PWMU.CO– Gedung baru SMK Muhammadiyah 2 Tulungagung di Jl. Pahlawan III No. 27 diresmikan Ketua PWM Sukadiono, Jumat (3/2/2023).
Hadir di acara ini Kepala Desa Ketanon Masrur SAg, jajaran PDM, dan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur di Tulungagung Sindu Wisnubrata SE MA, dan undangan yang berjumlah 200 orang.
Peresmian ini sekaligus merayakan milad SMK Muda ke 50. Acara dibuka dengan tari jaranan senterewe dengan penari Satria, Mario, Eki, dan Bargo, siswa SMK Muhammadiyah 2 Tulungagung yang populer disebut SMK Muda.
Kepala SMK Muhammadiyah 2 Lukman Subodro ST mengatakan, sekolah ini berasal dari merger antara SMEA Muhammadiyah 1 dan SMEA Muhammadiyah 2. Sekolah ini berada di Jl. RA Kartini 35 Tulungagung.
Hasil merger menjadi SMK Muhammadiyah 2. Lalu izin operasional SMEA Muhammadiyah 2 berubah menjadi SMK Muhammadiyah 3.
Pada tanggal 2 Februari 1995 pindah ke Jl Pahlawan III/27 menempati gedung di Kompleks STAIM. Setelah 28 tahun membangun gedung baru di tanah wakaf sebelah kampus STAIM. Gedung baru ini untuk pengembangan SMK Muda.
Lukman menyampaikan, jumlah siswa SMK Muhammadiyah 2 saat ini 198 anak dengan empat bidang kompetensi. Yaitu 1. Bisnis Manajemen jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga. 2. Administrasi Perkantoran, 3. Otomotif, 4. Seni Rupa Desain Komunikasi Visual.
”Dengan menempati gedung baru diharapkan SMK Muhammadiyah menjadi sekolah rujukan di Tulungagung,” ujarnya.
Sementara Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur di Tulungagung Sindu Widiabrata SE MA menyampaikan, saat pemerintah Tulungagung belum mampu mencukupi jumlah sekolah karena rasio jumlah penduduk dan sekolah negeri yang tidak berimbang, di sinilah peran sekolah swasta diperlukan.
Ketua PDM Tulungagung dr. Anang Imam Masa Arief MKes menceritakan, awal mula tanah yang ditempati SMK Muhammadiyah 2 ini milik Haji Masrun.
Saat itu Haji Masrun menjual sebagian tanahnya untuk Muhammadiyah. Sebagian lagi diwakafkan dengan harapan didirikan rumah sakit.
”Di tengah upaya pengumpulan dana pembelian, qadarullah berdiri rumah sakit lain di dekat area tanah Muhammadiyah itu, sehingga izin tidak bisa turun karena aturan jarak antar rumah sakit,” tuturnya.
”Akhirnya atas kesepakatan bersama tanah itu dimanfaatkan oleh SMK Muda yang butuh tempat untuk mengembangkan sekolahnya,” sambungnya.
Dikatakan, masih ada tanah-tanah Muhammadiyah Tulungagung yang segera digarap seperti tanah untuk MBS 2 di Bago. Hari itu juga ada peletakan batu pertama.
”Saat ini sudah ada muwakif yang siap untuk mendirikan masjid di area MBS yakni Ibu Hajah Juwito yang juga muwakif tanah tersebut,” ujarnya.
Lima Doktrin
Ketua PWM Jatim Dr dr Sukadiono MM mengatakan, ini acara pertama peresmian amal usaha yang dia lakukan saat menjabat ketua PWM Jatim. ”Implemetasi Islam berkemajuan adalah mengembangkan AUM tanpa ada kata menyerah,” ujarnya.
Di Muhammadiyah ada lima doktrin perjuangan yang harus senantiasa dijunjung dan dilaksanakan. Pertama, tauhid karena untuk berjuang di Muhammadiyah tantangannya sangat banyak, di antaranya sikap sinis dari orang lain.
Dengan keyakinan tauhid tantangan itu dapat diatasi. Misalnya, masalah pengembangan AUM terbentur dana.
Dia bercerita, pengalaman sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2012. Sebelum itu orang tidak tahu di mana UM Surabaya. Gedungnya masih bergabung dengan Perguruan Muhammadiyah Gadung, Gubeng, dan Kapasan.
”Kemudian berpindah ke Kampus Sutorejo. Tapi orang naik bemo saja tidak tahu dimana Jl. Sutorejo itu,” ujarnya.
Untuk mengenalkan UM Surabaya maka dia membangun Tauhid Tower 13 lantai. Nama itu berdasarkan keyakin surat Fusilat: 30. Ketika kita yakin kepada Allah kemudian istiqamah, bersungguh-sungguh berusaha maka Allah tunjukkan jalan kesuksesan.
”Saat ini UM Surabaya tengah menyelesaikan Taawun Tower 24 lantai,” tuturnya.
Doktrin kedua, sambung dia, menggerakkan kecerdasan. Maka Muhammadiyah wajib mengembangkan sekolah-sekolah modern yang mengintegraiskan ilmu agama dan ilmu umum.
Doktrin ketiga, mobilisasi amal usaha. Hal ini sudah dilakukan oleh Muhammadiyah dengan sekolah dasar dan menengah dengan jumlah 1.090 murid dan siswa TK sejumlah 9.000 anak se Jawa Timur.
Doktrin keempat adalah kerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Ada empat dimensi kerja sama yang bisa dilakukan oleh Muhammadiyah. Kerja sama internal Muhammadiyah, dengan Ormas luar, dengan Ormas di luar Islam, dengan pemerintah, TNI, Polri.
Sukadiono berharap, pemimpin AUM jangan berpuas diri dengan yang ada sekarang, harus punya visi. ”Meskipun tidak mungkin menjadi pimpinan terus-menerus namun harus meninggalkan legacy yang monumental untuk generasi penerus kita,” ujarnya.
Penulis Hendra Pornama Editor Sugeng Purwanto