Jidor Surya Nada Memukau di Musyda Ke-12 Muhammadiyah Lamongan. Liputan Slamet Hariadi dan Gondo Waloyo, Kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-12 Muhammadiyah Lamongan berlangsung pagi ini, (Sabtu, 4/12/23) di Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla).
Dalam pembukaan ini, para peserta Musyda dihibur dengan dengan berbagai macam penampilan. Salah satunya adalah kesenian Jidor dari Siswa SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
Beberapa lagu dinyanyikan dengan gamelan jidor, di antaranya Mars Muhammadiyah, lir, Ilir, gambang suling, mari pulang, dan sayonara,
Begitu rancak dan menghibur suara kesenian Jidor yang dinyanyikan 45 siswa-siswa SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung Paciran ini. Undangan peserta Musyda pun dibuat terpukau.
Musik Tradisional sebagai Media Dakwah
Koordinator Jidor Surya Nada, Gondo Waloyo, mengatakan, kesenian Jidor merupakan salah satu seni musik tradisional yang terdapat di Desa Sendangagung dan Sendangduwur, Paciran. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara hajatan keluarga atau acara lain yang dipandang penting oleh masyarakat.
“Di masa lalu, seni jidor merupakan salah satu media yang digunakan oleh juru dakwah Islam dalam upaya penyebaran Islam di tanah Jawa,” ucapnya.
Dia mengatakan, untuk mempersiapkan tampil di acara Pembukaan Musyda Ke-12 Muhammadiyah Lamongan ini, para siswa butuh waktu selama satu bulan. “Setiap pekan, kita berlatih dua kali,” ujarnya pada PWMU.CO.
Dia menambahkan, kesenian jidor ini dimainkan dengan 3 alat utama yaitu rebana, kendang, dan jidor. Pemainnya berjumlah sekitar 14 orang, terdiri dari 8 penabuh rebana, 2 pemain gendang, 1 pemukul jidor, dan 3 vokalis.
“Kesenian Jidor ini sudah mulai di ambang kepunahan, sehingga perlu dilestarikan. Seiring perkembangan waktu, musik jidor terkadang juga dimainkan dengan beberapa instrumen tambahan seperti: gamelan, gambang, bahkan keyboard dan gitar. Lagu yang dinyanyikan pun beragam. Ada lagu nasional, lagu daerah, campursari, dan sebagainya,” ucapnya.
Guru SMP Muhammadiyah 12 Paciran ini menambahkan, saat ini, musik jidor mulai jarang dimainkan, bahkan mulai dilupakan generasi muda.
“Oleh karena itu, sebagai upaya melestarikan budaya yang dulu pernah menjadi bagian penting dari sejarah dakwah Islam di Jawa, kesenian jidor ini dijadikan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Al-Ishlah dan SMPM 12 Sendangagung Paciran,” jelasnya.
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni