Pesan untuk Guru agar Menjaga Keharmonisan Keluarga; Liputan Mohamad Su’ud, Kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Banyak orang yang mendambakan kebahagiaan, mencari ketentraman, dan ketenangan jiwa raga sebagaimana usaha menjauhkan diri dari sebab-sebab kesengsaraan, kegoncangan jiwa, dan depresi khususnya dalam rumah dan keluarga.
Demikian penjelasan yang disampaikan oleh Fathurrahim Syuhadi MM dalam acara pembinaan guru dan karyawan SMK Muhammadiyah 7 Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (4/2/2023).
Pria kelahiran 1969 ini menjelaskan tentang arti ikhlas dalam mengemban amanah di lembaga pendidikan Muhammadiyah. “Menjadi guru harus sepenuh hati. Jangan setengah-tengah agar mendapatkan berkah dan keajaiban dari Allah,” kata Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kecamatan Lamongan dan Paciran periode 1986-1990 ini.
Menjaga Pondasi Keluarga
Fathurrahim juga berpesan agar setiap aktivis Muhammadiyah, termasuk guru, senantiasa menjaga kebaikan dan keharmonisan keluarga. Sebab hal itu akan berpengaruh kepada kebaikan masyarakat. Dan kebaikan masyarakat akan berpengaruh kepada kebaikan negara.
“Oleh karena itulah agama Islam banyak memberikan perhatian masalah perbaikan keluarga. Di antara perhatian Islam adalah bahwa seorang laki-laki, yang merupakan kepala rumah tangga, harus menjaga diri dan keluarganya dari segala perkara yang akan menghantarkan menuju neraka,” urai Ketua Umum Pimpinan Daerah IPM Lamongan periode 1990-1992 ini.
Fathurrahim menyitir firman Allah dalam al-Qur’an surat at-Tahrîm ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Selanjutnya, dia juga menjelaskan makna ayat yang senada dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 132:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
“Melalui ayat ini Allah memberikan janji secara pasti, bahwa orang-orang yang bersabar dan ikhlas berjuang di jalan-Nya, akan dijami rezekinya oleh Allah,” tegas pria yang pernah menduduki Ketua Majelis Pustaka Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan periode 1996-2001 ini.
Pesan Ali bin Abi Thalib pada Keluarga
Dalam paparan, Fathurrahim juga menukil pesan Ali bin Abi Thalib radiyallahuanhu, kepada keluarga agar menjadi keluarga yang kuat dan islami.
Pesan-pesan tersebut yaitu, membekali keluarga dengan ilmu, membimbing keluarga menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mengajak keluarga selalu taat pada Allah, menjauhkan keluarga dari berbuat maksiat.
“Ini semua menjadi tanggung jawab kita, sebab kita semua adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jelas pria yang juga menjadi Wakil Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Lamongan ini.
Lalu Fathurrahim membacakan sebuah hadits:
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت) متفق عليه
“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (Muttafaqun alaihi)
Oleh karena itu, nenjadilah guru yang pejuang dan pejuang sekaligus pendidik. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni