Bazar Jamaah: Memakmurkan Pedagang Kecil di Sekitar Masjid: Liputan Kontributor PWMU.CO Trenggalek Candra Dwi Aprida.
PWMU.CO – Kajian Ahad Pagi digelar Pimpinan Cabang Muhammadiyah Trenggalek di Masjid Al-Furqon Surondakan, Trenggalek, Jawa Timur, Ahad (1/1/2023).
Narasumbernya: Dr Asrofi SAg MHum, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gunungkidul, Yogyakarta tahun 2005-2010. Dia juga Ketua Umum MUI Kabupaten Gunungkidul 2018-2023. Dalam kajiannya, ia menyampaikan terdapat empat prinsip dalam Islam, yaitu: berorientasi dunia dan akhirat, optimisme, live in order, dan self control.
Selain kajian, terdapat kegiatan lain yang digelar di samping Masjid Al-Furqon, yaitu Bazar Jamaah. Bertema Ramah Murah Meriah Berkah, bazar tersebut menghadirkan stan makanan-minuman dan stan Muslim Sehat.
Ada 14 orang yang berpartisipasi dalam bazar makanan. Mereka menjual antara lain: nasi kuning, ayam geprek, ayam bakar, salad buah, minuman jelly, jajanan khas Trenggalek, nasi gegok, sabun, dan bakso dari anak-anak komunitas Naima (komunitas tunarungu dan tunawicara) Trenggalek.
Untuk bazar Muslim Sehat, terdapat kegiatan vaksinasi dan cek kesehatan yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Puskesmas Rejowinangun Trenggalek.
Koordinator Bazaar Jamaah, Sujinah, mengatakan, bazar ini bertujuan untuk memakmurkan pengusaha-pengusaha kecil di sekitar masjid. “Terutama untuk pedagang kecil yang susah untuk mengembangkan ekonominya,” terang dia.
Menurutnya, dengan bazar ini, mereka dapat memperkenalkan produk yang mereka jual agar usahanya bisa berkembang lebih luas. Seperti yang jualan salad buah dan nasi kuning yang berjualan di depan jalan.
“Ketika ada kegiatan di Masjid Al-Furqon, harapannya mereka bisa ikut dan menjadi referensi ibu-ibu jamaah untuk pesan makanan di situ. Seperti ketika ada kegiatan santunan, anak-anak kecil kan suka dengan nasi kuning. Jadi bisa membeli nasi itu untuk mengenalkan kepada mereka,” lanjutnya.
Hijab Karya Jamaah
Ada yang menarik dari ibu-ibu jamaah Al-Furqon. Selain menjual makanan, jamu Jawa, dan kaos kaki, mereka juga menjual hijab yang berlabel Al-Furqon.
“Dari ibu-ibu jamaah ada yang menjahit hijab seperti yang saya pakai ini. Makanya hari ini ibu-ibu pakai baju seragam karya ibu-ibu sendiri,” jelas Sujinah.
Dia menambahkan, ide awal pembuatan hijab dari Ketua Takmir Masjid Al-Furqon Dedi Mahendra Sukma. Pada saat itu, ia sedang beribadah di salah satu masjid di Yogyakarta. Melihat ibu-ibu pengurus masjid yang ramah memakai hijab yang sama, maka muncul ide untuk menirunya.
Sujinah mengungkapkan semula bersama Mutini dia membuat 46 hijab untuk jamaah tetap. Dua pekan pekerjaan itu diselesaikan. “Saya spesial petnya dan Bu mutini menjahit kerudungnya. Hijab ini juga ada bordiran khusus logo Al-Furqon,” jelasnya.
Kemudian pesanan kerudung datang dari jamaah yang mengikuti kegiatan masjid, seperti tahsin.”Selain dipandang kompak dengan berseragam, penjualan hijab ini juga digunakan untuk usaha Al-Furqan. Laba yang didapatkan akan menambah kas untuk mendukung kegiatan di masjid setiap pekannya,” terangnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni