Saat 29 Siswa SD Musix Berpamitan ke Singapura; Liputan Basirun, Kontribitor PWMU.CO Surabaya
PWMU.CO – Senin (13/2/2022) menjadi hari yang tidak biasa bagi siswa SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya. Biasanya selesai shalat Dhuha berjamaah dan berdoa di lapangan mereka meninggalkan lapangan secara bergantian untuk melanjutkan kegiatan belajar di kelas.
Namun pagi ini tidak, anak-anak diminta untuk tetap tinggal di shaf (barisan) masing-masing. “Anak-anak, tolong jangan tinggalkan shaf shalat dulu!” seru Kepala SD Musix Munahar SHI MPd. Sontak, para jamaah yang sudah siap meninggalkan lapangan harus tertahan terlebih dahulu.
“Hari ini (Senin), 29 teman-teman kita akan berpamitan untuk meninggalkan Tanah Air, meninggalkan SD Musix, meninggalkan kita semua. Karena pada 14-17 Februari mereka akan belajar ke Singapura!” Sambung Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Wiayah Muhammadiyah Jawa Timur ini.
“Hore…!” sambut anak-anak yang ada di barisan paling depan.
Para siswa yang perpamitan ini adalah anak-anak yang mengikuti program Student Explore Overseas (SEO) tahap kedua. Program tahap kedua ini tujuannya ke Singapure, sedangkan program SEO pertama tahun 2020 ke Malaysia.
“Anak-anak, siapa yang mau ke Singapura?” tanya Munahar.
“Saya…… saya…. saya…!” jawab para siswa di lapangan.
“Oke, tahun depan akan kita buka lagi program SEO ketiga,” katanya.
Selanjutnya, Munahar memanggil para peserta SEO untuk maju ke depan. Sebanyak 29 siswa dan tiga orang guru dipanggil satu per satu untuk tampil ke depan.
Setelah para peserta SEO lengkap, Munahar meminta kepada pada jamaah memberikan ucapan selamat jalan.
“Selamat jalan. Hati-hati di negeri orang, patuhi tata tertib dari para pembina ya, semoga kamu selamat sampai tujuan dan bertemu kembali dengan keluarga di Tanah Air!” pesan seroang guru sambil menyalami Ghani Fara Syifa kelas VI-B salah satu peserta SEO.
“Terima kasih doanya, Ustadz!” jawabnya.
Setelah satu per satu peserta SEO mandapat ucapan selamat dari teman-teman dan para guru SD Musix, mereak kembali menuju kelas untuk belajar, sedangkan para peserta harus berkumpul di ruang podcast untuk mendapatkan pengarahan dari kepala sekolah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni