PWMU.CO – Survival Training of Kids SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool Umsida (SD Mica) latih kemandirian para siswa, Kamis (26/1/23).
Kegiatan yang berlangsung di Kebun Raya Purwodadi, itu diikuti sembilan kelompok dari kelas I-V. Menurut salah seorang guru SD Mica Nur Insanillah Suryatiningsih, kegiatan belajar mandiri ini memberi kesempatan luas para mulai untuk mengatasi rasa takut.
Selain itu, lanjutnya, juga mengurangi ketergantungan kepada orang lain sampai tidak percaya diri. “Sehingga akhirnya menemukan jati dirinya, juga mau mendengarkan orang lain,” ujarnya.
Menurut Nur Insanillah, kegiatan ini juga memantapkan pemahaman konsep pembinaan perilaku dan kepemimpinan di alam terbuka secara sistematis. “Juga terencana dan penuh kehati-hatian tanpa meninggalkan kemungkinan mengembangkan kemampuan mengambil risiko, yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin melalui kegiatan kelompok,” jelasnya.
Survival Training of Kids (S-Traks), sambungnya, merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat melatih seorang anak yang mempunyai sifat penakut dan pemalu. “Agar mereka memiliki keberanian dan percaya diri,” paparnya.
Bertema “Menjaga dan Mencintai Bumi”, kegiatan ini diikuti seluruh siswa SD Mica. Mereka kemudian dikelompokkan secara merata. “Tujuannya, agar mereka saling mengenal satu sama lain dan dapat menumbuhkan kecintaan terhadap saudaranya serta saling menjaga,” jelasnya.
Sembilan kelompok ini memiliki identitas masing-masing menggunakan warna dan nama benda yang ada di alam semesta, seperti meteor, matahari, komet, bulan, dan bumi. Juga ada bintang, buraq, galaksi, serta langit.
Sebelumnya, selama pra acara, para siswa dibekali dan didampingi selama dua pekan. Mereka melakukan senam khas SD Mica setiap paginya serta dibekali pemantapan materi. Seperti salam, yel-yel, perkenalan dan ucapan ‘kami siap melaksanakan tugas’, harus dilakukan. “Terutama strategi dalam menyelesaikan game nanti ketika acara,” tutur Nur.
Pembekalan Dua Pekan
Pembekalan itu dilakukan karena ketika pelaksanaan siswa akan bereksplorasi tanpa harus didampingi lagi pendamping kelompok. “Tujuannya agar mereka bisa mandiri dan kreatif untuk menyelesaikan setiap game,” imbuhnya.
Setiap kelompok, lanjutnya, diminta untuk menyelesaikan 9 game, yaitu Mendirikan Menara, Flying fox, Ranjau Darat, Lingkaran Sinergi, dan Bom Waktu. Ada juga Terowongan Beracun, Kereta Buta, Mengusir Hantu, dan Pindah Kantor. “Setiap kelompok kemudian dibekali peta dan rotasi game agar tidak terjadi penumpukan serta ada penjelasan filosofinya,” ungkap dia.
Tidak hanya itu, SD Mica juga menyediakan ambulans serta petugas kesehatan untuk pertolongan pertama ketika terdapat siswa yang terluka. “Para siswa tampak antusias dan sangat senang dalam acara ini. Itu terlihat ketika ada salah satu siswa yang merasakan pusing dan istirahat sejenak, setelah itu segera bangun dan ingin langsung mengikuti game selanjutnya dengan semangat,” urainya.
Diajari Tayamum
Dalam kegiatan tersebut, para guru juga mengajarkan kepada siswa cara bertayamum dalam kondisi susah mencari air bersih di alam. Yakni saat air susah didapatkan ketika melaksanakan shalat berjamaah.
Salah seorang wali siswa Imbing Widajati mengapresiasi kegiatan tersebut. “Alhamdulillah, terima kasih atas didikan dan pengalamannya. Saya yakin kegiatan ini membuat anak-anak sangat bahagia dan mendapat banyak pengalaman,” ujarnya. Imbing merupakan orangtua dari anak berkebutuhan khusus (ABK).
“Saya melihat sendiri bagaimana anak itu dididik untuk bekerja sama dengan yang lain serta toleransi dengan sesama. Semua saling memperhatikan, baik saat makan dan berdoa bersama, bergurau, hingga bermain bersama,” paparnya.
Insyaallah, lanjut dia, ini pengalaman yang diingat oleh anak-anak kita. “Ini benar-benar pendidikan karakter, membentuk anak untuk kehidupan dia ke depannya. Pendidikan calon pemimpin di kemudian hari, insyaaAllah!” kata Imbing. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.