Akhirnya Jumpa Editor Killer: Jamu Pahit tapi Menyehatkan; Editor Mohammad Nurfatoni/SN
PWMU.CO – Setelah sekian purnama tak menulis berita, akhirnya kontributor Tri Eko Sulistiowati bisa tatap muka dengan editor killer PWMU.CO Sugeng Purwanto di Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-18 Muhammadiyah dan Musyda Ke-17 Aisyiyah Kota Surabaya, Ahad (26/2/2023).
Pertemuan di Gedung At Tauhid Universitas Muhammadiyah Surabaya itu berawal dari kiriman foto sang editor melalui grup WhatsApp oleh Salman Alfarisi, koordinator liputan Musyda. Foto itu menunjukkan dia duduk di meja belakang yang kemudian menjadi lokasi para pejuang jihad digital menulis berita terbaru laporan Musyda.
Dengan itikad baik sebagai muridnya di sekolah menulis PWMU.CO, Tri memberanikan diri menyapa Sugeng. Sang guru menyandang gelar editor killer karena ketegasannya dalam mengklarifikasi berita yang kontributor kirimkan.
Tri cukup lama menunggu Sugeng yang tengah asyik berbicara dengan teman lamanya hingga Salman Alfarisi mengingatkan. “Ada yang mau menyapa, Pak,” ujarnya.
Akhirnya Tri memberanikan diri menyapanya. Usai mengucap salam, Tri mengatakan, “Semoga masih ingat saya.” Senyum mengembang di wajahnya.
Sugeng langsung menyambutnya ramah, “Ingat, kontributor yang nggondok bahkan sampai menangis gara-gara kiriman tulisannya saya kembalikan dengan banyak koreksian.”
Dari cara Sugeng meresponnya di tatap muka perdana itu, Tri langsung membentuk kesan pertama tentang sosok guru di hadapannya. Menurutnya, Sugeng sang editor PWMU.CO yang kini menjabat Wakil Ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi PWM Jawa Timur masa jabatan 2022-2027 itu sebenarnya tidak sekiller prasangka para kontributor.
Tri yakin, apa yang Sugeng selama ini lakukan sebenarnya merupakan pembelajaran yang kaya ilmu dan manfaat. “Untuk meningkatkan kompetensi diri penulis itu sendiri,” ujarnya.
Gaya bahasanya yang to the point (lugas) tanpa basa-basi terkadang diartikan lain oleh kontributor. Sebab bahasa tulis di WhatsApp dengan bahasa lisan langsung memang terkadang bikin salah tafsir sehingga dianggap memarahi.
Tri mengakui, dalam waktu setahun kemarin dirinya sempat tidak menulis. Tetapi kini dia bertekad kembali menulis dan mengirimkan tulisannya. Bahkan tulisan liputan langsung Musyda Aisyiyah dipuji semakin bagus. Bisa cepat dan minim koreksi. Itu artinya, kemampuan menulisnya makin baik. Gaya tulisannya yang dulu dimarahi itu kini telah berubah. Ibarat jamu pahit tapi menyehatkan.
“Tetap semangat menulis dan kirimkan tulisannya ke PWMU.CO, ya!” Begitulah pesan mantan wartawan Surabaya Post ini menyemangati Tri sebelum berpisah di Gedung At Tauhid UM Surabaya. (*)