Kontroversi Megawati Sindir Ngaji Oleh M. Anwar Djaelani, peminat masalah sosial-kemasyarakatan dan penulis sepuluh buku inspiratif.
PWMU.CO – Sudah lama, banyak pernyataan dan sikap Megawati yang menyulut kontroversi. Adapun yang paling baru, simaklah pernyataan Megawati berikut ini: “Saya ngeliat ibu-ibu tuh ya maaf ya, sekarang kayaknya budayanya beribu maaf, kenapa toh seneng banget ikut pengajian ya. Maaf beribu-ribu maaf, saya sampe mikir gitu, iki pengajian ki sampai kapan toh yo, anake arep dikapakke (ini pengajian sampai kapan, anaknya mau diapain)?”
Sangat banyak kritik masyarakat, termasuk para tokohnya, atas pernyataan tak simpatik dan tak berdasar itu. Silakan baca berita di tvonenews.com 20 Februari 2023 ini: “Megawati Soekarnoputri Sindir Ibu-Ibu Pengajian, Ketua MUI: Tak Usah Usil!”
Begini kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang dakwah dan ukhuwah KH Cholil Nafis di berita itu: “Soal tak senang ngaji tak apalah, tapi tak usah usil dengan ibu-ibu yang rajin ngaji sampai kapan pun.” Selanjutnya, kata KH Cholil Nafis, tak ada ceritanya ibu-ibu rajin ngaji itu jadi bodoh dan tidak kreatif. Ngaji itu melatih hati dan melatih pikir. Keduanya banyak yang bisa memadukan sekaligus.
Perhatikanlah kabar di https://jatim.viva.co.id/ 21 Februari 2023 ini: “Saat Megawati Sindir Ibu-ibu Pengajian, UAS Malah Beberkan Ibunya Begini”. Bahwa, Ustadz Abdul Somad (UAS) mengungkap cerita singkat ibu tercintanya yang ternyata termasuk ke dalam golongan ibu-ibu yang aktif pergi ke majelis taklim untuk mengikuti pengajian. UAS juga menceritakan, bahwa sang ibu merasa begitu sejuk hatinya saat datang ke majelis taklim.
Cermatilah warta di https://khazanah.republika.co.id 19 Februari 2023 ini: “BKMT Menyayangkan Pernyataan Megawati Soal Ibu-Ibu Suka ke Pengajian”. Begini kata Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BMKT) Pusat, Syifa Fauzia: “Pengajian adalah sarana informal untuk menuntut ilmu. Kami sangat menyesalkan jika Ibu Mega terkesan seperti mempertanyakan mengapa ibu-ibu suka sekali datang ke pengajian.”
Taman Surga, Mau?
Bagi seorang Muslim, belajar (di forum apapun) adalah sesuatu yang niscaya. Hal ini, karena wajib hukumnya untuk mencari ilmu. Perhatikan hadits ini: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR Ibnu Majah).
Bagi seorang Muslim, hadir di majelis ilmu seperti berada di Taman Surga. Perhatikanlah hadits ini: ”Apabila kalian berjalan melewati Taman-Taman Surga, perbanyaklah berdzikir”. Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud Taman-Taman Surga itu?” Rasulullah menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu)” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad).
Renungkanlah pula hadits ini: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu Rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dengan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikelilingi para Malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan-Nya” (HR Muslim).
Bagi seorang Muslim, hadir di sebuah pengajian atau majelis ilmu punya harapan indah atas nasib baiknya kelak di akhirat. Simaklah hadits ini: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga” (HR Muslim).
Alhasil, siapa yang tak hendak rajin datang ke majelis-majelis ilmu? Siapa yang tak suka melihat orang-orang giat hadir di berbagai pengajian?
Buah Pengajian
Sangat banyak jika kita harus mendaftar tokoh-tokoh nasional yang berjasa bagi negeri ini dan mereka sangat aktif dalam kegiatan keislaman termasuk hadir di pengajian. Berikut ini, sekadar menyebut sedikit di antara mereka. Sekadar tiga contoh saja, yaitu para teladan yang “dibesarkan” oleh forum-forum pengajian.
Bacalah perjuangan Siti Walidah (1872-1946). Pahlawan Nasional itu, di awal-awal, belajar/mengaji kepada sang ayah. Belakangan, pada 1914, dia merintis perkumpulan pengajian perempuan bernama “Sopo Tresno”.
Bacalah perjuangan Rasuna Said (1910-1965). Pahlawan Nasional itu, saat muda mengaji/belajar kepada Haji Abdul Karim Amrullah (seorang tokoh pembaharu sekaligus ayah Buya Hamka). Dia juga mengaji/belajar kepada Rahmah El-Yunusiah di Diniyyah Puteri School. Perempuan yang disebut terakhir ini adalah “Pendidik Sukses dan Syaikhah pertama dari Al-Azhar”.
Bacalah perjuangan Sudirman (1916-1950). Dia seorang Jenderal Besar TNI. Dia Pahlawan Nasional. Sudirman dikenal memiliki semangat belajar yang tinggi. Dalam belajar agama, dia aktif dalam pengajian malam Selasa yang diselenggarakan PP Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta.
Ingat Lagi
Atas pernyataan kontroversial Megawati yang kesekian kali itu, kembali energi masyarakat terkuras. Pertama, sedih dan menyayangkan ada tokoh bersikap seperti itu. Hal ini karena bagi masyarakat, aktif hadir di pengajian itu positif dan tak merugikan siapa pun. Kedua, masyarakat seperti dibangunkan bahwa tak sekali ini Megawati “menyerempet” hal-hal sensitif di wilayah agama.
Bacalah lagi berita di tahun 2017, antara lain ini: “Politisi Gerindra Minta Megawati Soekarnoputri Pertanggungjawabkan Pidato Hina Islam” (http://politik.rmol.co 12/01/2017). Berita itu, terkait pidato Megawati pada 10 Januari 2017 yang menimbulkan kontroversi di tengah-tengah masyarakat.
Ini petikan berita itu: “Pidato itu terutama yang dia katakan bahwa firman Allah itu adalah ramalan adalah penistaan yang sangat menusuk akidah umat Islam dan harus dipertanggungjawabkan,” tegas Raden Muhammad Syafi’i yang kala itu anggota Komisi III DPR. “Karena itu,” lanjut Syafi’i, “Kalau berbicara hendaknya disesuaikan dengan kapasitas. Jika akhirat dikatakan ramalan-ramalan jelas mereka tidak memahami itu. Sikap seperti ini bisa mengobok-obok kerukunan”.
Semoga kita, siapa pun, berhenti memproduksi kontroversi. Jangan habiskan energi masyarakat untuk sesuatu yang tak bermanfaat. Tatalah pembicaraan kita, untuk hanya yang positif saja.
Siapa pun, berbicalah sesuai dengan kapasitas. Jangan melampaui batas! Semoga Allah selalu memberi pertolongan dan hidayah, terutama di saat berkata-kata. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni