Ketika Saad Ibrahim Ajak Anggota Musywil ‘Berbaiat’ pada Sukadiono; Liputan Nely Izzatul
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr M Sa’ad Ibrahim MA berpesan agar Ketua PWM yang terpilih, yakni Dr dr Sukadiono membawa Muhammadiyah Jatim lebih baik.
Hal itu disampaikan saat penutupan Musyawarah Wilayah Ke-16 Muhammadiyah Jawa Timur yang berlangsung di Expotorium Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo), Ahad (25/12/2022).
Sebelumnya, Saad Ibrahim mengajak kepada peserta Musywil yang merupakan utusan PDM dan PCM se-Jawa Timur itu, untuk mendeklarasikan, seperti baiat, Sukadiono sebagai pemimpin mereka.
Radhiinaa bi doktor Sukadiono, raisa lanaa, fi Jawa syarqiyah. Kami telah rela bahwa doktor Sukadiono adalah pemimpin kami di (Muhammadiyah) Jawa Timur.
“Nggak tahu itu kompak apa tidak ya. Mestinya kompak. Kalau kompak, artinya di sini (di hati) sudah tidak ada apa-apa yang kemarin itu. Ayo kita ulang,” ajak Saad kepada para peserta Musywil.
Para hadirin pun mengulangi lagi pernyataan itu dengan dipandu oleh Saad. Radhiinaa bi doktor Sukadiono, raisa lanaa, fii Jawa syarqiyah. Kami telah rela bahwa doktor Sukadiono adalah pemimpin kami di (Muhammadiyah) Jawa Timur.
“Lihat itu, Pak (Sukadiono). Buat mereka lebih baik, lebih baik, lebih baik. Tapi jangan lupa, tidak cukup mengurus Jawa Timur. Urusi juga kawasan-kawasan yang masih panjang puasa,” tandasnya.
Dalam penutupan Musywil itu, Saad memberikan tiga kesaksian tentang seorang Sukadiono. Pertama, Sukadiono adalah orang yang bisa berhubungan dengan siapa saja.
“Mohon maaf Pak Nur (Nur Cholis Huda), andai kata berhubungan dengan setan pun, beliau bisa. Tadi kan Pak Nur mengatakan, kita harus bisa berhubungan dengan siapa saja. Ini penting untuk membangun hubungan,” ucap Saad disambut gerr hadirin.
Kata Saad, Muhammadiyah di Jawa Timur ini diberikan kekuatan dan ditolong oleh Allah, karena semua pimpinan di PWM Jatim bisa berhubungan dengan orang.
“Berikutnya, Pak Suko itu, satpam dan sopir di UMSurabaya, sering mengatakan, mereka rindu dimarahi Pak Suko,” ujar Sa’ad memberi kesaksian.
Saad mengatakan, jangan dikira, Pak Suko yang senyum-senyum itu tidak bisa marah. Dia menceritakan, ada di kawasan PDM tertentu, digebrak oleh Pak Suko dan gemetar.
“Tapi itu menunjukkan ada dua wajah di Pak Suko ini. Wajahnya Nabi Isa, dengan senyum gembira, begitu juga ada wajahnya Nabi Musa. Wajah Nabi Muhammad mencerminkan wajah Nabi Isa dan Nabi Musa. Ini diperlukan sekali-kali tapi jangan banyak kali,” pesannya.
Saad menjelaskan, para sopir dan satpam itu kenapa rindu dengan kemarahan Pak Suko. “Saya tanya, kenapa kok rindu dimarahin Pak Suko? Jawab mereka, iya pak, sebab kalau selesai dimarahi, kami diberi uang,” ucapnya disambut tawa musyawirin.
“Nanti sampeyan munculkan kemarahan Pak Suko. Semakin besar marahnya, semakin besar yang uang diberikan. Tapi pasti gak berani marahi Ketua PWM yang lama. Sekalipun begitu, rasanya saya diberi banyak oleh beliau,” imbuh Saad yang kembali disambut tawa para peserta Musywil.
Saad menceritakan, terkait adanya tambahan 8 umrah, yang awalnya panitia hanya menyiapkan 5, namun ternyata menjadi 13.
“Ketika saya diundang acara Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu, panitia menyediakan hadiah, namun yang paling besar hanya televisi, itu pun bukan televisi yang lebar. Yang lain ada termos kecil-kecil begitu,” kenang Saad.
Lalu Saad membatin, rasanya kalau mereka mendapatkan yang lebih lagi, tentu insya Allah akan lebih membahagiakan. Ghirah mereka akan lebih besar kepada Muhammadiyah.
“Maka saya telepon, saya sumbang 1 hadiah umrah. Saya telepon, ini ada hadiah untuk saudara kita di Bengkulu. Itu terjadi ketika 4 atau 5 bulan yang lalu. Dan ternyata, 1 hadiah umrah diganti oleh Allah 8 hadiah umrah hari ini,” ucapnya disambut tepuk tangan musyawirin.
Memberi untuk yang Lain
Saad pun berpesan agar para pimpinan menjadikan Muhammadiyah seperti itu. Memikirkan dan memberi untuk yang lain.
“Buatlah Muhammadiyah seperti itu. Jangan egois memikirkan diri sendiri, memikirkan amal usaha sendiri-sendiri. Pikirkan yang lain. Berikan walaupun sekadar memberikan takjil. Mereka puasa, kita telah berhari raya. Saya katakan berhari raya dalam konteks ini, untuk menunjukkan bahwa kami ini tidak pernah melakukan ‘puasa’ dalam Muhammadiyah,” ucapnya.
“Siapa yang merasakan puasa? Yang puasa itu dulu Pak Anwar Zein dan jajarannya, Pak Abdurrahim Nur dan jajarannya. Sekarang ini tidak. Pada Musywil Tahun 2015 kemarin, uang yang diserahkan kepada kami itu 3 miliar. Sekarang kita serahkan 9 miliar sekian, itu karena barakah,” imbuhnya.
Saad pun mengaku sedih, ketika kemarin ada yang menggugat kenapa PWM (akan) membeli gereja. Sementara di Jatim masih banyak memerlukan ini dan itu.
“Ketika ditawari pembelian gereja, yang langsung welcome itu Pak Suko, lalu Pak Dayat dan Pak Jainuri. Saya Ketua PWM ya senyum senyum saja. Maka kita sampaikan, karena kita percaya Muhammadiyah itu insya Allah diberikan karomah oleh Allah. Kalau kita berkhidmat untuk umat, akan ada kekuatan yang besar,” tandasnya.
Saad pun memberikan kesaksian ketiga, bahwa Sukadiono orang dengan rasa kemanusiaan yang tinggi.
“Apalagi beliau tadi menyampaikan tiap malam melakukan qiyamullail. Hal ini jauh sekali dengan saya. Saya gak seberapa. Mungkin qiyamunnahr (shalat siang) yang banyak. Maka insyaallah ini tanda Muhammadiyah akan lebih baik, lebih baik, lebih baik,” kata Saad.
Saad juga percaya, kalau yang lain (di antara 13 PWM) juga memiliki sisi-sisi yang bisa jadi tidak dimiliki oleh Sukadiono.
“Maka kalau yang ini memiliki ini tapi tidak memiliki itu. Yang itu memiliki itu, tapi tidak memiliki ini. Jika digabung jadi satu, maka akan menjadi kekuatan. Jangan sampai gagal membangun yang ini (menunjuk dada). Kita manusia lemah, tapi kalau kita gantungkan pada Allah. Ya Allah jaga. Ya muqollibal qulub tsabbit quluubana ala diinik. Kalau digantungkan kepada Allah maka akan ditolong,” kata Saad. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni