Aisyiyah Dorong Penguatan Keluarga Sakinah; Liputan Kontributor PWMU.CO Musyrifah
PWMU.CO – Penguatan Keluarga Sakinah sebagai salah satu komitmen Perempuan Berkemajuan disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Dr Hj Siti Aisyah MAg dalam Seminar Semarak Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-11 di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Ahad (29/1/2022).
Acara yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) ini menghadirkan 484 peserta. Terdiri dari Anggota PDA Gresik, tiga perwakilan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) se-Kabupaten Gresik, kepala TK dan kelompok bermain Aisyiyah se-Kabupaten Gresik, perwakilan organisasi wanita Gresik, dan undangan yang lain.
Sebelum menyampaikan materi, Aisyah mengajak semua peserta untuk melihat tayangan sebuah foto di layar. “Ibu-ibu semua pasti masih mengingat beliau,’’ ujarnya.
Kemudian seluruh peserta melihat tayangan di layar panggung, tampak foto almarhumah Dra Uswatun Hasanah, Ketua PDA Gresik periode 2015-2020 yang wafat pada Senin, 5 Juli 2021.
“Bu Uswatun adalah sosok pejuang dakwah di Gresik, beliau bersama suaminya yang sudah mendahului kita. Beliau sudah di surga dan mulia di sana. Mudah-mudahan kita semua akan melanjutkan perjuangan beliau bersama Aisyiyah,’’ tuturnya.
Dengan suara lantang dan merdu, dosen Agama Islam di Universitas Gajah Mada (UGM) ini kemudian membacakan surat al-Fajr ayat 27-30 secara tartil, seakan mengingatkan kepada bahwa kita akan kembali kepada Allah.
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha, dan diridhoi, Maka masuklah dalam golongan hamba-hambaku dan masuklah kepada surgaku,’’ tuturnya.
Risalah Perempuan Berkemajuan
Koordinator Majelis Tabligh dan LSBO Pimpinan Pusat Aisyiyah ini kemudian memulai pemaparannya dengan menjelaskan tentang Risalah Perempuan Berkemajuan (RPB).
“RPB ini merupakan rumusan dan pemikiran hasil Muktamar Ke-48 Aisyiyah di Surakarta 18-20 November 2022, juga pandangan keagamaan dalam Muhammadiyah-Aisyiyah tentang karakter, kualitas, dan peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan berwawasan Islam berkemajuan,’’ jelasnya.
RPB ini, tambahnya, adalah kelanjutan dari Muktamar 1 abad di Makassar yang membahas tentang pokok-pokok pikiran Aisyiyah 1 abad. “Ada tiga visi dan tujuh strategi, satu visi tentang perempuan berkemajuan, kemudian dijabarkan dikembangkan dirumuskan menjadi risalah perempuan berkemajuan,’’ tambah dia.
Menurutnya dari apa yang disampaikan di beberapa materi sebelumnya serta dialognya adalah sudah menggambarkan perempuan berkemajuan. “Tadi dialognya kok banyak yang curhat, ya,’’ guraunya sambil diikuti suara gemuruh peserta.
Harapannya, imbuh wanita kelahiran Banjarnegara ini, Aisyiyah ini menjadi media untuk berjuang, beribadah, dan berdakwah yang menyenangkan dan menggembirakan. “Karena di Aisyiyah itu memang menyenangkan,’’ tuturnya.
“Aisyiyah hadir memberi ruang dan akses kepada perempuan untuk mengembangkan potensi dan peran sebagai abdullah (hamba Allah) dan khalifah,’’ tutur penulis buku Perlindungan Anak dalam Perspektif Al-Maun ini.
Menurutnya, Aisyiyah juga bagian dari gerakan perempuan Indonesia dalam merespon permasalahannya perempuan dan kesadaran bangsa.
Dinamika Perempuan
Dia menerangkan, apa yang dihadapi oleh perempuan dalam kehidupan, pada dasarnya bukan sebuah masalah atau konflik tetapi itulah dinamika.
“Bagaimana seorang perempuan itu menghadapi masalah dalam kehidupan yang sudah menjadi pilihannya. Dan semua itu dalam rangka ingin mewujudkan tercapainya keluarga sakinah,’’ papar wanita tujuh puluh satu tahun ini.
Bagaimana kehidupan suami dan istri itu, tambahnya, harus saling menghormati dan menghargai, saling support dan mendukung satu sama lain.
Aisyah menerangkan dalam risalah perempuan berkemajuan juga memiliki komitmen untuk mengembangkan dan mewujudkan kehidupan bersama yang terbaik (khairu ummah).
“Yang tercermin dalam kualitas jiwa, alam pikiran dan tindakan perempuan menuju terwujudnya peradapan utama yang menebar rahmat bagi alam semesta,’’ papar pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswi Rabingah Prawoto ini.
Menurutnya secara akademis masing-masing ibu sudah mempunyai teori untuk memecahkan masalah dalam keluarga dalam rangka untuk menguatkan keluarga sakinah, dan itulah salah satu dari sepuluh komitmen perempuan berkemajuan.
Dia lalu menyitir Quran surat an-Nisa ayat 1 yang artinya, “Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa) dari (dirinya) dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laik-laki dan perempuan yang banyak.
Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, tambahnya, berbagai tafsir banyak namun yang dianut oleh Majelis Tarjih dalam Tafsir At-Takwir, tulang rusuk itu adalah milik Adam, Adam tidak ada temannya di surga, akhirnya Allah menciptakan teman untuk Adam yaitu Hawa,’’ sitirnya.
Allah menciptakan kita berpasangan, tidak sendiri, yaitu suami dan istri. Apapun yang kita lakukan dengan pasangan harus bermusyawarah. “Saling menyayangi, saling menghargai, saling empati dengan bahasa masing-masing keluarga. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni