Doa-Doa Terbang, Tangis Haru pun Pecah di Training Motivation Ini; Liputan Ismini, Kontributor PWMU.CO Ponorogo. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Guru itu ikhlas saja tidak cukup, tapi harus dibarengi peningkatan kompetensi. Demikian yang disampaikan Dody Tisna Amyjaya MPd saat menjadi narasumber dalam Training Motivation bertema Membangun Motivasi Mendidik Generasi Qur’ani yang digelar oleh Pimpinan Cabang Aisyiah (PCA) Ponorogo di Ruang Pertemuan D’Sultan Resto, Sabtu (21/1/2023).
Kegiatan yang dihadiri oleh 103 peserta—terdiri dari 12 kepala sekolah, 66 guru IGABA dan 25 orang perwakilan siswa juga tamu—tersebut diwarnai dengan gelak tawa dan tangis haru penuh doa-doa. Pasalnya, tak hanya pematerinya yang pandai memecah suasana namun materi yang dibawakan juga sangat menyentuh hati.
Di awal, pria tiga anak tersebut mengimbau kepada seluruh peserta yang hadir agar tidak melulu sibuk mengejar dunia dan sekadarnya dengan al-Qur’an. Namun harus menjadikan al-Qur’an sebagai satu-satunya pedoman dalam kehidupan, terutama bagi pendidik. Harus memiliki jiwa yang cinta al-Qur’an, mau belajar, dan mengamalkannya.
“Apapun impianmu silakan dikejar. Namun jangan sampai tinggalkan al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat panduan lengkap tentang kehidupan,” paparnya.
Ia pun menjelaskan untuk mencetak generasi Qur’ani tidak hanya butuh guru yang ikhlas dalam mengajar saja, namun juga harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi.
Sekilas tidak ada yang menarik dari kegiatan Training Motivation ini. Namun berbeda dengan yang dilakukan Dody. Ia tidak banyak menyampaikan ceramah namun mengemas materinya dengan games lucu untuk mengecek dan menambah konsentrasi peserta—mengingat peserta yang mengikuti acara tersebut mayoritas ibu-ibu yang usianya tidak lagi muda. Jadi tentu sangat bosan jika hanya mendengar ceramah.
Tiap 10 menit berlangsung, pria kelahiran Sumbawa, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu selalu mengajak peserta berdiri dan memberikan permainan unik, seperti game tepuk konsentrasi, mencari partner, pijat pundak rekan kanan kiri, yang semuanya mengundang gelak tawa dari peserta. Yang tidak kalah seru namun membuat haru, di akhir acara ia meminta peserta untuk menulis impian dan doanya terhadap lembaga masing-masing berkaitan dengan targetan terhadap al-Qur’an.
“Semua peserta boleh menulis impian dan doa-doanya di selembar kertas. Setelah ditulis, silakan buat pesawat kertas dalam waktu 15 detik,” pintanya.
Seluruh peserta menyelesaikan tulisannya dan membuat kertas tersebut menjadi bentuk pesawat. Ada yang selesai sebelum waktu yang telah ditentukan, ada juga yang sesuai dengan waktu yang ditentukan.
“Coba pesawat kertas yang telah jadi tersebut silakan diangkat,” imbuhnya.
Semua peserta mengangkat pesawat. Betapa terkejutnya mereka setelah narasumber mengatakan ternyata semua pesawat yang dibuat oleh peserta memiliki bentuk yang sama.
“Ya, itu bentuk pesawat yang sama kita pelajari mulai dari kita kecil dulu. Dan bisa dikatakan peserta ini kurang kreatif, karena tidak ada perubahan sama sekali cara membuat dan bentuk pesawat yang dibuat dari dulu hingga sekarang. Padahal ada banyak cara untuk membuatnya,” jelasnya.
Pesawat tersebut, lanjutnya, sengaja saya minta untuk diangkat tinggi-tinggi agar doa yang telah tertulis segera didengar oleh Allah SWT.
Acara ditutup Dody dengan meminta peserta berkelompok dengan anggota 5 orang.Tugasnya melafalkan secara bergantian doa masing-masing anggota. Begitu seterusnya saling bergantian untuk mengamini masing-masing doa. Hingga sebagian peserta menangis haru sambil memeluk erat anggotanya. (*)