Ceramah Perdana Ketua LDK PP Muhammadiyah; Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027, Muchammad Arifin MAg memberikan ceramah perdananya di depan ribuan jamaah pada kegiatan pengajian Ahad pagi (5/2/2023).
Pengajian dengan tema Beragama dengan Damai Mencerahkan dan Menggembirakan tersebut diselenggarakan secara luring yang digelar di Masjid Al-Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo dan melalui live YouTube channel Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Arifin menjelaskan agar bisa beragama dan menjalani hidup dengan damai, cerah dan gembira yang pertama adalah dengan mensyukuri apa yang ada.
Ia lantas mengutip an-Nahl ayat 78
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
‘Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.’
“Jadi tiga indra ini disebutkan secara khusus oleh Allah, karena ketiga indra inilah yang akan membentuk pola pikir dan pola tingkah, dan pola hidup. Dengan kita melihat, berpikir dan merasakan maka akan membentuk sebuah perilaku,” terangnya.
Kemudian, lanjutnya, dari ketiga indra ini Allah meminta manusia untuk bersyukur.
“la’allakum tasykurun, maka jadikanlah tiga indra ini sebagai media bersyukur kepada Allah,” tuturnya.
Oleh karena itu, Arifin menjelaskan, bahwa bersyukur merupakan permintaan Allah dan kewajiban manusia.
“Jadi bukanlah kebahagiaan yang menjadikan manusia bersyukur, tapi bersyukurlah yang akan menjadikan manusia itu bahagia,”
Ia mencontohkan, begitu banyak orang yang punya jabatan tinggi, tapi tidak banyak yang mampu bersyukur.
Ia lantas mengutip sebuah hadis: Barang siapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat. (HR Muslim No. 666)
“Banyak orang yang diberi kaki tidak mampu melangkahkan ke masjid seperti ini (tidak mampu bersyukur), meski mampu ke manapun,” tuturnya.
Oleh karena itu Arifin mengingatkan kepada jamaah, bahwa hidup adalah untuk bersyukur, mengingat waktu adalah sesuatu yang dipinjamkan oleh Allah.
“Ingat hidup itu adalah waktu yang dipinjamkan oleh Allah, karena kita tidak bisa menentukan batas hidup kita sendiri, jadi Allah yang menentukan. Bisa jadi kematian datang ketika kita di jalan, bisa jadi ketika kita tidur, ketika sehat,” terangnya.
Oleh karena itu, Arifin menegaskan bahwa bersyukur merupakan alat untuk bisa hidup bahagia dan hendaknya hidup dijalani penuh kehati-hatian.
Ia lantas mengutip al-Baqarah ayat 48;
وَاتَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَّلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ
‘Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun. Sedangkan syafaat dan tebusan apa pun darinya tidak diterima dan mereka tidak akan ditolong.’
“Oleh karena itu marilah kita gunakan waktu ini dengan sebaik-baiknya,” terangnya.
Arifin juga menjelaskan bahwa salah satu wujud syukur adalah menyikapi dengan bijak keanekaragaman dalam masyarakat. Karena keaneka ragaman merupakan pemberian Allah.
“Apa yang bisa kita lakukan, Kita harus bisa memanfaatkan hidup yang penuh keanekaragaman. Tugas kita adalah bagaimana keanekaragaman ini tidak membuat kita bercerai berai,” terangnya.
Ia pun menginngatkan agar umat Islam tidak mudah diadu domba terutama di media sosial dengan adanya keaneka ragaman.
Selanjutnya, cara kedua agar bisa hidup bergama dengan damai, cerah dan bahagia adalah kemampuan menyelesaikan masalah.
“Hidup itu penuh masalah, maka marilah kita cari apa yang bisa menyelesaikan masalah di dalam hidup kita. Jadi kita itu diberi masalah oleh Allah, diberi soal, dari sinilah Allah akan tau nilai si A, si B, dari bagaimana cara dia menyelesaikan masalah,” terangnya.
Arifin lantas mengutip di dalam al-Baqarah ayat 155
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,’
“Kita ini diuji dengan rasa takut. Orang kaya pun takut kehilangan hartanya. Kadang-kadang mereka yang tidak beriman melakukan segala cara bagaimana bisa mempertahankan (harta) itu,” terangnya.
Namun demikian Arifin mengingatkan agar manusia dalam menghadapi ketakutan yang diberikan oleh Allah dengan hati-hati karena Allah memiliki malaikat Raqib dan Atid yang selalu mengawasi.
Arifin menjelaskan bawha Allah telah mengingatkan manusia melalui al-Baqarah ayat 214
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
‘Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.’
“Oleh karena itu bagaimana kita bisa lulus dari ujian Allah dengan nilai di atas rata-rata, agar bisa masuk surga,” terangnya.
Arifin menjelaskan bagaimana manusia bisa menyelesaikan masalah adalah dengan
“Sebesar apapun masalah itu selesai dengan dua cara,” terangnya.
Ia lantas mengutip al-Baqarah ayat 45:
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ
‘Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,’
“Jadi shalat itu termasuk bagian dari kunci dari menyelesaikan masalah tanpa masalah. Marilah kita menyelesaikan masalah dengan ketenangan dan kesabaran,” terangnya.
Ketenangan dalam Shalat
Menurutnya, ketenangan itu ada dalam shalat. Ia lantas mengajak jamaah melihat ayat awal surat al-Mu’minun:
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰو تِهِمْ خَاشِعُوْنَ
‘Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya,’
“Shalat dengan kualitas tinggi itu adalah shalat khusyu’,” terangnya.
Namun demikian menurut Arifin shalat saja tidak cukup, karena manusia hidup berdampingan dengan manusia lainnya sehingga dibutuhkan kesabaran.
Adapun kunci hidup damai yang ketiga ialah dengan selalu berpikir positif.
“Jangan pernah diberi kesempatan di dalam pikiran kita berpikir negatif. Karena ini sumber masalah,”
Dengan demikian, Arifin menyimpulkan iri hati, dengki, sombong adalah penyakit hati. Hal itu yang saat ini disebut sebagai intoleran.
“Intoleran itu tidak ada di dalam agama. Sehingga salah kalau radikal itu ditujukan kepada agama maupun madzhab tertentu,” tandasnya. (*)