Adab Majelis Musywil oleh Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan.
PWMU.CO– Muhammadiyah ibarat sebuah payung besar. Menaungi dua kelompok besar. Muhammadiyah state of mind dan minded.
Muhammadiyah state of mind adalah mereka yang memiliki pola pikir Muhammadiyah, bersetuju, dan menjalankan manhaj serta memahami khittah perjuangan Muhammadiyah.
Banyak dari mereka yang bahkan tidak dididik dan dikader dalam perkaderan Muhammadiyah. Mulai PCM hingga PDM atau kaderisasi lewat Ortom.
Jumlah mereka sangat banyak. Jauh lebih banyak dari yang kita kira. Tempat mereka di mana-mana. Di kantor pemerintah, anggota DPR dan Parpol, di sentra bisnis dan lembaga profesional, di berbagai komunitas dan masyarakat umum.
Seringkali mereka memenuhi seruan Muhammadiyah meskipun tidak bersedia atau menjadi pimpinan di Muhammadiyah.
Bisa jadi mereka adalah warga dan simpatisan Muhammadiyah baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Contoh dari mereka adalah jamaah shalat di tanah lapang saat Id.
Muhammadiyah minded terdiri dari mereka yang secara ideologis memiliki jejak kekaderan yang jelas. Sangat kuat memegang dan mengamalkan manhaj Muhammadiyah.
Menjadi pimpinan Muhammadiyah melalui jenjang kepemimpinan dan aktif dalam kepemimpinan. Merekalah anak kandung ideologis Muhammadiyah.
Muhammadiyah minded memasarkan manhaj ke berbagai kalangan dan menjadi penjaga marwah Muhammadiyah.
Secara umum baik yang Muhammadiyah state of mind maupun minded adalah kader pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah. Sepanjang memenuhi syarat kriteria, sanggup mengabdi dan berjuang membesarkan Muhammadiyah, tidak menggunakan Muhammadiyah sebagai kendaraan memperkaya diri, maka kedua kelompok besar ini layak mendapat kesempatan memimpin Muhammadiyah.
Adab Majelis
Dalam suasana yang semakin menghangat jelang Musywil ke-16 Muhammadiyah Jawa Timur di Ponorogo, Sabtu-Ahad, 24-25 Desember 2022, ada baiknya diperhatikan dan dijaga adab majelis agar kita tetap berada dalam derajat tinggi di hadapan Allah dan manusia. Kalah ataupun menang nantinya.
Adab majelis itu diajarkan Allah dalam al-Qur an surat al-Mujadilah ayat 11
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
Rasulullah suka menghormati ahlul Badar. Ketika ada majelis ilmu di suffah, rombongan ahli Badar datang terlambat. Mereka berdiri karena kehabisan tempat duduk. Nabi memerintahkan yang hadir untuk berdiri memberi tempat. ”Qum, ya Fulan!” kata Nabi. Maka ahlul Badar bisa duduk dekat Nabi yang mulia.
Kaum munafik di majelis itu menggerutu. Mereka berkata,”Lihatlah, kalian bilang sahabatmu ini (Rasulullah) orang yang adil. Kali ini dia tidak adil sama sekali. Dia minta kami berdiri dan memberi tempat kepada yang lain.”
Surat al-Mujadilah ayat 11 di atas merupakan teguran atas perilaku mereka. Sejak itu para sahabat di majelis Nabi selalu memberi kesempatan dan kelapangan kepada saudaranya.
Menjaga adab majelis menjadi syarat diangkatnya derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Adab majelis bisa berupa majelis apa saja: majelis ilmu, majelis musyawarah, majelis muhadlarah, bahkan majelis sidang DPR.
Menjalankan adab majelis juga merupakan tanda keimanan seseorang sebagaimana tercantum dalam surat an-Nur ayat 62. Sedangkan an-Nur ayat 63 menegaskan bahwa mengabaikan adab majelis adalah tanda kemunafikan.
Dalam keramaian pencalonan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim nanti hendaknya semua bisa menjaga adab majelis. Dengan menjalankan suasana panas bisa berubah dingin. Saling menghormati dan tidak memaksakan kehendak diri.
Apalagi apabila kandidat sudah terlalu banyak dan sek-sekan. Ada baiknya ada yang dengan ikhlas mempersilakan lainnya untuk berdiri dan maju mencalonkan diri.
Editor Sugeng Purwanto