memberikan ruang dalam pengembangan semua potensi siswa secara harmonis.
“Selain penguatan dari aspek kognitif, pendidikan holistik akan mengasah keterampilan sosial dan spiritual sehingga diharapkan pendidikan Muhammadiyah akan mengarah pada spesialisasi siswa dengan kompetensi yang holistik.”
Prof Jainur berharapan agar rumusan hasil Rembuk Pendidikan Muhammadiyah ini dapat dilaksanakan dengan baik agar tidak menjadi sia-sia. Dia mengutip filosofi dari almarhum Buya Syafii Maarif yang berbunyi pentingnya pertemuan antara konsep dan praktik termasuk antara ucapan dan perbuatan.
“Dengan apa yang pernah dipesankan KH Ahmad Dahlan yang mengatkan Islam tidak hanya ada dalam al-Quran dan hadits. tapi, Islam ada dalam kehidupan sehari-hari.” (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.