Pemuda Lintas Agama dan Komunitas Difabel Susun Produk Eco Bhinneka; Liputan Kontributor PWMU.CO Maydini Eka Rizki dan Windarti
PWMU.CO – Tim Eco Bhinneka Muhammadiyah Regional Banyuwangi menggelar Workshop ‘Peyusunan Produk Konten Kreatif Eco Bhinneka di Media Sosial’, Sabtu (21/1/2023). Sebanyak 12 peserta yang terdiri dari pemuda lintas agama, tokoh agama, dan perwakilan komunitas difabel mengikutinya di El Royal Hotel, Kabat, Banyuwangi.
Produk selama satu tahun ke depan rencananya berbentuk video dan e-brosur. Sebelumnya, panitia memilih kandidat peserta yang telah memahami dasar pembuatan video dan e-brosur. Agar saat workshop, peserta tinggal menyusun konsep dan rencana konten Eco Bhinneka selama satu tahun.
Selain untuk membangun komunitas yang tangguh dan inklusif, kegiatan ini bertujuan mengembangkan materi kampanye Eco Bhinneka di Media Sosial. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi Drs H Mukhlis Lahuddin MSi menyampaikannya saat sambutan sekaligus membuka acara.
Mukhlis mengatakan, ada tiga hal yang mungkin tercapai dalam latihan hari ini. “Dengan lisan kita menyuarakan, dengan tangan kita menulis, dan dengan perilaku kita mencontoh atau bisa memberikan contoh,” ujarnya.
Selanjutnya, Windarti–Regional Manager Eco Bhinneka–menyampaikan ‘Urgensi Konten Kreatif Eco Bhinneka di Media Sosial’. Dia menjelaskan, Eco Bhinneka merupakan merk kampanye, gerakan kerukunan antarumat beragama atau toleransi, dan juga pelestarian lingkungan.
“Jadi kita tingkatkan kesadaran, khususnya masyarakat Banyuwangi, mengenai kerukunan berbasis pelestarian lingkungan, juga menghindarkan generasi muda dari pengaruh negatif media sosial,” ungkapnya.
Literasi Digital
Turut hadir pula Nafi Ferdian ST MT yang menekuni bidang literasi digital dan media massa Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Banyuwangi. Nafi, sapaan akrabnya, menerangkan ‘Strategi Kampanye Kerukunan dan Lingkungan di Media Sosial’.
Nafi menuturkan, konten yang menarik harus mengandung nilai-nilai universal, budaya digital yang santun, dan memahami batasan dalam kebebasan berekspresi. “Selain itu, dalam pembuatan video harus dibuat senatural mungkin dan mengandung 5W+1H,” imbuhnya.
Selanjutnya, giliran Anggota Departemen Dakwah Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Shira Sahira menjelaskan ‘Komunikasi Efektif di Media Sosial’. “Agar komunikasi efektif, kita harus selalu memperhatikan penggunaan kalimat, berhati-hati saat menggunakan huruf, dan memperhatikan pemilihan warna huruf maupun simbol atau icon yang tepat,” imbaunya.
Dia juga menegaskan agar peserta menghindari penggunaan emoji. Selain itu, dia juga mengajak peserta menggunakan bahasa yang sesuai, memberikan respon dengan segera, serta menyampaikan informasi yang jelas dan valid.
Pada akhir workshop, terbentuk dua kelompok. Yaitu tim video terdiri dari pemuda Katolik Santi, pemuda Hindu Mahatma Adi, pemuda Budha Giofani, Anggota Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Umar, dan dua fasilitator daerah Eco Bhinneka Banyuwangi Zahro dan Syarifah.
Pada tim e-brosur ada pemuda Katolik Ignasius, pemuda Protestan William, tokoh agama Konghucu Tjahyadi, Wasis dari PPDI, dan dua fasilitator daerah Eco Bhinneka Banyuwangi Maydini dan Fitri. Kedua tim selanjutnya berdiskusi dan mempresentasikan alur rencana produksinya. Akhirnya mereka berhasil menyusun rencana produksi konten kreatif Eco Bhinneka selama satu tahun.
Semangat Ciptakan Konten
Saat penutupan, peserta mendapat arahan dari Program Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah, Surya Rahman Muhammad. Menurutnya, materi yang disampaikan dalam workshop sudah sesuai dan selaras dengan yang dikembangkan pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi.
Dia mengatakan, beberapa tahun silam, Kabupaten Banyuwangi belum begitu terkenal. “Seiring pergantian kepemimpinan, entah karena promosi melalui media sosial atau cara lain, Banyuwangi hari ini menjadi Kabupaten yang diperhitungkan. Jadi tidak heran jika ada Kabupaten di ujung pulau Jawa, tetapi keramaiannya sudah luar biasa!” ujarnya.
Jadi, sambung Surya, tinggal bagaimana cara mereka mengembangkan konten kreatif tersebut di Banyuwangi. Lebih lanjut, dia menyatakan banyak sekali festival yang berkembang di Banyuwangi dan tersebar luas. “Tidak hanya tingkat domestik namun melibatkan mancanegara juga. Hal ini tidak lepas dari pengembangan konten kreatif,” ungkapnya.
Hal inilah yang menurutnya bisa menjadi semangat mereka untuk menciptakan konten yang bisa mereka kembangkan. “Yang secara tidak langsung bisa mengembangkan wilayah kita,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN