Mahir menulis bagi pemula, ikuti enam tips ini; Liputan Candra Dwi Aprida, kontributor PWMU.CO dari Kabupaten Trenggalek.
PWMU.CO – Komunitas Perempuan Merah menggelar Workshop Kepenulisan secara daring lewat Zoom Meeting, Ahad (22/1/23).
Pemateri kegiatan tersebut Al Afghani, merupakan Instruktur Madya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Timur, sekaligus founder KAPITO.ID. Dalam workshop kepenulisan, itu dia berbagi tips mahir menulis bagi pemula.
Pertama, belajar dari kesalahan. Mas Ghani, sapannya itu menjelaskan, manusia lebih mudah untuk melihat kesalahan daripada kebenaran. Mudah mengingat kesalahan dan mengingat memori-memori negatif dari pada memori positif.
“Ketika memori otak kita lebih mudah mengingat kesalahan, yok kita belajar menulis berangkat dari apa sih hal yang salah?” tuturnya. Dengan mengingat kesalahan itu, kata dia, temen-temen bisa belajar menulis dari kesalahan.
“Ketika menulis, kita bisa langsung menghindari kesalahan-kesalahan itu, seperti judul yang kurang menarik, paragraf pertama yang kurang oke, dan tidak menyunting naskah,” paparnya.
Kedua, mindset. Mas Ghani membagi tiga mindset yang harus dipunyai penulis. Yang pertama, jangan hanya menulis untuk dirinya sendiri, namun juga berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas.
Berbeda dengan menulis diary sama menulis untuk artikel umum. Kalau menulis diary untuk temen-temen sendiri, jadi bebas aja mau menulis apa.
“Tapi kalau temen-temen menulis di ranah publik, tulisan itu akan dikonsumsi orang. Jadi, tulisan itu bermanfaat kah untuk orang lain?” jelasnya. Yang kedua, lanjutnya, yakni perfeksionis. Dia berpesan agar penulis pemula menghindari sikap perfeksionis.
Tipologi Media
Dia menegaskan, menulis itu skill. Tidak ada skill yang langsung bagus. Menulis itu harus dilatih, diasah supaya skill itu bisa terwujud. Yang ke tiga, lanjutnya, kita harus aware dengan media. “Media adalah bisnis, maka pahami tipologi dan segmen audience-nya,” imbuhnya.
Ketiga, ego, yang harus menjadi challenge atau tantangan bagi penulis pemula. “Bisa nggak sih, kita menulis itu bukan hanya untuk diri kita?” terangnya.
Saat menulis, lanjut dia, penulis harus memahami siapa yang mau membaca tulisan itu. Jadi dalam menulis, penulis tidak menulis semaunya sendiri. “Harus paham, tulisan ini nanti siapa yang baca. Orang mau nggak sih membaca tulisan ini,” tambahnya.
Keempat, judul yang populer. Menurut Mas Ghani, membuat judul tulisan itu dapat memperhatikan hal-hal berikut. Seperti, membuat judul dengan informasi akurat, berfokus pada manfaat.
“Bisa membuat judul seperti ini, ‘Empat Tips agar Skripsi Cepat Rampung’. Tulisan itu akan bermanfaat untuk mahasiswa yang sedang semester sepuluh atau dua belas,” jelasnya.
“Selain itu, memunculkan rasa penasaran. Seperti judul ‘Mengapa Submit ke Jurnal Ilmiah Harus Bayar?’ Saya jelaskan,” lanjutnya.
Kelima, topik yang relevan. Mas Ghani menjelaskan customer atau pembaca tidak peduli dengan siapa yang menulis. Pembaca lebih menginginkan dampak dari tulisan itu. “Membuat judul dengan topik yang relevan, maka akan mengundang para pembaca untuk membaca tulisan kita,” jelasnya.
Keenam, kunci mahir menulis adalah praktik. “Terakhir ini yang terpenting. Kunci mahir menulis itu adalah praktik, praktik, dan praktik, serta jangan pernah takut gagal,” pesannya.
Narasi Segar
Perlu diketahui, Komunitas Perempuan Merah didirikan Aulia Anis Al Jannah, Sekretaris Umum IMM Komisariat Tamaddun Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Aulia Anis menjelaskan, workshop kepenulisan ini merupakan salah satu langkah taktis perempuan merah. Yakni memberikan bekal kepenulisan bagi perempuan dan laki-laki, tentang skill kepenulisan yang akan dibawa ke ranah publik.
“Tujuan kegiatannya, yakni membekali skill kepenulisan kepada perempuan dan laki laki agar nantinya mampu bertarung narasi dalam dunia kepenulisan. Harapanya, bisa membawa narasi segar di tengah kompleksitas permasalahan di masa ini,” tuturnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.