PWMU.CO – Ikhtiar pengobatan bagi seorang mukmin yang sedang sakit tidak boleh menghilangkan unsur tawakal kepada Allah. “Agar tidak terjerumus dalam noda syirk, maka semua usaha pengobatan yang kita lakukan hendaklah diserahkan kepada Allah SWT.”
Itulah pesan Pengasuh Pondok Pesantren Rouflotul Ilmiyah Kertosono, Nganjuk, KH Ali Mansur Kastam dalam Pengajian Jumat Pagi (Jumpa) di Masjid At-Taqwa, Babat, Lamongan (24/3). Pesan itu dia sampiakan sambil mengutip surat Al-An’am ayat 82, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Baca: Umat Islam Diimbau untuk Siap Siaga sebelum Datangnya Fitnah Besar)
Maka, kata Kyai Mansur, tepatlah kalau saat sakit kita mohon perlindungan kepada Allah SWT dan merukyat diri sendiri dengan ayat Alquran dan doa yang diajarkan oleh Nabi SAW. “Dan jangan sampai ibadah kita tercampur dengan perbuatan syirik, agar mendapatkan rasa aman dan petunjuk Allah SWT,” ujarnya.
Kyai Mansur juga menyampaikan sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Abbas. Nabi SAW bersabda, “Ditampakkan beberepa umat kepadaku, maka ada seorang atau dua orang nabi yang diikuti diikuti 3-9 orang.
Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorang pun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini umatku? Maka ada yang menjawab, ‘Ini adalah Musa dan kaumnya.’ Lalu dikatakan, ‘Perhatikanlah ke ufuk!’ Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk.
(Baca juga: Shaf Jamaah Shalat Bisa Jadi Cermin Persatuan Umat Islam)
Ada yang berkata, ‘Inilah umatmu. Di antara mereka ada yang masuk surga tanpa hisab dan adzab, sejumlah 70.000 orang,’ Kemudian Nabi SAW menjelaskan tentang hal itu. Maka para Sahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu.
‘Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya, maka kitalah mereka atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam keadaan Islam,sedangkan kita dilahirkan di masa Jahiliyah.’
Maka sampailah hal itu kepada Rasul SAW. Lalu beliau keluar dan berkata, ‘Mereka adalah orang-orang yang tidak minta dirukyat, tidak minta diobati dengan kai, dan tidak tathayur. Mereka orang-orang yang hanya bertawakal kepada Allah.’.”
(Baca juga: Di Pengajian Jumat Kliwon, Kyai Muhammadiyah Babat Ini Sampaikan Kegembiraan sekaligus Kesedihannya)
Tentang hadits itu Mansur menjelaskan bahwa rukyat yang dimaksud adalah pengobatan dengan bacaan yang tidak sesuai dengan syariat. “Kalau rukyat bacaannya berupa ayat Alqur-an dan doa-doa yang diajarkan dalam hadits shahih dan tidak ada unsur syirk dalam mengobati, maka dibolehkan,” jelasnya.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan kai, ungkap Mansur, adalah menempelkan luka dengan besi panas. “Ini bisa menyebabkan syirik jika ada keyakinan bahwa yang membuat sembuh itu besi panas. Padahal itu hanya perantara. Penyembuh sakit sejatinya Allah,” tutur Mansur. Sedangkan tathayur itu adalah merasa sial—karena ada sesuatu hal maka tidak jadi melakukan kegiatan.
Selain dihadiri warga Muhammadiyah dari Kecamatan Babat, Kedungpring, Pucuk, Sekaran, dan Baureno Bojonegoro, pengajian juga dihadiri anggota PCM Babat yaitu Drs H Noor Khozin dan Ustadz Amrozi Mufida. (Hilman Sueb)