Musyda Muhammadiyah Sidoarjo, meneguhkan kembali marwah dan martabat; Liputan Darul Setiawan, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – Musyawarah Daerah (Musyda) Ke11 Muhammadiyah Sidoarjo akan berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Ahad (5/3/2023).
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo drh Zainul Muslimin mengatakan, Musyda PDM Sidoarjo mengusung tema Membumikan Islam Berkemajuan, Memajukan Sidoarjo. Tema tersebut, kata dia, mengandung konsekuensi.
“Kalau orang sudah mengusung tema artinya kan itu sesuatu yang kita janjikan dan harapkan. Maka kemudian, harus ada bukti upaya untuk mencapai harapan tadi itu,” ujarnya.
Kita, lanjutnya, tentu melihat perkembangan di luar itu kan sangat cepat. Sementara untuk bisa mengiringi, membersamai bahkan karena kita ini mau memajukan, namanya memajukan itu kan harus selalu menjadi yang terdepan, bukan karakter follower, tapi harus karakter-karakter leader yang kita usung. Leader tidak hanya visi tapi juga keteladanan-kebaikan, keteladanan-kebermanfaatan.
“Jadi Musyda harus bisa melahirkan, mewujudkan orang-orang yang punya visi dan kemudian ada aksi-aksi prestatif berupa keteladanan kebaikan atau keteladanan kebermanfaatan itu,” imbuh bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu.
Jadi harus disadari betul, lanjut Zainul, bahwa Musyda itu bukan mencari orang yang akan duduk di suatu tempat, tapi mencari pemimpin yang akan melakukan aksi-aksi kebermanfaatan dan keteladanan. Itu harapan kita.
“Oleh karenanya, saya sudah sering sudah sampaikan, ayo kita lahirkan anak-anak muda, juga semangat muda. Usianya boleh banyak tapi punya semangat muda dan luar biasa, karena apa, karena tantangan ke depan itu berat,” ungkap Ketua Lazismu Jatim ini.
Dia mengatakan, syarat-syarat pemimpin itu tidak hanya sidik, tabligh, amanah, fathanah, tapi juga basthatan fil ilmi wal jism. “Syarat-syarat itu kalau terpenuhi, insyaallah Muhammadiyah Sidoarjo akan kembali meneguhkan martabat dan marwahnya dalam rangka memajukan Sidoarjo tadi,” paparnya.
Urusan Dunia Akhirat
Bagi Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, Musyda tidak hanya mencari kader terbaik. Kita juga sosialisasikan ke musyawirin, harus disadari betul bahwa, ketika salah memilih, maka kita sebagai pemilih akan mendapatkan beban pertanggungjawaban di akhirat. Sebaliknya, jika yang kita pilih itu betul-betul berdasarkan referensi yang cukup, kemudian kita bisa melahirkan, memilih pemimpin yang hebat.
“Pemimpin itu memberikan keteladanan dan kebermanfaatan yang luar biasa dengan akhlak yang terpuji, maka kita tentu juga akan mendapatkan kebaikan, kenapa? Karena kita menjadi bagian penting dalam menegakkan kepemimpinan dari orang-orang yang kita pilih tadi. Itu penting. Ini bukan perkara main-main, ini bukan hanya urusan dunia tapi dunia akhirat,” jelasnya.
Musyda ini akan melahirkan pejuang dakwah. Musyda ini sangat penting dan strategis apalagi dengan tema yang akan kita usung yaitu membumikan Islam berkemajuan dan memajukan Sidoarjo. “Saya kira harus diiringi dengan upaya-upaya nyata, aksi-aksi riil untuk mewujudkan harapan itu,” tuturnya.
Keteladanan Akhlak
Tentu, lanjut dia, yang dibutuhkan di Muhammadiyah Sidoarjo saat ini adalah profesionalisme, karena Muhammadiyah gerakan dakwah Islam maka dibutuhkan keteladanan akhlak yang baik. Pemahaman Islam saja belum cukup, kalau belum dibuktikan akhlak terbaik. “Karena apa? Karena kita akan menjadi panutan orang-orang yang ada di sekeliling kita,” tambahnya.
Jadi karena kita akan memilih sebelas orang, kalau yang dibutuhkan sebetulnya, seringkali kita begini, kita kan mencari orang yang pinter, kober, atau sesuai yang dituntunkan Rasulullah. Ada juga yang mungkin memilih dari persahabatan yang dekat, sehingga hal-hal kaidah-kaidah itu kita lupakan, karena kita mengedepankan kedekatan tadi.
“Jadi menurut saya, kedekatan dan lain sebagainya itu boleh, baik, tapi jangan melupakan kaidah-kaidah yang menjadi syarat penting yang sudah disyariatkan. Jadi syariat memilih pemimpin kita paham betul, tapi kemudian itu tidak menjadi acuan dan tidak berlaku ketika kita punya kepentingan,” paparnya.
Kepentingan apa? Kepentingan kedekatan, duniawi dan lain sebagainya. Jika itu kepentingan ukhrawi maka sandarannya tentu akhirat, walaupun teman dekat kita, saudara kita, kalau tidak layak dipilih, ya jangan dipilih, karena tidak memenuhi ketentuan syariat.
Pewaris Surga Firdaus
Apalagi kemudian kita tahu nyata-nyata rekam jejak, track record, yang mau kita pilih itu jelas-jelas tidak memberikan keteladanan. Jadi kalau semua itu kita punya upaya, mindset, dan semangat seperti itu, kita akan melahirkan pemimpin yang hebat untuk Sidoarjo. Jadi apakah pemimpin yang terpilih dalam Musyda nanti profesional, akademisi, pengusaha dan sebagainya.
“Menurut saya, dari sebelas itu akan terjaring dan mendapatkan yang terbaik. Saya terus terang sering mengingatkan, pemimpin itu amanah, memilihnya juga amanah. Maka amanah itu harus kita tunaikan dengan sebaik-baiknya, karena apa, karena menunaikan amanah dengan baik itu menjadi syarat seseorang untuk mewarisi surga Firdaus,” pesannya.
Nah kalau tidak, maka salah satu syarat itu tidak akan terpenuhi. Upaya-upaya yang sudah kita lakukan, kita terus berkomunikasi dengan cabang-cabang. Agar cabang yang bersangkutan bisa memilih dan mengutus calon-calonnya yang terbaik.
Kita juga sangat mempercayai panitia lokal (panlok), yakni Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo. “Saya sudah mendengar mereka akan menggelar di Umsida, dan kemudian ada acara-acara bazaar, pawai, jalan sehat, dan tampilan kreativitas,” jelasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.