Wanita Sendiri, Kontributor Ini Tulis 13 Berita Sehari di Musyda; Pengalaman Tri Eko Sulistiowati Editor Mohammad Nurfatoni/SN
PWMU.CO – Memotret, mewawancarai narasumber, dan menulis berita ialah tiga hal beriringan yang harus seorang kontributor PWMU.CO kerjakan agar bisa cepat meliput berita terbaru langsung dari lokasi acara.
Seperti yang dikerjakan Tri Eko Sulistiowati, satu-satunya kontributor wanita yang meliput perhelatan Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-17 Aisyiyah Surabaya sesi satu, Ahad (19/2/2023). Lokasinya di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya.
Hari itu juga dia mengirim enam tulisan. Tri tak ingin melewatkan berbagai sisi menarik dan penting di sana. Dia berharap, semua harus terekam dari beragam sisi. Semua berita Tri cepat termuat seiring kecepatan respon editor Mohammad Nurfatoni dan coeditor Nelly Izzatul.
Dari enam berita yang dia tulis, kecepatan menulis menjadi poin utama yang dia perhatikan. Tentunya dengan tetap mengutamakan keakuratan dan pertanggungjawaban isi berita sehingga runtut, terstruktur, dan enak dibaca.
Berfokus
Bagi Tri, fokus juga harus dia terapkan saat merekam berita dengan smartphonenya. Sehingga ketika ada yang lupa, rekaman itu bisa dia dengarkan lagi dan jadikan rujukan menulis.
“Sebagai kontributor yang juga merangkap sebagai panitia tim Pubdekdok Musyda Ke-17 Aisyiyah Surabaya, saya harus bisa menyampaikan pendapat apabila diberi tugas yang bisa memecah konsentrasi pada penulisan berita,” ujarnya, Selasa (7/3/2023).
Hal ini Tri lakukan saat mendapat tugas pembawa bendera kafilah wilayah. Yaitu ketika perpindahan Anggota Musyda Aisyiyah dari lokasi pembukaan di gedung at-Tauhid Tower Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya ke lokasi pleno di Gedung G Fakultas Kedokteran UM Surabaya, Ahad (26/2/2023).
“Mohon maaf, bukannya saya menolak tugas pada tanggung jawab kepanitiaan, akan tetapi saya harus sampaikan bahwa tugas menulis berita masih belum ada temannya sedangkan berita harus segera dikirim. Jikalau saya harus diberi tugas tambahan, maka semakin kecil kemungkinan berita bisa saya selesaikan dengan tepat waktu,” kata Tri kepada One Hendrawati, Ketua Panitia Pelaksana Musyda Ke-17 Aisyiyah Surabaya.
Ketegasan itu bisa dimaklumi panitia sehingga tugas pembawa bendera dialihkan kepada yang lain. Tri pun bisa fokus menulis berita dengan smartphone yang ia bawa.
Grup WhatsApp Pengiriman Naskah Berita
Kecepatan dan keakuratan kontributor PWMU.CO dalam menulis berita tak mungkin bisa pembaca nikmati bila editor tak segera mengerjakan dan mengirimkan tautan beritanya di grup WhatsApp.
Alhasil, Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohamad Nurfatoni membuat grup WhatsApp khusus berisi beberapa kontributor yang meliput Musyda itu bersama seluruh editor. Dalam waktu sangat singkat, pengeditan dan publikasi terlaksana.
Kalaupun ada berita yang belum terpublikasi karena terlewat, sang kontributor bisa segera konfirmasi. Tri pun menandai beritanya yang belum muncul di grup untuk dieksekusi editor.
“Dimaklumi bila ada berita yang sempat tertunda penayangannya karena beberapa hal, misalnya terlewati ataupun karena banyaknya antrean editing yang harus diselesaikan dalam waktu bersamaan,” ujar Tri ketika ada editor menanyakan apakah tulisannya sudah ada linknya.
Jawaban jujur kontributor jadi penyemangat editor untuk segera mengerjakan editannya. Juga berkabar ke grup agar tak terjadi dobel pengerjaan antara editor satu dengan editor lainnya.
“Dengan konfirmasi dan tambahan keterangan pelengkap, tulisan yang biasa saja teredit luar biasa dan enak dibaca. Ini menjadi doping kontributor untuk menulis dari sisi yang berbeda dan terus menerus mengirimkan berita hingga selesai acara Musyda,” imbuh Tri.
Single Fighter
Musyda Ke-18 Muhammadiyah dan Musyda Ke-17 Aisyiyah Kota Surabaya menjadi sejarah baru bagi kontributor Kota Pahlawan yang digagas Fatoni, sapaan akrab Mohammad Nurfatoni, untuk dibuatkan WhatsApp grup berisi enam editor dan sembilan kontributor.
Salman Al Farisi menjadi admin grup, bertugas memasukkan nomor telepon kontributor Surabaya. Mereka jadi embrio peliput kegiatan Muhammadiyah, Aisyiyah, ortom, dan juga amal usaha Muhammadiyah berikutnya.
Dari sembilan kontributor, Tri satu-satunya kontributor wanita. Dia pengirim tulisan terbanyak dengan beragam sisi penulisan. Tulisannya mulai peserta pertama yang hadir di Musyda hingga jumpa editor killer telah terpublikasi semua dalam satu pekan.
Sugeng Purwanto, editor yang mendampingi di lokasi Musyda sesi dua, sempat bertanya, “Anda dari Aisyiyah sendiri?” Tri mengiyakan.
Walaupun ‘single fighter‘ (wanita sendiri) dan harus berpindah tempat, semangat mengabarkan kegiatan Musyda terus Tri gelorakan. Dalam waktu sehari, 13 berita telah dia tulis.
Suka Duka Jadi Kontributor
Berita yang sudah terpublikasi menjadi kewajiban natural kontributor untuk membagi tautan beritanya ke semua grup WhatsApp ataupun media sosial dengan harapan banyak yang klik, membaca, dan membagikan.
Akan tetapi, tidak semua anggota grup mau melakukannya sehingga meningkatnya jumlah pembaca tidak signifikan. Ini bikin Tri sedih sehingga kemudian muncul istilah ‘ngemis klik, baca dan bagikan’. Tri menyampaikan langsung ke grup panitia Musyda Ke-17 Aisyiyah Surabaya.
“Sebagus apapun tulisan kita, sehangat apapun tayangannya, secantik apapun foto yang digunakan dalam berita, kurang lengkap rasanya kalau tak banyak yang klik dan baca,” ungkap Tri di grup.
Sebaliknya, lanjut Tri, banyak yang membaca berita akan jadi penyemangat tersendiri bagi sang kontributor untuk terus menulis berita on the spot di lokasi acara. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN