PWMU.CO– Pemimpin profetik menjadi topik Ngaji Reboan disampaikan Dr Mahsun Djayadi di Masjid Taqwa Bulak Banteng Surabaya, Rabu (1/2/2023) bakda Isya.
Membuka pengajian Mahsun Djayadi mengutip hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Ahmad bin Hanbal.
وَلَا يَحِلُّ لِثَلَاثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلَاةٍ إِلَّا أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ
Tidak diperkenankan bagi tiga orang yang berada di padang luas melainkan mereka mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin.
”Hadits itu mengisyaratkan tidak dibolehkan seseorang hidup tanpa pemimpin meskipun dalam jumlah kecil, hanya tiga orang saja,” kata Mahsun yang dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Maka, ujar dia, suatu keharusan mengangkat pemimpin dalam jamaah, komunitas, masyarakat.
Menurut dia, Nabi Muhammad saw adalah teladan yang sempurna. Memimpin dengan gaya teladan Rasulullah saw adalah memimpin berbasis wahyu. Dikenal sebagai model pemimpin profetik. Pemimpin kenabian.
Kata Mahsun, tanda pemimpin profetik bisa dipahami dari surat al-Mudatsir ayat 1-7.
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ -١- قُمْ فَأَنذِرْ -٢- وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ -٣- وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ -٤- وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ -٥- وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ -٦- وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ -٧–
Artinya: 1) Hai orang yang berselimut. 2) bangunlah, lalu berilah peringatan. 3) dan Rabb-mu agungkanlah. 4) dan pakaianmu bersihkanlah. 5) dan perbuatan dosa tinggalkanlah. 6) dan janganlah kamu memberi untuk memperoleh yang lebih banyak. 7) dan untuk Rabbmu, bersabarlah.
Tafsir
Tafsir surat al-Muddatstsir dikaitkan dengan pemimpin profetik menurut ulasan Mahsun disampaikan begini
Yaa ayyuhal muddatstsir
Selimut, bisa dianalogikan sebagai bentuk kecemasan. Kecemasan itu kemudian tercermin dalam penampilan yang tidak menarik, lesu, dan tidak ada semangat.
Seorang pemimpin harus menghiasi penampilan dirinya dengan: pertama, Appearance (penampilan). Kedua, Achievement (pencapaian). Selalu perform, just deliver your best! (berikansaja yang terbaik).
Ketiga, Attitude. Sikap-sikap yang positif itu pasti punya pengaruh terhadap orang lain.
”Pemimpin harus siap sebagai problem solver (pemberi solusi dari masalah) dan bukan bagian dari masalah. Apalagi selalu menimbulkan masalah,” katanya.
Qum fa andzir
Qum, bangkitlah. Ini diksi yang menunjukkan semangat dalam memimpin. Kalau lagi ada masalah itu kita harus bangkit dan melakukan sesuatu untuk menyelesaikannya. Hilangkan emosi-emosi negatif dan kegalauan.
Wa robbaka fakabbir
Bertauhid kepada Allah menjadi landasan dalam kehidupan. ”Pemimpin harus berakidah lurus, al-aqidah al-shahihah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab HPT (Himpunan Putusan Tarjih), dan ideologi Muhammadiyah,” tandasnya.
Wa tsiyabaka fathohhir
Secara harfiah, pakaian harus bersih, suci, menutup aurat sesuai ajaran Islam. Penampilan fisik yang bagus menumbuhkan marwah dan kepribadian seorang. Pemimpin dengan tampilan fisik yang baik dan didukung kepribadian yang anggun memunculkan aura karismatik dan berwibawa.
Secara maknawi, pakaian merupakan metafora sarana atau alat perjuangan. Dakwah Islam membutuhkan sarana, alat, nidhom. ”Al-haqqu bilaa nidhomin yaghlibuhu al-bathilu bi al-nidhoomi,” tuturnya.
Wa al-rujza fahjur
Pemimpin harus berkarakter akhlaqul karimah. Berintegritas dan berkarakter.
Wala tamnun tastaktsir
Pemimpin harus memahami dirinya tidak lebih seorang hamba Allah yang lemah. Jangan merasa sebagai pahlawan di saat orang lain tidak bisa berbuat sebagaimana dia berbuat.
Wa lirobbika fash-bir
Perjalanan pemimpin tidak selalu mulus tanpa hambatan. Tidak tercapai sebuah cita-cita pasti melalui kesulitan dan hadangan.
”Pemimpin harus memiliki kesabaran tinggi. Sabar itu teguh pendirian dalam menyuarakan kebenaran, teguh, dan tabah ketika menghadapi cobaan. Sabar saat mendapat pujian dan tidak marah ketika mendapat kritikan,” tandasnya.
Penulis Jahja Sholahuddin Editor Sugeng Purwanto