SMP Musasi Sidoarjo Indie Fest di Gedung Bioskop, liputan kontributor PWMU.CO Sidoarjo Adistya Marella Kesa Damara dan Farah Az Zahra Asmara
PWMU.CO – SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (SMP Musasi) Jawa Timur menggelar Indie Fest di Gedung Bioskop Cinepolis yang merupakan Program Outdoor Learning Activity (OLA), Kamis (2/2/2023).
Sekretaris Dinas Bidang Pendidikan dan Budaya Sidoarjo Ronny Yulianowarso Ap Mhp yang hadir dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi. Dalam sambutannya, dia mengaku bangga dengan kreasi dan inovasi siswa Musasi.
“Sangat bangga, di era generasi sekarang ini, kita memunculkan pemikiran inovatif dan kreatif di kalangan remaja,” ujarnya.
Dia berharap melalui Indie Fest ini siswa memiliki skill dasar cinematography dan dapat mencetak film-film berkualitas.
Hal senada juga disampaikan Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo. Drs Edy Soewarno MPd merespon positif kreasi siswa Musasi.
“Kaget, film ini ditayangkan perdana di dalam ruangan bioskop. Semua film yang saya tonton menampilkan jelas usaha terbaik siswa SMP Musasi dalam pembuatan film. Saya berharap Festival Indie Fest bisa ditayangkan 2 kali setahun,” katanya.
Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Sidoarjo Ir Sjakroni mengungkapkan Indie Fest ini sangat luar biasa. “Ini pertama kali Indie Fest ditayangkan di dalam bioskop. Biasanya hanya di komunitas indie saja. SMP Musasi berhasil mengapresiasi muridnya dengan menayangkan karya dari usaha mereka sendiri.”
Kostum T-Rex
Tak kalah dengan pengamat pendidikan, siswa juga menunjukkan antusiasnya dengan menggunakan kostum sesuai dengan judul film mereka masing-masing. Siswa kelas IX A Haekal Tyo Pamungkas yang berperan dalam film Exit, turut senang dengan menggunakan properti film Exit Topeng.
“Ga sabar di film Exit, karena pembuatan film ini berangsur lama. Kami syuting sampai jam 11 malam dan semoga selesainya puncak indie ini usaha kita diapresiasi setinggi-tingginya,” ujarnya.
Siswi kelas XI C, Andi Fawnia Khalisah Palawagau menjadi siswa yang menarik perhatian pada malam itu. Pasalnya, dia menggunakan kostum T-Rex. Hal ini mengundang gelak tawa tamu yang datang.
“Tidak ada niat khusus sih. Semalam tiba-tiba kepikiran aja. Sepertinya asik, kalau datang dengan outif yang antimainstream. Sudah koordinasi juga sama teman, sekalian merayakan selesainya perjuangan kita di Indie Fest ini,” ucapnya.
Ungkapan lega juga keluar dari mulut banyak sutradara. Salah satunya siswa kelas IXA Raissa Kayana. Sutradara film Exit Topeng ini merasa amat senang, karena dari sudut pandangnya, membuat film pendek ternyata tidak mudah.
“Jadi tidak hanya kita rekam terus jadi. Selain itu kita butuh banyak talent, kita butuh banyak waktu, berkorban banyak. Hingga akhirnya bisa menonton enak di layar lebar. Itu sangat luar biasa sekali.”
Kayana menceritakan tentang sulitnya menyelesaikan project ini. Letak yang paling sulit adalah menyatukan komunikasi dan kerja sama tim setiap anggota kelas.
“Sampai wali kelas kami, Bu Heri itu menyadari, kelas kita menemui banyak problem, karena kita kurang komunikasi. Beruntung atas support dan semangat yang tidak pernah padam antarsatu sama lain, kelas IX A berhasil menuntaskan karya mereka dan menikmati hasil jerih payah mereka bersama teman-teman,” jelasnya.
Sudut pandang paling menarik lainnya adalah dari wali kelas yang menjadi pendamping dari tiap-tiap kelas, sejak awal pengerjaan hingga kemarin. Salah satunya wali kelas IX HDian Ningsih SPd. Dia tahun ini mempercayai penuh siswa bisa mengejakan film ini.
Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini juga mengapresiasi sebesar-besarnya terhadap usaha siswa yang full dari bulan September. “Saya katakan kepada mereka, ini adalah pekerjaan kalian, kalian sudah besar, silahkan kalian kerjakan dengan maksimal. Bu Dian yakin, kalian pasti bisa.”
Dia memaparkan kendala yang dialami anak didiknya juga tidak jauh dari masalah komunikasi, yang memang umum menjadi masalah di sekitar anak remaja. Meski begitu dia selalu percaya mereka pasti bisa membuat karya terbaik.
“Suatu saat setelah lepas dari SMP Musasi, mereka hanya perlu mengembanhkan skill mereka dan maju sebagai pelaku cinemas yang melahirkan lebih banyak film yang berkualitas.” (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.